Tuesday, June 23, 2009

i Miss him

it's been a week i do not see him at home as he spents his long holiday in Surabaya with his aunty and grandma. i feel losing him since the first day he left to Surabaya to visit his uncle and his two cousins there. i feel a dead silence without his presence at home.



i used to hear him twaddling or commenting on anything. i really miss his laughter, his voice when singing a song of Laskar Pelangi or a Kuburan's song "Lupa Syairnya" ( i really hate this song !)  or just hearing his happy-loud voice at the early morning when he ride his bicycle on the street outside the house.

I miss everything about him. For me, Faish is more than a nephew, but he's really my good friend though he is just a five-years old, we have common interest on toy cars and we always laugh at the same things, thats why i will give up anything to spent the day with him. do you also miss me my little buddy? My pray for you wherever you are ....


Thursday, June 18, 2009

[Termehek-Mehek] Antara Kebenaran dan Keadilan

Demi sebuah klaim menegakkan kebenaran, kita bisa menghalalkan segala cara dan tanpa disadari kita sendiri sudah berbuat tidak adil, yang lebih parah lagi, tidak jujur pada diri sendiri.

Demi sebuah klaim meneggakan kebenaran, kita jadi lupa, akan dosa-dosa kita sendiri dan jadi sibuk mengumbar dosa-dosa orang lain. Merasa menjadi orang yang paling didzalimi, merasa paling benar, sehingga sukar mengakui kesalahan sendiri dan mengakui bahwa orang lain memang lebih hebat dari kita.

Demi sebuah klaim kebenaran akidah, kita membenci sebuah kaum  yang sebenarnya sedang menghadapi konspirasi jahat kelompok-kelompok yang tidak mau melihat umat Islam maju dan menjadi negara yang terhormat. Tenggelam dalam pada dendam masal lalu, seakakan kita sendiri tak punya dosa dan untuk itu tak punya tanggung jawab moral untuk membelanya.

Apakah kita baru akan menunjukkan simpati kalau kaum yang kita benci atas nama akidah itu sudah hancur luluh oleh bom-bom orang lain. Setelah lebih banyak lagi Muslim yang mati? Lalu kemanakah akidah kita sendiri? Hawa nafsu membuat banyak orang sulit menakar antara kebencian dan keadilan?  Atas nama akidah?

Tak ingatkah kita pesan Allah SWT dalam al-Quran yang kita junjung tinggi ...

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yg selalu menegakkan keadilan karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat pada ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yg kamu kerjakan.”  (Al-Maidah:8)

"Apa saja kebaikan yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apasaja musibah (bencana) yang menimpa kamu, maka itu dari kesalahanmu sendiri (QS An Nisa’ : 79).

“Dan ingatlah peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat padamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai berai.” (Attaubah: 25)

Semoga Allah SWT senantiasa menuntun kita di jalanNya.
 Allahu Akbar ... Allahu Maha Besar ...


*mulai eneg melihat orang yang menjelek-jelekkan kelompok lain dengan dalih akidah. kayak enggak punya dosa ajah ..

Tuesday, June 16, 2009

Kekacauan di Iran dan "Operasi Ajax" CIA

Situasi kisruh di dalam negeri Iran pasca pemilu presiden yang dimenangkan Mahmoud Ahmadinejad memprihatinkan. Kekisruhan berawal dari aksi protes para pendukung Mir Hussein Mousavi yang menyatakan tidak puas dengan hasil pemilu dan menuding pelaksanaan pemilu yang digelar pekan kemarin diwarnai kecurangan.

Wacana adanya kecurangan pemilu di Iran makin panas setelah negara-negara yang selama ini dikenal memusuhi Iran ikut-ikutan berkomentar negatif atas hasil pemilu di Iran. Ditambah lagi pemberitaan media massa
Barat yang menyudutkan kemenangan Ahmadinejad dan memojokkan Iran atas kekisruhan yang terjadi di dalam negerinya.

