Thursday, August 21, 2008

Bapak ... Karena Kami Sayang Padamu

Tak terasa sudah tiga tahun Bapak meninggalkan kami semua, enam putrinya. Bulan depan kami sudah harus mengurus perpanjangan makamnya. Bapak wafat di bulan November hampir selang setahun setelah wafatnya Mama. Kepergian Bapak terasa begitu mendadak, karena bapak tidak mengalami sakit atau menunjukkan tanda-tanda yang tidak biasanya.

Beliau meninggal dengan tenang seusai mandi pagi, duduk di kamarnya dan minta diputarkan kaset murotal. Sesaat kemudian, beliau nampak tertidur, namun Bapak tidak merespon lagi ketika dibangunkan oleh sepupu saya. Pagi itu, Bapak menutup mata dalam usia 72 tahun. Saya cuma bisa terpaku saat itu, tak tahu harus berbuat apa, air mata pun tak menetes. Belum hilang rasanya duka saya kehilangan Mama, sekarang .... Bapak pun menyusul.

Bapak memang punya penyakit jantung dan ditubuhnya dipasang semacam alat untuk membantu denyut jantungnya. Tapi di pagi hari wafatnya, Bapak tidak mengeluhkan sakit apa-apa. Saya teringat ketika Bapak operasi jantung beberapa tahun yang lalu, Mama sempat bilang, Bapak mungkin akan "pergi" duluan. Tapi tak ada yang bisa menebak usia manusia. Ternyata Mama dulu yang berpulang, dan akhirnya Bapak. Mama dan Bapak hanya sempat melihat satu cucunya, yang waktu itu masih kecil. Karena dua cucunya yang lain lahir kemudian.

Bagi kami anak-anaknya, kepergian Bapak yang cuma selang setahun dengan kepergian Mama, adalah bukti ikatan cinta yang kuat dari keduanya. Karena kami sering memperhatikan, Bapak sering termenung dan melamun sejak kepergian Mama. Meski tak pernah ia ucapkan, saya bisa melihat jelas mendung dan kesedihan di matanya. Bapak hanya tersenyum ketika melihat polah cucunya yang masih bayi. Selebihnya, beliau hanya bicara seperlunya dan banyak diam.

Sebagai anak pertama, banyak kenangan indah yang saya lewatkan bersama Bapak sejak saya kecil. Yang saya tahu, Bapak tidak pernah bisa marah menghadapi kenakalan enam anaknya yang semua perempuan. Kalaupun marah, Bapak tidak pernah mengeluarkan suara keras, apalagi bentakan. Bapak paling anti memukul anak. Paling menjewer telinga, dan itupun sama sekali tidak terasa sakitnya.

Meski cuma pegawai rendahan, Bapak selalu berusaha menyenangkan anak-anaknya. Saya ingat, waktu kami kecil, Bapak selalu mengusahakan mengajak kami liburan di hari Minggu setiap bulan, sehabis beliau menerima gaji atau membelikan kami mainan. Bapak termasuk keras dalam mendidik anak-anaknya, keras dalam artian disiplin, apalagi dalam masalah urusan sekolah.

Meski demikian, Bapak termasuk orang yang demokratis. Tidak pernah mewajibkan anaknya untuk jadi juara kelas atau menjadi sesuatu yang diinginkannya. Kami semua dibebaskan untuk memilih ingin jadi apa. Yang selalu Bapak tegaskan, kami semua harus bertanggung jawab dengan pilihan kami masing-masing. Bapak selalu bilang, sebagai orang tua, dia tidak punya harta untuk diwariskan pada anak-anaknya, "Tapi Bapak ingin mewariskan ilmu, yang bisa menjadi bekal hidup kalian kelak ..." perkataan Bapak yang selalu saya ingat.

Itulah sebabnya, ketika saya sudah mulai bisa membaca. Bapak mulai memberikan saya banyak buku-buku atau membelikan majalah anak-anak. Bapak pulalah yang mengenalkan saya dengan berbagai jenis musik. Bapak memang penggemar musik. Hobi Bapak adalah mendengarkan lagu-lagu dari penyanyi kesayangannya, tentu saja penyanyi-penyanyi jadul macam Skeeter Davis, Victor Wood, Frank Sinatra, ABBA, dan sebagainya. Musik dan buku ... rasanya hobi Bapak ini yang menurun pada saya hingga saya dewasa.

