Friday, May 27, 2011

Noel Botham Menjawab Teka-Teki Kematian the "England Rose"



Noel Botham, penulis buku "The Murder of Princess Diana" mengungkapkan, militer AS terlibat dalam kematian Putri Diana dalam kecelakaan di Paris pada tahun 1997.


Menurut Botham, latar belakang pembunuhan Diana tidak lain karena kampanye antiranjau yang dilakukan oleh Diana. Saat berkunjung ke AS tahun 1997, kata Botham, Diana berhasil membujuk mantan presiden AS Bill Clinton untuk mendukung kampanye global antiranjau dalam Konferensi Oslo yang akan digelar pada tanggal 19 September tahun itu juga.

"Militer AS tidak senang dengan kampanye yang dilakukan Diana, dan pihak militer tahu betul bahwa Clinton tidak akan mengubah dukungannya sepanjang Diana masih hidup," kata Botham.

"Ada tekanan yang sangat besar dari pihak militer di AS untuk meminta Clinton menghentikan kesepakatan internasional antiranjau dan agar Clinton menarik dukungannya. Terajdi lobi yang hebat di Gedung Putih. Dan tentu saja, 19 hari setelah kematian Diana, Bill Clinton berangkat ke Oslo dan berbalik menentang kesepakatan antiranjau itu," sambung Botham.

Ia juga mengungkapkan, kurang dari setahun setelah kematian Diana dalam kecelakaan di Prancis, media massa di dunia berusaha mendesak CIA, FBI dan Departemen Keamanan Nasional AS agar merilis arsip mereka tentang kematian Diana. Sampai sekarang, akses terhadap arsip-arsip itu tidak pernah diberikan.

"Mereka (CIA, FBI dan Departemen Keamanan Nasional) semuanya memberikan satu jawaban, bahwa mereka akan menyimpan halaman-halaman tertentu dari 145 halaman (laporan kematian Diana) yang dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya yang serius terhadap keamanan dalam negeri AS," ujar Botham.

Pada saat yang hampir bersamaan, film berjudul "Unlawful Killing" yang diputar di Festival Film Cannes di Prancis, belum lama ini juga menjadi kontroversi. Film yang mengangkat kisah kematian Diana, Dodi Fayed dan sopir mereka Henri Paul, menurut sutradaranya, Keith Allan, adalah film yang "menyelidiki hasil penyelidikan kematian Putri Diana."

Film itu menengarai ada konspirasi dibalik kematian "England Rose" itu dalam kecelakaan mobil pada 31 agustus 1997.  Di Inggris Raya, film itu dilarang diputar dengan alasan "keamanan nasional."


sumber: Press TV

cerita terkait : "Teka-Teki di Balik Kematian Putri Diana"



Thursday, May 26, 2011

Mau Jadi Presiden Lagi Tuan Obama?



*Ketika Darah dan Nyawa Rakyat Palestina Jadi Taruhan Ambisi Obama*

Tiga hari setelah memberikan pidato tentang kebijakan luar negerinya untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Presiden AS Barack Obama kembali berpidato di konferensi tahunan AIPAC, pada Minggu (22/5). Pada dasarnya, isi kedua pidato Obama dalam dua kesempatan berbeda itu sama saja, menegaskan kembali sikap Obama bahwa dirinya adalah pendukung setia Zionis Israel dan jelas menyiratkan bahwa ia tak pernah sepenuh hati mendukung perdamaian di Timur Tengah, khususnya masalah kemerdekaan Palestina.


Para analis politik internasional berpendapat, pidato Obama dalam waktu yang nyaris berdekatan, tidak lebih sebagai strategi Obama menjelang pemilu presiden tahun depan. Jauh-jauh hari, Obama sudah mengisyaratkan bahwa dirinya akan mencalonkan diri lagi dalam pemilu presiden AS tahun 2012.

Presiden Gagal

Pertengahan Januari kemarin, Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan bahwa Obama berencana mengajukan surat pencalonan resmi dalam beberapa bulan mendatang. "Kami telah mencapai beberapa kemajuan dalam memulihkan perekonomian, dan saya pikir Presiden ingin terus melakukan itu," kata Gibbs saat itu.

Tapi fakta bicara lain, beberapa survei menunjukkan popularitas Obama di mata rakyat Amerika, terus menurun sejak ia resmi menjadi presiden AS tahun 2008 lalu. Popularitas Obama keturunan Afrika itu bahkan mencapai titik terburuk pada tahun 2009, karena sebagian besar rakyat AS menilai Obama gagal mengatasi persoalan dalam negeri, khususnya masalah ekonomi dan persoalan luar negeri, terutama kebijakannya dalam perang AS di Afghanistan.

Survei yang dilakukan Rasmussen Report baru-baru ini misalnya, menunjukkan bahwa 50 persen responden dari kalangan rakyat AS menyatakan sangat tidak puas dengan kinerja Presiden Obama. Angka itu meningkat tajam dibandingkan survei tahun 2009, yang prosentasenya hanya 30 persen.

Situs Business Insider dalam laporannya menyebutkan bahwa Obama gagal memenuhi janji-janji kampanyenya dalam pemilu presiden lalu. Penghargaan Nobel Perdamaian yang diterima Obama tahun 2009, juga tak mampu mendongkrak popularitasnya. Obama yang menggunakan jargon "Change" dalam kampanye presidennya dulu, terbukti tak mampu melakukan transformasi yang drastis dan esensial untuk negaranya, seperti yang dijanjikannya.