Melihat apa yang terjadi di Iran hari ini dan bagaimana peran media Barat mengekspos pemberitaan Iran, mirip dengan apa yang terjadi di Iran pada tahun 1953, yaitu saat peristiwa penggulingan pemerintahan perdana
menteri Mohammad Mossadegh yang terpilih lewat proses yang demokratis di Iran. Dan dalang "kudeta" itu adalah agen intelejen AS, CIA bekerjasama dengan agen intelejen Inggris, MI6 yang berhasil memperalat Shah Iran, Reza Pahlevi dan kelompoknya untuk menggulingkan pemerintahan Mossadegh yang sah. CIA dan MI6 menggelar operasi khusus dengan memanfaatkan kekuatan media dan massa untuk menghasut rakyat Iran agar tidak mempercayai lagi kepemimpinan Mossadegh.

Inggris tentu saja punya alasan untuk merancang rencana "kudeta" terhadap pemerintahan Mossadegh dengan melibatkan AS. Inggris ternyata tidak senang dengan kebijakan Mossadegh yang melakukan nasionalisasi industri minyak di Iran, karena kebijakan itu menyebabkan kerugian besar bagi
perusahaan minyak Anglo Iranian Oil Company (AIOC)-sekarang British Petroleum (BP)-yang sejak tahun 1931 diberi hak monopoli dan konsesi penuh pengelolaan sumber minyak Iran.

Sementara Mossadegh adalah seorang doktor yang menganut prinsip anti-kapitalisme. Oleh sebab itu, sejak berkuasa pada tahun 1951, ia
menerapkan kebijakan nasionalisasi minyak Iran untuk meningkatkan devisa negara Iran. Karena selama ini, AIOC lah yang paling banyak menerima porsi dari keuntungan penjualan minyak Iran.

Iran memang harus menerima konsekuensi atas kebijakan Mossadegh itu.
Produksi minyak Iran jadi menurun karena AIOC menghentikan produksinya dan ini artinya, pendapatan Iran dari hasil ekspor minyak juga terganggu. Krisis minyak di Iran juga menyebabkan krisis minyak dunia. Kondisi ini diperparah dengan sikap Inggris yang "sakit hati" dengan kebijakan Mossadegh. Untuk membalas Iran, Inggris bersekutu dengan AS memblokade Teluk Persia sampai ke Selat Hormuz yang menjadi jalur utama lalu lintas minyak dunia dan lalu lintas perdagangan serta ekonomi Iran. Blokade itu, otomatis membuat ekonomi Iran mandeg.

AS bersedia membantu Inggris, juga karena punya kepentingan sendiri terhadap Iran. AS tidak suka melihat kedekatan Iran dengan musuh bebuyutan AS ketika itu, Uni Soviet dan ingin mengakhiri hubungan mesra
Iran dengan blok Timur. Tapi tidak mudah bagi Inggris membujuk AS agar menerima ajakannya untuk menjatuhkan Mossadegh di Iran. Ajakan Inggris itu ditolak AS pada masa pemerintahan Presiden Harry S. Truman. Rencana "kudeta" baru terwujud ketika AS di pimpin oleh Presiden Eisenhower, pengganti Truman.


Operasi Ajax

Setelah terjadi kesepakatan antara Inggris-AS. CIA menugaskan seorang agennya bernama Kermit Roosevelt Jr-cucu mantan presiden AS Theodore Roosevelt-untuk merancang operasi intelejen untuk menggulingkan Mossadegh yang diberi nama "Operasi Ajax". Sebagai pimpinan operasi, CIA menunjuk oleh Donald Wilber.

CIA memulai operasi itu dengan cara menghasut rakyat Iran agar pro-Barat, menghembuskan berbagai isu untuk melemahkan dukungan rakyat terhadap Mossadegh dan mempengaruhi sejumlah perwira di angkatan bersenjata Iran. Tapi rencana kudeta CIA yang akan dilakukan pada tanggal 15 Agustus 1953 gagal, karena keburu tercium oleh para pejabat militer Iran yang loyal dengan Mossadegh.

Mossadegh lalu memerintahkan Kepala Staff Keamanan Kabinet, Jenderal Taghi Riahi untuk menyelidiki rencana kudeta itu, yang kemudian mengirim utusan untuk mengabarkan rencana kudeta itu pada pasukan pengawal kerajaan. Tapi CIA berhasil mencegahnya dengan menyogok Jenderal Fazlollah Zahedi-pimpinan kelompok yang pro-Shah Iran-agar menangkap utusan Jenderal Riahi.