Cuma satu kelemahan Bapak, sebagai seorang Muslim, Bapak belum melaksanakan kewajibannya, terutama salat dan puasa. Dalam soal pengetahuan agama, Bapak memang sangat kuran. Tapi kalau soal beramal materi, meski kami bukan orang kaya, Bapak bukan tipe orang yang pelit. Bagi Bapak, yang penting sebagai manusia, harus bersikap baik dan tidak menyakiti orang lain. Ketika kecil, saya tidak terlalu mempedulikan alasan Bapak itu. Barulah pada saat SMA, saya mulai membujuk Bapak dan berusaha menjelaskan, bahwa sebagai Muslim ada kewajiban-kewajiban rutin yang harus dipatuhi dan tidak cukup dengan berbuat baik saja. Saya juga mulai meminta Bapak mengurangi rokoknya karena Bapak sudah mulai sering sakit.

Ketika itu, Bapak masih tidak mau mendengar penjelasan saya soal menjalankan salat atau puasa. Masih masih tetap kukuh pada pendiriannya. Dan inilah yang kadang menjadi pangkal pertikaian saya dengan Bapak. Sampai saya merasa tidak lagi dekat dengan Bapak. Sungguh, waktu itu, bukan maksud saya untuk melawan Bapak, tapi saya cuma ingin bisa bertemu kembali dengannya di hari akhir nanti. Tapi Bapak, tetap tak berubah. Kadang dengan berurai air mata, saya berdoa pada Allah agar memberikan hidayahNya pada Bapak.

Bapak tetap tak mau berubah, meski saat itu beliau sudah menderita penyakit jantung dan jantungnya harus dibantu dengan alat. Kami anak-anaknya selalu mengingatkan Bapak untuk mulai belajar salat. Begitu lama rasanya saya mendapat jawaban dari Allah atas doa-doa saya. Saya tak tahu kapan persisnya, sekitar dua tahun sebelum Bapak berpulang. Bapak tiba-tiba minta dibelikan buku tatacara salat dan minta diajari salat. Beliau juga dengan susah payah  berusaha menghapal bacaan-bacaan salat.

Kami semua anak-anaknya, tentu saja bahagia dan bersyukur atas perubahan itu. Allah telah memberikan hidayahNya pada Bapak. Sejak itu, Bapak mulai menunaikan salat lima waktu, meski kadang kumat juga malasnya. Seiring dengan berjalannya waktu ... Bapak bisa rutin salat, bahkan belajar berpuasa di usianya yang sudah senja. Hingga di akhir hayatnya .... setahu saya, Bapak tidak pernah meninggalkan kewajiban salatnya.

Ah, Bapak ... entah bagaimana saya harus mengungkapkan perasaan saya tentang Bapak. Tahukah Bapak, bahwa saya sangat sayang pada Bapak, meski rasa sayang itu tak pernah terucap dari bibir saya. Bapak berpulang ketika mungkin ia masih ingin menikmati indahnya beribadah. Tapi Allah jualah yang memutuskan semuanya. Saya yakin, Allah sayang pada Bapak dan memberikan Bapak tempat yang terindah di alam sana. Bapak ... kami semua mencintaimu dan doa kami selalu menyertaimu dan mama.

Pojok kantor,
21 Agustus 2008


"Menulis Tentang Bapak Yuk!"
http://bundaelly.multiply.com/journal/item/109


Tuesday, August 19, 2008

My Weird Dream Last Night

It has been so long that i don't have a dream in my sleep. And i've a got one last night. Just a little dream that decorated my sleep, but it's a bit weird.

On that dream ... i came to the place that i felt i've been there before, but i met different persons now. i came there looking for someone ... a man and i had to wait a while for that person ... again, i felt that i experienced the same thing before ... but now i was looking different person ... different man.

Still in my dream ... finally i met the man i looked for ... the person i never met him before ... and i felt weird again, i thought this thing happened to me before. Until i heard something ringing breezily and i opened my eyes ... oh ... my alarm woke me up before i found time to ask the man in my dream 'what's your name and have we met before?'   

and my dream is done ...