Rakyat AS yang sudah capek dan muak dengan kebijakan agresif presiden sebelumnya, George W. Bush, menginginkan kehidupan yang lebih damai dan tenang, dan berharap ada pemimpin baru yang berbeda dalam menjalankan roda pemerintahan. Tapi harapan rakyat AS itu kandas, karena pemimpin baru yang diharapkan membawa perubahan itu ternyata sama saja dengan pemimpin sebelumnya. Di mata rakyat AS dan dunia internasional, utamanya dunia Islam, Obama hanya kepanjangan tangan dan meneruskan kebijakan-kebijakan AS yang imperialis, militerisme dan pro-Zionis Israel.

Sampai sekarang, Obama belum juga menutup kamp penjara Guantanamo dan tutup mata atas penyiksaan terhadap para tahanan muslim yang masih terus berlangsung di kamp penjara itu. Obama sama sekali tidak mendekat pada dunia Islam, seperti isi pidatonya di Kairo tahun 2009. Obama cuma bisa mengecam perluasan pemukiman ilegal Israel di tanah Palestina, tapi tidak mengenakan sanksi berat pada Israel. Alih-alih menarik pasukannya dari Irak, Obama mengirim tentara tambahan ke Afghanistan dan melakukan serangan udara sepihak ke wilayah Pakistan, dengan menggunakan pesawat tanpa awak sehingga menimbulkan korban di kalangan warga sipil.

Obama dan jajarannya nampaknya sadar betul bahwa mereka sudah tidak populer lagi di mata rakyat, dan ini menjadi akan menjadi kendala besar bagi kemenangan Obama dalam pemilu tahun depan. Mereka putar otak, dan menemukan cara yaitu dengan membuat berita terbunuhnya "teroris paling berbahaya di dunia", pemimpin jaringan Al-Qaida Usamah bin Ladin yang selama ini dijadikan musuh nomor satu seluruh rakyat AS.

Dengan dukungan media massa AS, berita dan penayangan operasi "heroik" pasukan khusus AS membunuh Bin Ladin disebarluaskan ke seluruh dunia. Obama langsung berpidato, memuji operasi itu dan  menyebut tewasnya Bin Ladin sebagai kemenangan seluruh rakyat Amerika dalam melawan terorisme.

Tapi, apakah itu semua mampu memulihkan popularitas Obama? Sebagian rakyat AS memang bersuka ria mendengar berita tewasnya Obama. Tapi setelah itu, mereka kembali dicekam ketakutan akan kemungkinan tindakan balasan atas kematian Bin Ladin. Selain itu, banyak kalangan mulai meragukan kematian Usamah bin Ladin. Mereka membeberkan kejanggalan-kejanggalan operasi yang dilakukan pasukan khusus AS ke Abbotabad, lokasi yang diklaim tempat ditemukannya Bin Ladin. Sebagian pihak meyakini yang terbunuh di tempat itu bukan Bin Ladin, dan sampai sekarang Bin Ladin masih hidup. Sebagian lagi menyatakan bahwa Bin Ladin sudah lama meninggal dunia karena suatu penyakit.

Dan jangan lupa, ada sejumlah ilmuwan dan jurnalis seperti Mark Weber, Kevin Barret, Paul Craig Roberts dan Christopher Bollyn yang hingga detik ini meyakini bahwa serangan 11 September 2001 yang oleh AS diklaim didalangi Usamah bin Ladin, sebenarnya adalah 'kerjaan' CIA dan FBI atau operasi rahasia yang dilakukan Mossad, lembaga intelijen Israel.

Kampanye Pencitraan

Perkembangan situasi setelah berita kematian Usamah bin Ladin, tetap tak menguntungkan posisi Obama untuk mendapatkan simpati rakyatnya. Jalan satu-satunya yang bisa dilakukan adalah kembali melakukan "kampanye pencitraan" seperti yang dilakukan Obama saat bertarung dalam pemilu presiden dulu.

Pidato kedua Obama tentang Timur Tengah dan dunia Islam, setelah pidato pertamanya di Kairo, serta pidato Obama di hadapan para pelobi Yahudi pro-Israel, adalah bagian dari kampanye pencitraan itu. Obama bisa jadi tak perlu berharap banyak pada dukungan rakyatnya atau pada dukungan Timur Tengah serta dunia Islam agar bisa memenangkan kembali pemilu presiden 2012. Tapi ia sangat berharap banyak pada dukungan para Yahudi Zionis yang lewat kelompok lobinya, terbukti mampu menentukan arah dan mendikte kebijakan negara besar semacam AS dan menjadi penentu siapa yang pantas menjadi presiden AS.

Soal dukungan rakyat, bisa diatur, karena kelompok-kelompok lobi Yahudi Zionis pro-Israel sudah mengendalikan hampir seluruh lini kehidupan masyarakat AS, mulai dari Kongres, konglomerasi media massa dan institusi-institusi keuangan di AS.

Lobi Yahudi Zionis pulalah yang pada pemilu 2008 lalu, berperan besar dalam kemenangan Obama. Kemenangan itu tidak lepas dari sikap serta dukungan Obama terhadap Zionis Israel, saat mencalonkan diri sebagai kandidat dalam pemilu presiden AS.

Dalam kunjungannya ke kota Sderot, Israel pada Juli 2008, Obama mengatakan, "Jika seseorang mengirimkan roket ke rumah saya, tempat di mana kedua putri saya tidur di waktu malam, saya akan melakukan apapun untuk menghentikannya. Saya harap Israel juga melakukan hal yang sama."

Sedangkan soal Hamas, seperti dikutip dari New York Times edisi 23 Juli 2008, Obama mengatakan, "Terkait negosiasi dengan Hamas, sangat sulit bernegosiasi dengan sebuah kelompok yang bukan mewakili sebuah bangsa, yang tidak mengakui eksitensi Anda (Israel) dan menggunakan teror sebagai senjata."

Setahun sebelumnya, pada Maret 2007, dalam pidatonya di hadapan AIPAC--organisasi lobi Yahudi pro-Israel terbesar di AS--Obama mengatakan, "AS harus mempertahankan komitmen totalnya terhadap Israel, dengan cara membiayai program peluru kendali agar militer Israel bisa menahan serangan dari Teheran (Iran) dan Gaza."

