Friday, July 10, 2009

Pesan-Pesan Jacko Sebelum Meninggal?

dapet kiriman email dari temen, tentang pesan-pesan jacko sebelum meninggal. tanpa bermaksud melecehkan orang yang sudah meninggal, saya ingin berbagi pesan-pesan jacko yang membuat saya cekikikan ... ternyata sense of humor si jacko boleh juga ....

ini dia sebagian pesan-pesannya ...

Thursday, July 9, 2009

[Cerpen] Matinya Seorang Mega Bintang


Lelaki itu terus mengikuti pemberitaan di televisi sejak media massa memberitakan kematian The King of Pop, Michael Jackson akibat serangan jantung. Ia menyaksikan bagaimana media massa kembali marak membeberkan perjalanan hidup sang raja musik pop yang penuh warna. Kehidupan seorang superstar yang gemerlap dan bergelimang kemewahan, tanpa ada yang mampu merasakan derita batin yang sesungguhnya dirasakan si mega bintang.


Ketika bibirnya tersenyum menyambut histeria para pengagumnya, hatinya justeru sedang terluka dan menangis. Nama besar, publikasi media, kekayaan, menuntutnya untuk menjadi bintang yang sempurna tanpa ia pernah tahu untuk apa dan siapa sebenarnya ia melakukan semua itu. Jebakan kesuksesan duniawi tanpa sadar menyeretnya ke kehidupan yang serba paradoks, semu. Karena sesungguhnya sang raja musik dunia itu tak pernah merasakan kebahagiaan sejati, kebahagiaan yang hakiki hingga ia memilih bereksperimen dengan raganya sendiri, berusaha mengubah jati diri, dengan tampilan jasad yang berbeda. Tapi itu semua tak menjawab segala keresahan jiwanya ... jiwa yang sejak lama tak lagi miliknya seutuhnya, karena harus dibagi dengan banyak orang dan kepentingan.

Lelaki itu tak kuat menahan tetes airmatanya melihat jutaan penggemar Michael Jackson berkabung, menangis, berjejalan hanya untuk menyaksikan peti jenazah itu dibawa kesana kemari. Sementara di luar sana, media massa saling berlomba menyebar berita spekulasi seputar kematiannya yang mendadak, seputar penampakan arwahnya sebagai penyedap rasa berita misteri dibalik kematiannya dan yang paling konyol, berita bahwa otaknya tidak ikut dimakamkan untuk keperluan investigasi.

Lelaki itu makin sedih. Tapi apa yang bisa diperbuatnya. Konon untuk mendapatkan kebahagiaan harus berani melakukan pengorbanan. Dan lelaki itu telah melakukan pengorbanan untuk mengubur selamanya sosok superstar, megabintang dan raja musik pop itu. Hidup adalah pilihan. Pilihan paling pahit harus lelaki itu lakukan demi kebahagian yang sudah lama diimpi-impikannya.

Penyiar televisi mengakhiri laporan pandangan matanya sebagai penutup siaran langsung proses pemakaman bintang pop dunia itu. Lelaki itu memencet tombol "off" remote control televisi di tangannya dan kembali merasakan kesenyapan di sekitarnya.

Ia beringsut ke depan cermin yang tergantung di dinding kamarnya. Ditatapnya pantulan wajahnya di cermin itu. Sejenak ia terpana, hampir saja ia tak mengenali dirinya sendiri, karena wajahnya sudah berubah total. Lama ia bercermin dan akhirnya tersenyum puas. Ada pancaran kebahagiaan dalam senyum dan sinar matanya.

"Ah, aku mungkin akan kesepian. tapi aku bahagia dengan kehidupan baru ini. tak akan ada orang yang mengenaliku lagi. tak akan ada  wartawan atau penggemar yang akan mengejarku lagi. karena yang mereka tahu aku sudah mati. kini aku bisa hidup tenang di tengah keluarga dan anak-anak yang mencintaiku," desis lelaki itu.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan halus dari pintu kamarnya. Dilihatnya tiga anak-anaknya berdiri di ambang pintu, tersenyum pada lelaki yang selama ini mereka panggil "daddy". Lelaki itu mengembangkan kedua tangannya, menyambut ketiga anaknya yang menghambur ke pelukannya.

"Are you still Michael Jackson? The King of Pop?" tanya anak perempuannya yang masih berusia 12 tahun.