Wednesday, August 13, 2008

Ahmadinejad on Palestine: Mengapa Kita Harus Membela Palestina? (Book Review)

Ngapain sih repot-repot ngebelain Palestina, di Indonesia aja masih banyak orang yang sengsara. Pernyataan yang biasanya dilontarkan dengan nada sinis itu terlalu sering mampir ke telinga saya, jika saya bercerita mengapa saya menolak makan di McDonald atau sekedar bicara soal boikot produk-produk asing pendukung Zionisme.

Pertanyaan mengapa saya harus membela bangsa Palestina, ternyata pernah mengganggu Dina Y. Sulaeman seperti yang ia tulis di buku terbarunya berjudul "Ahmadinejad on Palestine: Perjuangan Nalar dan Jiwa Seorang Presiden untuk Palestina", buku yang akan saya review kecil-kecilan di postingan ini. Dan pertanyaan serupa, mungkin pernah juga terlintas di pikiran banyak orang yang belum sepenuhnya memahami apa sebenarnya yang terjadi pada bangsa Palestina dan tanah air mereka.

Tak kenal maka tak sayang. Begitulah kata pepatah. Apa yang ditulis Dina dalam pengantar buku ini, juga mengingatkan saya ke masa-masa tiga tahun silam, ketika saya mulai bekerja di situs Islam Eramuslim dan diserahi tanggung jawab mengurus desk dunia Islam. Sejak itulah, saya yang sebelumnya tidak tahu menahu soal dunia Islam, mulai atau lebih tepatnya harus bersentuhan dengan informasi-informasi dunia Islam, terutama isu-isu Palestina yang menjadi semacam informasi wajib dipublikasikan di tempat saya bekerja.

Seperti Dina, sedikit-sedikit saya mulai memahami apa yang terjadi Palestina. Sama seperti Dina pula, saya kerap menahan airmata yang mau tumpah saat menulis berita tentang warga Palestina, terutama anak-anak dan kaum ibu yang ditembak, disiksa, dilecehkan, atau bersimbah darah akibat serangan membabi buta tentara-tentara Zionis. Tak jarang gigi saya bergemelutuk menahan marah, ketika membaca berita kelicikan dan kekejaman rezim Zionis Israel yang seenaknya menghancurkan rumah-rumah, ladang-ladang milik warga Palestina dan ketika melihat sikap negara-negara Arab yang setengah hati memperjuangkan nasib Palestina.

Namun perasaan saya agak lega, ketika muncul tokoh yang satu ini, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang begitu lantang menyuarakan pembelaan terhadap Palestina. Pernyataan-pernyataannya tajam dan keras tentang Zionis Israel yang menjajah tanah dan bangsa Palestina, kerap membuat negara-negara Barat-bukan cuma Israel-naik pitam. Terutama saat Ahmadinejad dengan terbuka menyatakan keraguannya tentang tragedi Holocaust yang menimpa orang-orang Yahudi di Eropa pada masa Perang Dunia II. Ahmadinejad mengkritik kekuatan-kekuatan Barat yang merasa berdosa atas tragedi Holocaust itu dengan membentuk rezim Zionis di tanah Palestina. Akibatnya, Barat mencap Ahmadinejad anti-Holocaust. Benarkah demikian? Benarkah Ahmadinejad menginginkan negara ilegal Israel dihapus dari peta dunia?

Semuanya dijelaskan Dina dalam bukunya "Ahmadinejad on Palestine". Karena buku ini mengupas persoalan Palestina dan Israel, memang berangkat dari pidato-pidato Presiden Ahmadinejad terkait Palestina dan rezim Zionis Israel. Dina menambahkan sejumlah informasi pendukung, yang menurut saya cukup lengkap untuk menjawab pertanyaan "mengapa kita harus repot-repot membela Palestina." Mulai dari kedatangan orang-orang Yahudi ke tanah Palestina sampai terbentuknya negara Zionis Israel yang menjadi awal penjajahan kaum Zionis Yahudi terhadap bangsa dan tanah air Palestina, yang menjadi awal penderitaan lahir batin bagi rakyat Palestina.