Masyarakat internasional juga tentu masih ingat, bagaimana Obama bungkam ketika Israel melakukan serangan brutalnya ke Jalur Gaza pada tahun 2008.

Ketergantungan Obama pada Zionis makin jelas, ketika ia memilih orang-orang yang duduk dalam kabinet dan pemerintahannya. Sebuah saja Wakil Presiden Joe Biden yang jelas-jelas mengakui, "Saya seorang Zionis. Anda tidak perlu menjadi seorang Yahudi untuk menjadi seorang Zionis." Lalu ada Rahm Emanuel, yang ditunjuk Obama sebagai kepala staf Gedung Putih.  Emanuel adalah anak lelaki dari bekas pasukan Irgun, pasukan Zionis yang melakukan pembantaian dan pengusiran terhadap rakyat Palestina saat pembentukan negara ilegal Israel. Emanuel memiliki dua kewarganegaraan, AS dan Israel. Selebihnya, hampir semua posisi penting dalam lembaga pemerintahan AS, dijabat oleh tokoh-tokoh yang pro-Zionis Israel.

Dua hari setelah ia dilantik, Obama kembali mempertegas kecintaannya pada Israel dalam pidatonya. Ia mengatakan, "Amerika berkomitmen pada keamanan Israel. Dan kita akan selalu mendukung hak Israel untuk membela dirinya di hadapan ancaman yang nyata."

Jadi, tak perlu heran, jika selama pemerintahannya, konflik Israel-Palestina terus tarik ulur. AS adalah Israel, dan Israel adalah AS, menjadi harga mati yang mustahil bisa berubah, siapa pun yang memimpin AS. "Siapa pun yang mengancam Israel, mengancam kita (AS)," kata Obama.

Siapa yang dimaksud dengan ancaman buat Israel, sudah tentu negara-negara tetangga Israel, yang notabene negara-negara Muslim. Tak heran, jika Obama bersikap lain di mulut, lain di tindakan ketika menyangkut kepentingan negara-negara Muslim. Yang penting jangan sampai merugikan Israel.

Maka, demi memenangkan pemilu presiden AS 2012, Obama kembali "cari muka" di depan para pelobi Zionis. Tak peduli Obama harus mempermalukan dirinya sendiri, dengan mengorbankan nyawa anak-anak dan perempuan Palestina, demi mendapat dukungan dari kelompok Zionis untuk memuluskan jalannya ke kursi kepresidenan untuk yang kedua kalinya. Adakah yang lebih memalukan dari sikap semacam ini? (ln)

Wednesday, May 18, 2011

Berita Museum yang Bikin Senyum



Baru inget kalau hari ini adalah Hari Museum Dunia. Dan dalam rangka memperingati Hari Museum Dunia yang jatuh tiap tanggal 18 Mei, seluruh museum di Jakarta tidak mengenakan biaya alias gratis bagi para pengunjung yang datang pada hari ini.  Padahal, siapa juga yang mau bela-belain ke museum di hari kerja. Kenapa masuk gratisnya enggak digelar sampai sabtu atau minggu gitu ...


Ngomongin soal museum, jadi inget berita televisi yang saya tonton kemarin (nama stasiun tv-nya lupa), tentang liputan tempat-tempat wisata yang ramai dikunjungi di hari libur kejepit nasional. Saya tertarik dengan laporan tv itu tentang museum-museum di Jakarta yang justru tutup pada tanggal merah, sehingga pengunjung yang sudah kadung datang ingin melihat isi museum, jadi kecewa.

Logikanya, sebagai obyek wisata sejarah, hari-hari libur, termasuk hari libur nasional adalah kesempatan untuk menggaet banyak pengunjung. Apalagi bagi masyarakat Indonesia umumnya, museum bukanlah tujuan wisata favorit kecuali kalau ada studi tur dari sekolah. Mungkin cuma segelintir orang yang gemar jalan-jalan ke museum sebagai pengisi liburan.

Kembali ke berita tv tadi soal pengunjung museum yang kecewa, saya betul-betul tersenyum mendengarnya. "Indonesia banget deh, ah," gumam saya dalam hati. Yang bikin saya tersenyum adalah kebijakan museum tutup pada hari libur nasional, jelas tidak sejalan dengan pernyataan Menteri Pariwisata yang berharap "hari kejepit" diantara hari libur, dijadikan sebagai hari "cuti bersama" agar bisa meningkatkan kunjungan wisatawan lokal. Dalam konteks kebijakan museum tadi, jelas ada ketidakkompakkan antara "atasan" dengan "bawahan".

Tapi, ya sudahlah. Kita memang sudah terbiasa melihat "harapan" yang jauh dari "kenyataan" di negeri ini. Yang jelas, saya masih menyimpan harapan untuk mewujudkan proyek mengunjungi semua museum di Jakarta, untuk menjadi kenyataan. Saya menyebutnya "Proyek 1.000 Museum." Cuma koq, rada susah yang nyari database tentang museum-museum apa saja yang ada di Jakarta. Ada yang bisa bantu saya?

Tuesday, May 17, 2011

Ada Gempa? Mengapa Harus Gempar ... (Bagian 2)



Teknologi Canggih Bukan Jaminan




Yang pertama, kita mungkin harus memahami dan menerima kenyataan bahwa kita hidup di atas permukaan bumi yang rawan ancaman gempa. Daripada terus menerus merasa ketakutan, lebih baik kita "berteman" akrab dengan gempa, seperti halnya masyarakat Jepang. Yang terpenting bukan lagi mengetahui berapa besar skala gempa, tapi antisipasi apa yang kita siapkan jika terjadi gempa. Karena sampai saat ini, korban bencana lebih banyak diakibatkan dari lambatnya pertolongan, daripada akibat terkena bencananya langsung. Sayangnya, dari berbagai bencana alam besar yang terjadi di Indonesia, pemerintah terlihat masih "gagap" untuk melakukan reaksi cepat, menolong para korban bencana. 