Upaya kudeta pertama berhasil digagalkan berkat perlawanan keras pasukan pemerintah Iran. Kermit Roosevelt dan Jenderal Zahedi bahkan melarikan diri ke wilayah utara Iran. Setelah kegagalan itu, CIA  merancang rencana kudeta yang baru dengan memanfaatkan media massa. CIA sengaja menyebarkan surat kaleng ke berbagai kantor berita yang isinya menyebutkan bahwa Shah Iran telah mengeluarkan dekrit untuk memecat perdana menteri Mossadegh dan menunjuk Jenderal Zahedi sebagai penggantinya. Tapi upaya ini pun tidak membuahkan hasil karena dukungan dan kepecayaan massa di Iran terhadap Mossadegh ternyata masih sangat kuat.

CIA nyaris putus asa melihat pemerintahan Mossadegh berhasil menangkapi agen-agen mereka yang direkrut di Iran dan menerapkan kebijakan ketat pada media massa. Shah Iran yang awalnya mendukung rencana kudeta CIA, juga melarikan diri ke Baghdad, Irak.

Tapi CIA tak mau Operasi Ajax itu gagal. Di Baghdad, CIA berhasil membujuk Shah Iran agar mengeluarkan dekrit untuk membubarkan pemerintahan Mossadegh. Dekrit yang disiarkan pada tanggal 19 Agustus oleh seluruh media massa itu memicu rusuh massa di Iran yang memaksa Mossadegh melepaskan jabatannya sebagai perdana menteri dan posisinya digantikan oleh Jenderal Zahedi.

Oleh CIA, Operasi Ajax untuk menggulingkan Mossadegh yang menjadi salah satu operasi intelejen terbesar AS, dinilai sukses. Shah Reza Pahlevi yang pro Barat kembali ke Iran dan sebagai ucapan terima kasih, Shah mengijinkan kembali AIOC mengelola minyak Iran, bersama lima perusahaan minyak AS, satu perusahaan minyak Prancis dan perusahaan minyak Dutch Royal Shell.

Operasi Ajax yang dilakukan CIA untuk menggulingkan pemerintahan di Iran dirancang dengan cara menimbulkan kerusuhan massa yang berujung pada munculnya mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Mossadegh. Operasi ini sekaligus membuktikan betapa konspirasi negara-negara Barat mampu menentukan siapa pemimpin di sebuah negara.

Melihat situasi Iran sekarang ini dan melihat sejarah Iran pada masa Mossadegh, menggelitik kita untuk melontarkan pertanyaan, apakah situasi ini murni karena ketidakpuasan sebagian rakyat Iran terhadap hasil pemilu atau ada tangan-tangan asing  yang bermain, yang memang ingin menciptakan situasi chaos untuk merongrong kewibawaan pemerintah Iran. Apalagi belakangan ini hubungan antara Barat dan Iran demikian tegang dan Barat tidak menyukai sosok Ahmadinejad yang memenangkan kembali pemilu di Iran.

Terkait situasi terakhir di Iran, pernyataan penulis dan wartawan kawakan Robert Fisk perlu dicermati. Fisk yang meliput langsung aksi demonstrasi di Iran pada situs Al Jazeera mengatakan, tidak semua pengunjuk rasa di Iran mendukung Mousavi. Sebagian besar dari mereka, kata Fisk, hanya orang-orang yang sekedar mempertanyakan hasil pemilu.

"Saya pikir tidak semua pengunjuk rasa adalah pendukung Mir Hussein Mousavi, tapi mereka adalah orang-orang yang tidak percaya  Ahmadinejad memenangkan pemilu," kata Fisk.

Yang patut disayangkan, sikap dunia Islam yang bungkam dan tidak menunjukkan peran aktifnya dan kritisnya dalam menyikapi situasi terakhir di Iran. Mereka lebih memilih diam dan mengamini tuduhan-tuduhan Barat terhadap Iran. (ln/berbagai sumber)

www.eramuslim.com

Monday, June 15, 2009

"Anda Benar-Benar Seorang Lelaki!"

Dalam sebuah kampanye, warga mendekati lelaki itu dan mengatakan, "Khaili Mardi !" yang artinya "Anda benar-benar seorang lelaki". pada rakyatnya, sosok pemimpin itu selalu mengatakan,"Kami adalah pelayan masyarakat. Dengan bangga kami menyatakan hal itu."