Orang-orang Palestina diusir dari rumahnya, bahkan dari tempat kelahirannya, rumah-rumah dan tanah mereka juga ikut dirampas. Anda mungkin takkan sanggup membayangkan bagaimana rasanya, jika membaca apa yang dialami warga Palestina yang menjadi korban kekejaman Zionis Israel, yang ditulis Dina dalam buku ini. Kekejaman itu terjadi hampir setiap hari hingga saat ini.

Dina juga memberikan informasi seputar "tabir" hitam yang menyelimuti tragedi Holocaust yang mungkin tidak banyak orang yang tahu. Sehingga seorang Ahmadinejad dengan berani mengatakan bahwa "Holocaust yang diklaim kaum Zionis adalah mitos."  

Tapi seorang Ahmadinejad bukan cuma bisa mengkritik dan mengecam tapi ia juga melontarkan solusi yang tidak bisa ditawar-tawar lagi untuk bangsa Palestina. Dan solusi yang dilontarkan Ahmadinejad, sekarang mulai diwacanakan oleh pemerintah otoritas Palestina yang mulai "lelah" dan "hilang kesabaran" menghadapi ulah Zionis Israel yang kerap mengacaukan proses negosiasi perdamaian. Solusi apa yang ditawarkan Ahmadineja, Dina membeberkannya dengan lugas dalam bukunya.

Menurut saya, buku "Ahmadinejad on Palestine" adalah buku yang menarik untuk dibaca dan Dina cukup berimbang dalam menulis buku ini, karena Dina juga mencantumkan suara-suara dari pihak Israel.

Kalau tidak berlebihan saya katakan, umat Islam di Indonesia seharusnya membaca buku ini. Atau siapa saja yang peduli dengan kemanusiaan dan hak asasi manusia. Karena masalah Palestina adalah masalah kemanusiaan, dimana ada sebuah bangsa yang masih berada di bawah penjajahan bangsa lain. Kecuali kalau kita berani malu, bersikap tak mau tahu karena terlalu repot mengurusi "penderitaan" diri sendiri dan merasa tak perlu mikirin orang Palestina nun jauh disana. Penggalan pidato Ahmadinejad berikut ini, mungkin bisa jadi bahan renungan;

"Saya memperingatkan pemimpin di dunia Islam agar menyadari konspirasi (Barat-Zionis) ini. Jika diantara mereka mengambil langkah untuk mengakui rezim Zionis ini, berarti ia akan tergilas dalam api perjuangan umat Islam dan akan menanggung malu selamanya, tak peduli apakah dia melakukan hal itu karena ketidakpahaman, kenaifan, atau keegoisan dan cinta dunia."

 

 

Emang Kita Udah Merdeka?

lambang TV al-Manar

Baru kemarin saya baca berita tentang surat yang dikirim 40 anggota Kongres AS pada Presiden SBY yang meminta tokoh-tokoh gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sudah divonis hukuman oleh pengadilan Indonesia, dibebaskan dengan alasan penghormatan terhadap kebebasan berpendapat.


Hari ini, saya baca berita yang lebih memuakkan lagi di situs harian Kompas, bahwa pemerintah AS sedang kasak-kusuk melobi pemerintah Indonesia agar menekan direksi Indosat agar memutus kontrak sewa transponder televisi Al Manar (berita lengkapnya disini). Cuma karena televisi al-Manar milik Hizbullah, organisasi yang oleh AS dimasukkan dalam daftar teroris.

Mengomentari berita ini, seorang miliser sampe berkomentar "Nah kan, betul ....Amerika memang menganggap Indonesia sebagai negara bagiannya yang ke 55" yang bikin saya tersenyum pahit. Oh, negaraku .... kupikir kau sudah merdeka sejak tahun '45 ....

Tuesday, August 12, 2008

Cinta Sejati



Ketika membuka email pagi ini, seorang teman mengirimkan kisah ini. Kisah yang sebenarnya sudah berulang kali saya dengar dan saya baca. Kisah yang begitu menyentuh hati saya dan membuat saya introspeksi diri. Kisah yang membuat saya belajar untuk memahami cinta yang sebenarnya, cinta sejati yang dicontohkan oleh sang kekasih Allah, Rasulullah Muhammad Saw ....  

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.  Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah sambil membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" yanya Jibril lagi.