Pemerintah juga kurang memberikan penyuluhan bagi masyarakat, lewat media cetak maupun elektronik, tentang antisipasi jika terjadi gempa. Berbeda dengan Jepang, yang secara rutin melakukan pelatihan dan simulasi menghadapi gempa pada rakyatnya. 

Dr. Wahyu Triyono mengungkapkan, efek bencana sebenarnya bisa diminimalisir dengan cara meng-edukasi masyarakat tentang ancaman gempa, serta komitmen yang kuat baik dari masyarakat maupun pemerintah dalam hal antisipasi bencana. 

"Kita tidak bisa hanya mengandalkan peralatan atau teknologi canggih, karena semua itu belum tentu efektif. Daripada membeli peralatan canggih yang mahal, apalagi pembeliannya dengan cara berhutang yang berpotensi dikorupsi, lebih baik dananya digunakan untuk mendidik masyarakat tentang potensi bencana  dan cara penanggulangannya bersama-sama. Efektifitas teknologi itu sangat tergantung pada pengetahuan masyarakatnya,"  tukas Dr. Wahyu.

Selain itu, pemerintah juga harus memperhatikan tata ruang daerah atau kota. Harus dibuat jalan yang lurus  menuju tempat yang lebih tinggi--ini untuk antisipasi tsunami--dan tersedianya ruang terbuka untuk memudahkan pertolongan bagi para korban, dengan membuka tenda-tenda yang berfungsi sebagai rumah sakit darurat. Nah, dalam konteks di Jakarta, masih adakah ruang terbuka yang tersisa sebagai antisipasi terjadinya bencana?

Yang terpenting, jangan gampang panik dengan informasi akan terjadinya gempa, yang tidak jelas kebenarannya. Manusia baru bisa tahu kapan gempa (akan) terjadi, setelah gempa itu terjadi, termasuk besaran magnitude-nya. (tamat)

sumber: "Tsunami The Deadliest Wave"--Angkasa.

Ada Gempa? Mengapa Harus Gempar ... (Bagian 1)

Sepanjang dua hari kemarin beberapa stasiun televisi ramai membahas tentang "potensi gempa berskala 8,7 skala Richter mengguncang Jakarta".  Usut punya usut, ternyata berita gempa yang bikin "gempar" ini berawal dari status di Facebook Andi Arief--penasehat presiden untuk penanggulangan bencana alam--yang isinya kira-kira mengatakan bahwa kawasan Selat Sunda menyimpan potensi gempa hingga berskala 8,7 skala Richter, yang kemudian di-blow up-media sedemikian rupa hingga isunya berkembang bahwa Jakarta akan diguncang gempa berkekuatan 8,7 skala Richter, sehingga membuat banyak warga Jakarta panik.

Entah sudah berapa kali warga Jakarta dibuat panik dengan isu akan terjadinya gempa besar di ibukota, biasanya beredar lewat sms atau dunia maya. Padahal, kalau tidak mudah percaya dan lebih teliti membaca kabar itu, kita akan mudah menemukan kejanggalan. Misalnya, soal hari, tanggal bahkan waktu terjadinya gempa yang dicantumkan secara tepat, karena gempa adalah fenomena mendadak. Seismolog--ahli gempa--sekalipun tidak akan mengetahui secara tepat kapan atau di mana gempa akan terjadi. Teknologi gempa yang ada sekarang pun hanya mampu memprediksi terjadinya gempa. Tapi dimana, tanggal berapa, bulan apa, tahun berapa, hari apa dan jam berapa tepatnya gempa akan terjadi, semua itu adalah hak mutlak Allah Swt, Sang Pemilik alam semesta.

Seperti biasanya, tv-tv cuma mengedepankan "sensasi" beritanya saja, tanpa menyertakan informasi penunjang yang lebih dalam untuk menjelaskan pada masyarakat soal ancaman gempa, khususnya bagi warga Jakarta. Memang sih, pihak tv mengundang nara sumber ahli gempa, tapi kadang-kadang penjelasan yang diberikan para pakar gempa itu terpotong-potong oleh pertanyaan pembawa acara yang kelewat bawel dan sok pinter. Jadinya, masyarakat tidak mendapat informasi yang lengkap dan utuh. Yah maklum deh, pembawa acara berita/wawancara di tv-tv kita, masih banyak yang kualitasnya memang masih dibawah standar seorang jurnalis, suka motong-motong penjelasan nara sumber seenaknya.


Tiap Detik Terjadi Gempa




Balik lagi ke soal gempa. Kita mungkin sudah sering mendengar bahwa secara geografis, posisi Indonesia berada di kawasan Cincin Api (Ring of Fire). Cincin Api adalah sebutan bagi kawasan lingkaran gunung berapi di wilayah Samudera Pasifik.  Lingkaran gunung berapi itu membuat wilayah Samudera Pasifik sarat dengan aktivitas perut bumi yang masih memijar dan sangat panas. Khusus Indonesia, selain berada di kawasan Cincin Api, Indonesia juga diapit oleh tiga lempeng raksasa, yang apabila terjadi aktivitas di dalam perut bumi tadi, lempengan-lempengan ini bisa saling bertumbukan, sehingga terjadilah gempa.

Posisi yang demikian, membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan gempa. Menurut Dr. Wahyu Triyono--ahli gempa dari ITB--di Indonesia, setiap detik pasti terjadi gempa. Hanya saja kekuatannya kecil-kecil, tidak terasa oleh manusia dan hanya terdeteksi oleh alat pencatat gempa, seismograf.