Tak heran kalau sosok lelaki itu terpilih lagi menjadi presiden untuk kedua kalinya. Rakyat Iran mempercayakan kepemimpinan negaranya pada Mahmoud Ahmadinejad lagi, terlepas dari
tudingan kecurangan dan aksi protes anarkis dari kubu yang kalah dalam pemilu.




Ah, saya termasuk yang tersenyum senang melihat kemenangan Ahmadinejad. Di tengah-tengah melorotnya citra dunia Islam dan moralitas para pemimpin negeri-negeri Muslim, sosok Presiden Iran ini ibarat air sejuk di tengah padang tandus. Dengan tegas dan berani ia menolak didikte dan tunduk pada kemauan Barat dan dengan lantang menyatakan mengkritik dan mempertanyakan eksistensi Zionis Israel . Dua hal yang tidak dilakukan mayoritas para pemimpin-pemimpin Muslim saat ini, yang membuat citra Islam dan Muslim terpuruk.

Di antara orang-orang yang membenci dan ingin menjatuhkannya, sosok Ahmadinejad menjadi ikon takyat Iran tapi juga bagi umat Islam di seluruh dunia yang merindukan sosok pemimpin yang relijius, bersahaja, cerdas dan berani. Sosok pemimpin bukan cuma mengumbar janji tapi berani mengatakan, "Kami adalah pelayan masyarakat. Dengan bangga kami menyatakan hal itu."  Pernyataan yang tidak pernah saya dengar dari para calon pemimpin di negeri ini, yang hanya berebut melontarkan janji untuk merebut simpati.

Tapi sistem politik di Iran hanya memberi jatah dua kali masa jabatan bagi seorang presiden yang sama. Adakah sosok pemimpin yang mampu menyamai figur seorang Ahmadinejad kelak? Semoga Ahmadinejad tetap istiqomah dengan sikap tegas dan bersajanya dan semoga Allah SWT menyiapkan pemimpin-pemimpin lain yang bisa mengangkat derajat dan membuat umat ini bangga dengan pemimpinnya.

gambar dari sini

Tuesday, June 9, 2009

Catatan Kecil Film Ketika Cinta Bertasbih


Saya termasuk yang menunggu-nunggu edarnya Film Ketika Cinta Bertasbih yang diangkat dari novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy. Bukan karena ingin tahu akan seperti apa sutradara kawakan Chaerul Umam mengangkat kisah ini ke layar lebar, tapi karena saya ingin melihat suasana Mesir yang menjadi lokasi pembuatan film ini sesuai cerita aslinya. Paling tidak, untuk menutupi kekecewaan pada film Ayat-Ayat Cinta, di film ini harapan saya untuk menikmati eksotika negeri Mesir kandas karena lokasi film itu diambil di India, tidak sesuai kisah asli di bukunya yang ber-setiing di Mesir.

Lalu, apakah harapan saya di KCB ini terpuaskan? Ternyata enggak juga. Karena dalam film yang berdurasi hampir dua jam ini ternyata tidak banyak mengeksplorasi pesona negeri Piramida yang seharusnya-setidaknya menurut saya- menjadi salah satu daya tarik bagi film yang dalam promonya mengklaim sebagai film indonesia pertama yang mengambil lokasi shooting di Mesir. Adegan-adegan dalam film ini lebih banyak di dalam ruangan, kalaupun di luar ruangan, sudut pengambilan gambarnya kurang menarik sehingga mata saya tidak berhasil menangkap keindahan kota Alexandria, Kairo dan seperti apa kompleks serta suasana Universitas Al-Azhar. Dari sisi sinematografi, terus terang saya lebih senang film Ayat-Ayat Cinta. Sudut pengambilan gambar dan pencahayaan di AAC lebih indah dan enak dinikmati oleh mata saya.

Yang agak mendingan di film KCB, adalah kemampuan Chaerul Umam merangkai kisah dan novel pertama KCB ini ke dalam rangkaian adegan demi adegan, meskipun alur ceritanya menurut saya sangat lambat dan pada beberapa adegan jadi sangat membosankan. Untunglah Chaerul Umam menyisipkan unsur "komedi" lewat karakter sebagian pemerannya yang mampu membuat penonton tertawa geli.