"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" tanya Rasulullah lagi.

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini," suara Rasulullah bergetar.

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," jawab Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku," suara Rasulullah makin lirih.

Sesaat kemudian, badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu," bisik Rasulullah.

Diluar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii, ummatii, ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku ...." itulah ucapan terakhir Rasulullah sebelum akhirnya menutup mata selamanya. Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.

Kini ...  mampukah kita mencintai sepertinya? Mampukah kita mencintai Rasulullah seperti Rasulullah mencintai kita? Bahkan di akhir hidupnya yang beliau ingat adalah nasib umat yang akan ditinggalkannya ...

Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa baarik wa sallim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Sesungguhnya kehidupan dunia itu fana belaka. Tak perlu gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak orang yang menyayangi kita di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang akan mengasihi kita di akhirat.

Karena ingin berbagi ... semoga bermanfaat.


Seragam Koruptor, Kebijakan yang Aneh


Sampai sekarang, saya masih belum paham kenapa tiba-tiba pemerintah kita bikin ide seragam buat para koruptor. Alasan apapun, rasanya enggak masuk ke akal saya buat apa para koruptor harus diberi seragam khusus. Buat nandain kalo orang yang memakai seragam itu koruptor? Lantas apa bedanya seorang koruptor dengan pelaku kejahatan lain yang enggak pake seragam ... koruptor juga penjahat bukan?

Heran ... kenapa ide yang muncul buat memberantas korupsi malah jadi bikin seragam buat para koruptor. Bukannya memperbaharui hukum, misalnya, untuk koruptor hukumannya adalah hukuman mati gituh. Bukan cuma hukuman penjara yang bisa bebas kapan-kapan.  Siapa tahu dengan hukuman mati akan menimbulkan efek jera, dan para pejabat pemerintah negeri ini atau siapa saja bakal berjuta kali mikir kalau mau korupsi.

Saya eneg banget melihat kasus suap yang melibatkan jaksa Urip Tri Gunawan, setelah tahu bahwa jaksa inilah yang mengajukan tuntutan hukuman mati buat Amrozi cs, tersangka pelaku bom Bali dan tuntutan itu dikabulkan oleh pengadilan Bali.  Sekarang setelah ketahuan bahwa Urip juga ternyata melakukan perbuatan yang tidak kalah kejinya dengan tindakan terorisme, seharusnya koruptor macam begini juga pantas dihukum mati seperti Amrozi. Koq enggak malu sih ....


Sunday, August 10, 2008

Multiply Indonesia Anniversary: Sharing Happiness with Children

well, maybe it's too late to post this entry but i want to share my happines gladness to all my contacts here and all friends i met on Saturday. I supposed to be posting it as soon as possible but i had a very exahusting weekend and got an internet problem actually, so i could not post it in time.

Saturday, 9 August 2008 became another special day for all Multiply (MP) Indonesia  blogger community, chaired by Sri Sariningdyah. They celebrated their 4th anniversary in Galeri Cafe, Taman Ismail Marzuki, Central Jakarta by holding a fun gathering and charitable activity with more than 70 children from Rumah Cahaya, Penjaringan and Bantar Gebang which is actually an annual program of Multiply Indonesia community in commemorating its universary to spread social awarness among the members by sharing happines with the "Nois".
 

And this year the community held a social activity by inviting about 100 children from slum area in Jakarta-Bantar Gebang and Penjaringan" to the Planetarium located in Taman Ismail Marzuki where the "party" took place.  Unfortunately, not all the invited children could make it, there were only about 75 children come as the rest should attend their school, the person in charge said.

They also enjoy some entertainment and games lead by some MPers. I could feel the jolly atsmosfer and enthusiasm around them as they were moving, singing and laughing cheerfuly. Isn't that wonderful sharing and giving away what we have to others ...


What's more interesting that i met some new friends and "old" friends which all this time i know only as my online friends. They are all great persons who spare their time and give their charitable contribution that make the whole celebration possible. So with the blessing of  Allah The most Gracious The Most Merciful, Happy Anniversary Multiply Indonesia ... kee up good works !


special thanks to Eriq, Bunda Wirda and Mas Anton for sharing the pictures




Wednesday, August 6, 2008

Bra Anti-Peluru, Ada yang Minat?