Gempa memang tidak bisa dipastikan kapan terjadinya, tapi bisa diprediksi. Karena menurut Wahyu, sebagian besar gempa mengikuti pola siklus, bisa puluhan, ratusan atau ribuan tahun. Para ahli gempa di Indonesia sebenarnya sedang khawatir. Pasalnya, beberapa daerah di Indonesia kebanyakan sudah mencapai ujung siklus.

Berdasarkan penelitian, saat ini, daerah di Indonesia yang berpotensi mengalami gempa besar antara lain; perairan di sekitar Mentawai, Padang, Bengkulu, sedikit di Lampung, Sulawesi Utara dan Tenggara dan wilayah kepala burung Pulau Papua. Untuk pula Jawa, potensi ancama gempa masih ada, tapi tidak besar. (bersambung)


sumber: "Tsunami The Deadliest Wave"--Angkasa.


Thursday, May 12, 2011

Mereka Ingin Bersukaria di Atas Penderitaan Rakyat Palestina


Tanggal 14 Mei 1948, ketika orang-orang Yahudi Zionis bersukaria atas
berdirinya negara ilegal mereka, ratusan ribu rakyat Palestina justru mengalami penderitaan lahir batin yang berlangsung hingga detik ini. Hari itu menjadi "Hari Bencana" bagi rakyat Palestina, dan sampai sekarang,


Beberapa hari belakangan ini, berita seputar rencana sekelompok orang yang mengatasnamakan Komunitas Yahudi Indonesia merayakan hari kemerdekaan Israel menjadi isu hangat, terutama bagi kaum Muslimin yang peduli pada perjuangan rakyat Palestina.

Berita ini seolah menjadi "tamparan" baru, khususnya bagi Muslim Indonesia yang belakangan ini diterpa berbagai isu tak sedap, mulai dari terorisme sampai kasus NII yang membuat para orang tua melarang anak-anaknya ikut kegiatan pengajian dan membuat banyak orang Islam jadi fobia pada Islam.

Kelompok yang tiba-tiba muncul dengan mengatasnamakan Komunitas
Yahudi Indonesia ini seperti menyentak kesadaran kita bahwa ternyata di Indonesia sel-sel Yahudi Zionis ada dan aktif. Dengan asumsi, jika kelompok ini memang benar merupakan komunitas Yahudi pro Israel, dan bukan kelompok yang "sengaja diciptakan" untuk memanfaatkan situasi dimana saat ini Islam dan orang Islam di Indonesia sedang dipojokkan dengan berbagai isu miring, dan untuk memprovokasi umat Islam karena isu Israel merupakan isu sensitif bagi kaum Muslimin.

Terus terang, saya agak ragu tentang "keaslian" Komunitas Yahudi Indonesia ini memang benar-benar komunitas Yahudi pro-Israel yang ada di Indonesia.
Keraguan saya yang pertama, dari pernyataan mereka ingin merayakan "kemerdekaan" Israel seperti yang ditulis di banyak media massa. Saya tidak tahu, apakah medianya yang salah kutip, atau kelompok bersangkutan memang mengatakan "hari kemerdekaan Israel."

Kata "kemerdekaan Israel" jadi aneh, setidaknya buat saya,
pertanyaannya adalah memang sejak kapan Israel dijajah sehingga mengklaim "merdeka". Di kamus bahasa Indonesia arti kata "kemerdekaan" adalah keadaan (hal) berdiri sendiri, dalam artian bebas, lepas, tidak terjajah lagi. Memang sebelum ini Israel dijajah? Yang ada, Israel-lah yang menjajah wilayah orang lain, yaitu Palestina.



Israel tak pernah dijajah, tapi berdirinya negara ilegal itu yang menjadi awal penjajahan modern di dunia ini. Israel "didirikan" secara sepihak oleh
kaum Zionis untuk mengumpulkan kembali kaum Yahudi diaspora, dengan cara merampas tanah, rumah, harta benda rakyat Palestina, dan mengusir rakyat Palestina dari tanah airnya.  

Sejauh yang saya tahu, media Barat saja tidak pernah menyebut hari
kemerdekaan buat Israel, tapi "hari berdiri" nya negara Israel (the establishment of Jewish State).

Yang mencurigakan lagi, pemimpin kelompok itu menyatakan akan merahasiakan tempat pelaksanaan perayaan "hari merdeka" Israel. Tapi ia membeberkan rencana perayaan itu ke media massa. Sepertinya ini cuma
taktik untuk cari sensasi atau sengaja ingin memprovokasi? Kalau memang kelompok ini sudah berani tampil dan memublikasikan diri mereka sebagai Komunitas Yahudi pro-Israel (kenapa saya pake tambahan pro-Israel, karena enggak semua Yahudi mendukung Israel dan Zionismenya), kenapa juga harus takut kalau mau buat perayaan secara terbuka.  Pengecut? mungkin.

Kita sepertinya harus hati-hati dengan cara-cara yang dilakukan kelompok seperti ini. Jangan sampai reaktif seperti yang sudah-sudah. Ini bukan
berarti kita diam saja atau apatis, karena biar bagaimanapun juga, perayaan "hari merdeka" Israel apalagi sampai mengibarkan benderanya, adalah persoalan serius, bukan hanya untuk umat Islam tapi juga bagi pemerintah  Indonesia, karena komitmen Indonesia adalah mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Di sisi lain, dengan kemunculan kelompok pro-Israel ini, kita jadi tahu
wajah-wajah Zionis di negeri ini yang bukan tidak mungkin akan memperluas pengaruhnya dan meracuni generasi muda Indonesia yang tak paham apa itu Zionisme.