Patut disayangkan, film yang sudah susah payah mencari bintang yang akan memerankan film ini lewat proses seleksi dan konon proses "pendadaran" yang ketat, ternyata tidak mampu menghasilkan aktor dan aktris baru yang kualitas aktingnya mumpuni. Sebagian besar para pemeran di film ini aktingnya masih kaku dan masih keliatan dibuat-buat. Tapi saya apresiatif dengan akting Kang Abik yang justru bisa sangat natural dan santai. Sepertinya, Kang Abik juga berbakat jadi aktor.

Yang paling mengganggu dalam film ini adalah "pesan-pesan sponsor" yang ditampilkan begitu vulgar. Mulai dari produk kecap cap korma, bank mandiri, produk motor mio Yamaha, apalagi yah .... banyak deh iklan terselubungnya.

Secara keseluruhan, sebagai film yang menghibur, film KCB cukup berhasil. Dakwah di film ini menurut saya tidak terlalu kental, dan nampaknya cuma jadi pelengkap saja karena yang lebih banyak terekspos adalah kisah romantika cinta para mahasiswi-mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Universitas Al-Azhar. Si anu naksir si ini, si ini naksir si itu, cinta yang tidak kesampaian, yah begitulah ....datar saja. Konflik dalam kisah KCB gagal mengaduk-aduk emosi penonton seperti jika kita membaca bukunya.

Film ini diakhiri dengan kepulangan Azzam ke Indonesia dan di layar tertulis "To be continued". Itu artinya masih ada film KCB jilid 2. Saat bangun dari kursi, di belakang seorang penonton nyeletuk "yah .... udah filmnya lama, bersambung pula ..."  Saya cuma nyengir mendengar celetukan itu, sambil menahan kantuk, keluar bioskop.

Monday, June 8, 2009

you are always on my mind


i hope everything will change as i start my work today. my emotion, my perspectives,  my the way of thinking though i do not expect much that i will see and feel a fresh and new atmosphere in my office. i still feel something bothering me as a human being who believes that God creates mankind with different background, ethnics, languanges and faith ! for a purpose and we should respect each other.

but i have to accept the reality, still there are some people hates other people based on their faith. some people claim others as infidels just because the differences on what they believe. a cold war is still going on and seems never end.  i think about it much on my a week-leave and i find that i just an ordinary human being who wants peace and unity of this ummah to face a big chalenges ahead. but i have no power to change the situation which is full of prejudices. i just can  say loud and clear that i won't be entraped on that hatred. Allah swt know it best.

anyway ... i am glad i come back here and meet you all my friend on my multiply ... thinking about you all make me strong and keep believing that there are many people in the world who are loving, caring and respecting people with its uniqueness and differences.

thats why ...  you are always on my mind ...

Monday, June 1, 2009

... after five years ...


five years it's quite a long time, but i still remember how it feels to work in a studio at radio station that sometimes makes me longing for coming back to the old times. talking on microphone, reading some news or just playing music to entertain the listeners and i am really yearning to operate studio-mixer equipment as i was doing my job as a subtitute announcer.


but today, alhamdulillah i can feel the old times atmosphere again as i and my colleague, Rahma were invited to Delta FM-one of big radio station in Jakarta-as a guest in its programme hosted by Shahnaz Haque and Gilang Pambudi to promote  a newly published book entittled Oase Iman:Menembus Batas Logika, in which i and Rahma acted as an editor for the book.

i used to interview people but today i am being interviewed and i found that it is easier to interview than being intervie
wed . anyway thank to all Delta FM crews for the friendliness that make us comfortable during one-hour program.




hampir lima tahun meninggalkan dunia radio, kadang terselip kerinduan pengen cuap-cuap lagi di depan mik, kerinduan buat muter-muter lagu dan peralatan mixer di studio radio. alhamdulillah, hari ini kerinduan ini seperti terbebaskan di Delta FM, meski cuma jadi tamu program acara yang dibawain Shahnaz Haque dan Gilang Pambudi. bedanya, kalo dulu saya yang suka menginterview orang di radio, hari ini saya dan Rahma, rekan satu kantor yang diwawancarai soal buku eramuslim yang baru terbit, berjudul Oase Iman: Menembus Batas Logika.

ternyata, lebih enak mewawancarai orang daripada diwawancarai yah. Anyway, thank buat kru Delta yang sudah mengundang kita buat mempromosikan buku Oase Iman dan konsep siarannya yang ok banget. semoga kita bisa bekerjasama lagi di lain kesempatan.