Ngomongin 'bra' enggak porno kan yah ... karena buat saya berita yang dimuat situs al-Arabiya ini lucu dan menarik. Gimana enggak, setahu saya sih, untuk melindungi tubuh dari peluru, biasanya orang mengenakan rompi anti-peluru. Tapi bagi kepolisian rompi ant-peluru saja tidak cukup untuk melindungi para polwan (polisi wanita)nya.

Oleh sebab itu, selain dilengkapi rompi anti-peluru, para polwan Jerman juga akan dilengkapi dengan alat pengaman di bagian dadanya yang bentuknya sama dengan 'bra' yang biasa mereka pakai. Enggak heran kalau media Jerman menyebutnya sebagai 'bra anti-peluru'.

Bra itu terbuat dari katun, yang dilapisi dengan sejenis bahan pelindung, tapi tidak terbuat dari metal dengan tulisan "Polizei" (polisi) di bagian keliman jahitannya.  Kata Jubir Kepolisian di Kota Hanover, salah satu kota di Jerman, "agak beresiko jika seorang polwan cuma pake bra biasa meski sudah mengenakan rompi anti peluru."

"Kalau ada proyektil yang mengenai rompi peluru itu, akan ada serpihan metal yang bisa menyebabkan luka," sambung si jubir tadi.

Masih kata si jubir, bra yang bentuknya seperti bra sport pada umumnya itu akan dibagikan ke 3.000 polwan yang bekerja di Kepolisian Federal Jerman. Ada-ada ajah yah ...


Tuesday, August 5, 2008

Kulepas ia Pergi



Karena siang dan malam selalu berganti

Karena susah dan senang,
Keduanya tetap harus disyukuri
Duri-duri ini ...
Tak kan pernah membuat langkahku terhenti
Karena aku percaya
Setiap doa akan dikabulkan
entah dimana dan entah kapan
Karena aku percaya
Keimanan selalu disertai cobaan
Selalu ada harapan dalam setiap keyakinan
Selalu ada hikmah dibalik setiap ujian
Karena aku percaya
Ada mimpi yang menjadi kenyataan
Ada harapan yang membuatku harus bersabar
Hari ini akan menjadi masa lalu
Kehidupan akan terus berlanjut
dengan kisah-kisahnya yang
takkan pernah aku tahu
akan seperti apa ....

terima kasih ya Allah ...
buat semuanya
karena kasih sayangMu
akan kulepaskan ia pergi
......

Sunday, August 3, 2008

...Ulang Tahun yang Sepi ...

Sepi. Yah, karena memang tidak ada acara khusus yang mengundang keriaan. Cuma acara potong kue-yang dibeli dadakan- disertai wejangan dari pimpinan dan pembacaan doa, sehabis salat Maghrib pada Jumat, 1 Agustus kemarin.

Yah, 1 Agustus kemarin adalah Milad Eramuslim ke-8, tempat saya mengabdikan diri sekarang, untuk mencari seuntai permata dan segenggam berlian ... Meski tidak ada keriaan, tapi alhamdulillah, ( masih sempet moto kuenya ... )Eramuslim masih bisa bertahan hingga delapan tahun, dan menandai usia 8 tahun, Eramuslim akan makin memperkuat posisinya sebagai situs informasi dan solusi terdepan dan menjadi media Islam rujukan bagi umat Islam di Indonesia khususnya, dengan menambah sejumlah awak baru.

Jadi, kantor saya sekarang, kemungkinan bakal lebih meriah dan dinamis dengan kehadiran orang-orang baru dan atmosfir baru. Happy Milad ... semoga perjuangan kita semua mendapat ridho dari Allah swt.

berita lengkapnyah disinih.

Friday, August 1, 2008

... Kecewa ....


Ternyata dia tidak jadi datang ke Indonesia
gagal lagi deh pengen ketemu si dia

....

Padahal sudah bela-belain bikin id card,
Biar bisa liputan ke
International Conference of Islamic Scholars (ICIS) III kemarin
karena pengen dengarin pidatonya
Dan melihat sosoknya langsung
dengan mata kepala sendiri

....

Tapi dia tak jadi datang
kecewa deh ...
Nasib ... Nasib ...