Temans, yang perlu kita ingat, tanggal 14 Mei 1948, ketika orang-orang Yahudi Zionis bersukaria atas berdirinya negara ilegal mereka, ratusan ribu rakyat Palestina justru mengalami penderitaan lahir batin yang berlangsung hingga detik ini. Hari itu menjadi "Hari Bencana" bagi rakyat Palestina, da
n sampai sekarang,  mereka dan masyarakat Muslim dunia yang peduli Palestina, mengingatnya sebagai Hari Nakba atau Hari Bencana yang diperingati setiap tanggal 15 Mei.

Hingga saat ini, Israel tidak pernah berhenti melakukan pembersihan etnis
Palestina demi mewujudkan ambisi membangun Israel Raya. Adalah tanggung jawab setiap manusia, bukan hanya muslim, yang peduli akan kemanusiaan untuk mengakhiri penjajahan Israel di bumi Palestina. Jika ada segelintir manusia aneh yang merayakan penjajahan itu, kita pantas bersikap tanpa harus melakukan kekerasan. Ini juga akan menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia untuk menunjukkan komitmennya mendukung perjuangan Palestina, dengan tidak membiarkan kelompok ini dengan leluasa melakukan aksinya.



Wednesday, May 11, 2011

Tips Aman Naik Pesawat Terbang


Kecelakaan pesawat yang terjadi umumnya seperti sebuah malapetaka yang mengerikan. Tapi, mungkingkah selamat dari kecelakaan pesawat, yang paling buruk sekalipun? Jawabannya adalah mungkin saja.


Dari sekitar 95 persen kecelakaan pesawat terbang, masih ada yang selamat. Tabrakan pesawat jumbojet Boeing 747 KLM dan Pan American pada Maret 1977, tercatat sebagai kecelakaan pesawat terburuk dalam sejarah penerbangan. Kecelakaan ini, menelan korban tewas 583 penumpang. Tapi ajaibnya, masih ada beberapa orang yang selamat dalam insiden mengerikan ini.

Meski pesawat yang kita tumpangi pesawat canggih, krunya profesional dan ahli dan sudah melalui proses pemeriksaan sebelum terbang. Apapun bisa terjadi di setiap detik penerbangan. Mulai dari pesawat lepas landas sampai mendarat. Jika kecelakaan masih terjadi, maka takdirlah yang bicara.

Meski demikian, ada beberapa tips untuk mengantisipasi kemungkinan buruk saat naik pesawat terbang;

1. Kenakan celana panjang, kaos lengan panjang dan sepatu tak bertali.

Pakaian lengan panjang untuk membuat tubuh tetap hangat dan memperkecil kemungkinan tubuh tergores serpihan pesawat. Sepatu bertali tidak disarankan, karena tali sepatu bisa mengait pada serpihan sehingga menyulitkan proses penyelamatan diri.

2. Pesan kursi yang "tepat"

Ketika terjadi kecelakaan, peluang menyelamatkan diri pada saat kejadian impak pertama dan ini sangat tergantung pada dimana posisi kita duduk. Posisi yang menguntungkan adalah dekat pintu darurat dan ada di sepanjang lorong kabin. Berdasarkan penelitian, penumpang yang duduk di kabin bagian belakang memiliki peluang selamat 40 persen dibanding yang duduk di barisan depan.

3. Selalu sempatkan diri membaca brosur panduan keselamatan

Setiap pesawat punya prosedur dan instruksi keselamatan yang berbeda-beda. Jika terjadi situasi darurat, setidaknya kita tahu langkah awal apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan diri.

4. Buat rencana penyelamatan

Maksudnya, saat kita melakukan penerbangan, begitu naik pesawat, pikirkan langkah penyelamatan untuk antisipasi kalau-kalau terjadi kecelakaan. Yang perlu kita pikirkan adalah tahu bagaimana cara keluar dari kursi tempat kita duduk dan memahami jalur menuju pintu darurat. Kita juga harus paham bagaimana caranya meraih selimut atau pelampung.

5. Tetap duduk tegak dengan sabuk pengaman terkunci

Ini posisi teraman dan paling menguntungkan, apalagi jika kita ingin tidur atau tertidur di pesawat. Posisi ini juga menjamin keamanan kita dari tarikan gaya gravitasi yang sewaktu-waktu bisa terjadi di udara.

6. Siap mengamankan badan dan kepala

Ada dua posisi yang dianjurkan, yang tergantung pada jarak kursi kita dengan kursi di depan kita. Jika jaraknya cukup dekat dengan punggung kursi di depan kita, dalam situasi darurat, taruh kedua telapak tangan di punggung kursi di depan kita, dalam posisi menyilang. Pada titik silang tangan kita, senderkan kening.

Jika jarak kursi di depan kita cukup jauh, cukup senderkan kening di hamparan paha kaki. Lalu kalungkan lengan di sekitar betis. Untuk lebih aman, letakkan bantal di antara kening dan paha yang menjadi sandaran.

7. Tetap tenang dan selalu berpikir rasional

Bersikap tidak panik akan membantu kemudahan kita untuk keluar dari pesawat yang mengalami kecelakaan.

8. Kenakan masker oksigen sebelum menolong penumpang yang lain

Hanya ada waktu 15 detik untuk bersiap diri jika terjadi dekompresi. Jika terlambat mengenakan masker oksigen, kita akan pingsan. Makanya, jangan bosan mendengar petunjuk yang selalu diberikan awak kabin sebelum terbang.

9. Hindari asap

Ketahuilah bahwa hampir semua asap di pesawat adalah beracun, setipis apapun. Jika terjadi kebakaran, tutup hidung dengan kain yang sudah dilembabkan (dibasahi) untuk pengamanan ekstra.