"No, sweety. Not anymore. but i am still your daddy ... your daddy .... and nothing is gonna change that," bisik lelaki itu sambil memeluk erat ketiga anaknya. *tamat*


Catatan: cerita ini fiktif cuma lintasan pemikiran iseng saja. kesamaan nama, lokasi dan kejadian, cuma sebuah kebetulan. boleh percaya boleh tidak. hehehehe ....


Wednesday, July 8, 2009

Antara Michael Jackson dan Marwa Al-Sharbini


Sedih. Miris. Itulah yang saya rasakan ketika melihat tayangan pemakaman the King of Pop, Michael Jackson yang begitu gegap gempita di televisi-televisi kita sepanjang hari kemarin. Beberapa stasiun tv bahkan bela-belain menayangkan tayangan eksklusif langsung dari AS acara penghormatan terakhir bagi si Raja Musik Pop sampai pagi ! Dan entah berapa juta mata masyarakat Indonesia yang rela menahan kantuk demi menyaksikan acara itu.

Saya sedih, bukan karena kematian MJ yang dipuja jutaan orang di dunia. Tapi saya sedih, karena pada saat yang sama, berlangsung pemakaman seorang muslimah yang Insya Allah menjadi seorang syahidah karena mempertahankan jilbabnya. Marwa Al-Sharbini, seorang ibu satu anak yang sedang mengandunng tiga bulan, wafat akibat ditikam sebanyak 18 kali oleh seorang pemuda Jerman keturunan Rusia yang anti-Islam dan anti-Muslim. Tapi berita ini, sama sekali tidak saya temukan di televisi-televisi Indonesia, negara yang mayoritas penduduknya Muslim, bahkan mungkin, tak banyak dari kita yang tahu akan peristiwa yang menimpa Marwa.


Ribuan orang di Mesir yang mengantar jenazah Marwa ke tempat peristirahatannya yang terakhir, memang tidak sebanyak orang yang menangisi kepergian Michael Jackson. Marwa hanya seorang ibu dan bukan superstar seperti MJ. Tapi kepergian Marwa adalah lambang jihad seorang muslim. Marwa mempertahankan harga dirinya sebagai seorang Muslimah yang mematuhi ajaran agamanya meski untuk itu ia kehilangan nyawanya.

Marwa ditikam di ruang sidang kota Dresden, Jerman saat akan memberi
kan kesaksian atas kasusnya. Ia mengadukan sorang pemuda Jerman bernama Alex W yang kerap menyebutnya "teroris" hanya karena ia mengenakan jilbab. Dalam suatu kesempatan, pemuda itu bahkan pernah menyerang Marwa dan berusaha melepas jilbab Muslimah asal Mesir itu. Di persidangan itulah, Alex kembali menyerang Marwa, kali ini ia menikam Marwa
berkali-kali. Suami Marwa yang berusaha melindungi isterinya, malah terkena tembakan aparat keamanan pengadilan yang berdalih tak sengaja menembak suami Marwa yang kini dalam kondisi kritis di rumah sakit Dresden.


Peristiwa ini sepi dari pemberitaan di media massa Jerman dan mungkin dari pemberitaan media massa asing dunia karena yang menjadi korban adalah seorang muslimah yang dibunuh oleh orang Barat yang anti-Islam dan anti-Muslim. Situasinya mungkin akan berbeda jika yang menjadi korban adalah satu orang Jerman atau orang Barat yang dibunuh oleh seorang ektrimis Islam. Beritanya dipastikan akan gempar dan mendunia.

Itulah sebabnya, mengapa di tv-tv kita kemarin cuma dijejali dengan pemberitaan seputar pemakaman Michael Jackson yang mengharu biru itu. Tak ada berita pemakaman syahidah Marwa Al-Sharbini yang mendapat sebutan "Pahlwan Jilbab". Tak ada protes dunia Islam atas kematiannya. Tak ada tangis kaum muslimin dunia untuknya. Tapi tak mengapa Marwa ... karena engkau akan mendapatkan tempat yang paling mulia di sisiNya. Seiring doa dari orang-orang yang mencintaimu. Selamat jalan saudariku, maafkan kami jika kurang peduli ...

Berita Terkait:

Hari Jilbab Internasional Untuk Mengenang Marwa