10. Segera menjauh dari pesawat

Menurut pengalaman, jika ingin aman, penumpang hanya punya waktu kurang dari dua menit untuk keluar dari pesawat. Ikutilah instruksi evakuasi dari awak kabin. Jangan berusaha membawa barang-barang saat proses evakuasi. Sebelum keluar pesawat, lihat ke luar jendela, tempat mana yang aman setelah berhasil  keluar dari badan pesawat. Begitu sampai di luar, segera menjauh dari pesawat, tidak ke arah depan atau ke arah belakang pesawat.

11. Amankan diri kita sekitar 150 meter dari badan pesawat

Jika pesawat jatuh di tempat terpencil, jangan beranjak terlalu jauh dari pesawat. Karena tim penyelamat yang datang, akan terlebih dulu menyisir lokasi sekitar pesawat. Tapi jangan juga terlalu dekat pesawat, karena kemungkinan terjadi ledakan.

Kalau pesawatnya jatuh ke air, sebisa mungkin berenang menjauhi badan pesawat. Karena pesawat pelan-pelan akan tenggelam dan biasanya akan membuat pusaran air yang akan menarik benda-benda di sekitarnya.

Nah, semoga tips ini bermanfaat. Jangan lupa selalu berdoa pada Allah Swt memohon keselamatan dan kelancaran dalam setiap perjalanan kita.

(sumber: Edisi Khusus Majalah Angkasa)


Pesawat Terbang Transportasi Paling Aman, Benarkah?

Dunia penerbangan Indonesia kembali berduka, dengan jatuhnya pesawat penumpang Xian MA 60 milik maskapai penerbangan Merpati, beberapa hari yang lalu di Teluk Kaimana, Papua. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpang beserta awak pesawat yang berjumlah 25 orang.

Peristiwa ini ternyata berbuntut panjang. Apa penyebab pasti kecelakaan itu belum diketahui, tapi beritanya berkembang menjadi kecurigaaan ada ketidakberesan seputar pembelian
pesawat produksi negara Cina itu, yang ditengarai berkualitas rendah dan tidak memenuhi standar kelaikan internasional. BUMN Merpati pun jadi sorotan. Sejumlah nama pejabat disebut-sebut bertanggung jawab atas pembelian pesawat yang beraroma kolusi dan korupsi itu.

Di sisi lain, kemelut yang muncul dari
tragedi ini, membuat mata banyak orang terbuka kembali akan eksistensi industri pesawat terbang nasional PT Dirgantara Indonesia, yang belakangan ini nyaris terlupakan bahkan namanya seolah tenggelam. Padahal industri yang pernah berjaya di era 80'an di masa kepemimpinan BJ Habibie ini, memproduksi pesawat-pesawat perintis sejenis pesawat Xian yang digunakan Merpati, dan produknya sudah dipercaya oleh banyak negara.

Tapi memang begitulah karakter dunia penerbangan. Kecelakaan yang tragis menimbulkan duka yang memilukan, tapi di sisi lain, insan penerbangan banyak belajar dan mendapatkan pengetahuan untuk terus memperbaiki dan meningkatkan keselamatan penerbangan. Dalam kasus kecelakaan pesawat
Merpati di Kaimana, hikmahnya mungkin, kita jadi melirik kembali industri dirgantara nasional yang sudah mampu membuat pesawat-pesawat penumpang yang sudah memenuhi standar internasional.

Baiklah, kita tinggalkan tragedi Kaimana, karena niat saya
menulis memang bukan untuk membahas peristiwa yang masih menyisakan banyak persoalan itu. Tapi ingin berbagi cerita, tentang dunia penerbangan secara umum, yang buat saya menarik untuk diketahui.

Paling Aman di Udara



Saya termasuk orang yang phobia menggunakan pesawat terbang jika bepergian. Setiap kali naik pesawat, saya selalu dilanda pikiran buruk, bagaimana jika pesawatnya jatuh? Membayangkan seperti apa kepanikan dan ketakutan di dalam kabin jika pesawat jatuh, cukup membuat saya sesak napas menjelang boarding, saat pesawat take off dan saat pesawat akan landing. Adakah diantara teman-teman yang juga phobia terbang seperti ini?

Tapi ternyata, dalam dunia transportasi, pesawat terbang diakui sebagai moda transportasi paling aman, dibandingkan moda transportasi lainnya seperti mobil atau kereta api. Koq bisa?

Sebagai gambaran, data statistik Departemen Transportasi AS, bisa menjawab pertanyaan diatas. Menurut data itu, jika dari 5.000 perjalanan sepeda motor terjadi 1 angka kecelakaan, dan dari 367.000 perjalanan kereta api akan terjadi 1 kecelakaan, pada moda transportasi udara butuh 10 juta penerbangan untuk memunculkan 1 kecelakaan.

Survei yang pernah dilakukan BBC, dan DETR--sebuah LSM di
Inggris--juga menunjukkan hasil serupa, bahwa tingkat keselamatan moda transportasi udara masih jauh lebih tinggi dibandingkan moda transportasi darat.

Ini juga terkait dengan tradisi dalam dunia penerbangan, yaitu mengutamakan keselamatan dan kenyamanan penumpang. "No room for error" karena kesalahan sedikit saja bisa berakibat fatal. Oleh sebab itu, dunia penerbangan bisa dibilang unik dan rumit, mulai dari proses pembuatan pesawat terbang yang harus detail dan sangat akurat, sampai ketika pesawat akan digunakan, harus melalui serangkaian proses pengecekan yang
panjang dan detil, untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan.

Jika demikian, seharusnya kita tidak perlu "parno" alia
s paranoid menggunakan pesawat terbang sebagai alat transportasi. Tapi tak bisa dipungkiri, meski disebut moda transportasi paling aman, jika sudah terjadi kecelakaan pesawat terbang, bisa dipastikan membuat banyak orang ngeri mendengar atau melihatnya. Kecelakaan pesawat terbang selalu menjadi mala petaka yang dahsyat, jumlah korbang banyak, kesedihan yang dalam dan kerugian materil yang sangat besar. Tak heran, setiap terjadi kecelakaan pesawat terbang, selalu menjadi pemberitaan besar.

Tabrakan maut antara dua pesawat penumpang jumbojet Boeing 747 milik KLM dan Pan American di Bandara Los Rodeos, Tenerife pada 27 Maret 1977, tercatat sebagai kecelakaan pesawat terburuk dalam sejarah penerbangan komersial. Korban tewas 583 orang, penyebabnya, human error.


Faktor Manusia


Para insan penerbangan mengakui, meski sudah dibuat secara presisi, tidak ada pesawat yang 100 persen "sempurna". Tapi dari sekian banyak peristiwa kecelakaan pesawat terbang, kebanyakan disebabkan oleh faktor kesalahan manusia, ketimbang faktor teknis dan kondisi cuaca.

Faktor manusia di sini, bukan hanya pilot, tapi bisa juga karena kesalahan petugas kontrol lalu lintas udara, kru di darat, mekanik, teknisi, petugas pengisi bahan bakar, petugas yang mengatur bagasi, dan petugas lainnya yang terlibat dalam menyiapkan sebuah penerbangan. Belakangan, para pakar penerbangan, memasukkan unsur manajemen perusahaan penerbangan, sebagai salah satu unsur mengkhawatirkan yang bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang.


Situasi perekonomian dan sistem liberalisme perekonomian misalnya, membuat manajemen perusahaan penerbangan sering membuat kebijakan yang menyulitkan bagian operasional penerbangan. Sebagai contoh, kebijakan manajemen untuk mengirit biaya operasional seringkali dilakukan dengan cara memangkas biaya perawatan pesawat. Jika sudah begini, bukan cuma kenyamanan, tapi juga keselamatan penumpang jadi riskan.

Kemelut Merpati yang menjadi buntut kecelakaan pesawatnya di Teluk Kaimana, mungkin bisa menjadi contoh bagaimana kebijakan manajemen (membeli pesawat Cina yang standarnya masih dipertanyakan)  bisa mempengaruhi keselamatan penerbangan dan nyawa banyak orang.



Terlepas dari itu semua, penumpang juga ikut berperan untuk sama-sama menjaga keselamatan penerbangan, dengan mematuhi peraturan selama penerbangan, misalnya tidak menyalakan telepon seluler saat dalam penerbangan. Jangan sampai kayak saya yah, pernah "dijitak" pramugari (meski enggak kenceng sih) gara-gara masih nelpon saat pesawat mau take-off.

"Switch it off !" kata pramugari itu sambil melotot.

Aduh mbak pramugari, jadi ilang cakepnya kalau melotot gitu. Maaf, maaf, karena mesti kordinasi jemputan, daripada ntar sendirian di bandara tengah malem ... ihhh syereemmm ...

(sumber: edisi khusus majalah Angkasa)

Monday, May 2, 2011

Maher Zain, Cerita di Balik Layar


Dalam kehidupan kadang terjadi hal-hal tak terduga. Mungkin begitulah yang terjadi antara saya dan Maher Zain. Senin siang kemarin, saya
berkesempatan mewawancarainya di hotel tempatnya menginap bersama sejumlah media islami lainnya. Lalu apa istimewanya?

Buat saya rasanya unik aja. Terus terang, saya enggak mudeng dengan Ma
her Zain. Tapi saya ingat, beberapa hari sebelumnya, saya sempet becanda tentang Maher Zain dengan seorang teman di fb, yang mengomentari status saya soal Sami Yusuf yang lagi tur konser Eropa.  Saya cuma pernah mendengar nama Maher Zain sebagai penyanyi lagu-lagu Islami. Tapi enggak pernah mencoba mencari tahu siapa dia, apalagi pernah denger lagu-lagunya.



Tapi becandaan dengan teman di fb hari itu, membuat saya tergerak untuk menjelajah dunia maya. Pengen tahu, kayak apa sih lagu-lagunya Maher
Zain.  Well, setelah mendengar beberapa lagunya, harus saya akui bahwa lagu-lagu islami Maher Zain memang bagus, se-tipe-lah dengan lagu-lagunya Sami Yusuf. Cuma sampai di situ, saya sudah melupakan Maher Zain dan cuma sekedar tahu bahwa sepekan ini dia sedang ada di Jakarta dalam rangka promo albumnya.

Tapi 3 hari kemudian, tepatnya hari Senin, jam 01.15 dinihari saya terbangun oleh dering hp. Ternyata sms dari Mbak Atie, ibu bos bagian
marketing kantor. Isinya kira-kira begini, "Besok jam 10.30 standby di Hotel Mandarin buat wawancara dengan Maher Zain, bisa?"



Dengan mata setengah mengantuk, saya jawab "ok". Biasa saja. Saya malah menanykan posisi Hotel Mandarin. Maklum, sudah lama menjadi suku
terasing di daerah pinggiran dan jarang banget ke tengah kota.

Singkat cerita, Senin siang itu, saya melihat wujud Maher Za
in. "Ohh ... ini tokh orangnya ..." . Wawancara yang cuma dikasih waktu 10 menit berjalan lancar.



Buat saya, wawancara siang itu dengan Maher Zain, membawa kembali kenangan saya saat masih menjadi reporter di sebuah radio beberapa tahun silam, mewawancarai artis-artis asing yang datang ke Indonesia. Tapi
wawancara dengan Maher Zain memberikan nuansa lain, karena ia artis penyanyi muslim yang membawakan lagu-lagu Islami. Jadi, jangan heran, kalau foto barengnya jadi agak berjarak, karena saya perempuan dan dia laki-laki ... hehehe.




Tentang Maher Zain, bisa dibaca di sini, "Maher Zain, Musisi 'Clean Art' yang Peduli Palestina"