Tuesday, July 31, 2012

Kelas Kerajinan Tangan Korea: Kantong Cantik Ala Korea

Setelah menyelesaikan materi anyaman tradisional Korea, kerajinan tangan selanjutnya adalah membuat kantong untuk tempat minum (sebenarnya bisa dimodifikasi untuk kantong serba guna), dengan menggunakan bahan dua warna yang teksturnya licin. 

Kantong dibuat mengikuti pola, kemudian dijahit sesuai petunjuk pola. Semuanya dijahit tangan, tidak dengan mesin jahit.





Yang rada unik, benang jahitnya, mesti diluluri dulu lilin. Caranya, benang yang akan digunakan dililitkan ke lilin yang biasa digunakan kalau mati lampu. Kemudian lilitan itu ditarik, ulangi 3 sampai 4 kali, sehingga lilin menempel di benang jahit.  

Lalu benang jahit diletakkan di lipatan kertas, selanjutnya lipatan kertas berisi benang jahit itu disetrika, sehingga benangnya menjadi agak kaku. Katanya, cara ini dilakukan agar benang kuat dan tahan lama.

Setelah jahitan bahan selesai, dan terbentuk kantong seperti pada gambar, finishingnya, ujung-ujung tali dihias sedikit dengan menggunakan hasil anyaman do-rae dan garakji yang sebelumnya dipelajari.  Seru bikinnya, pelajaran ketrampilan jahit jaman SMP seperti jahit jelujur dan tikam jejak, kepake lagi deh buat bikin kantong ini .... :)




Monday, July 30, 2012

Kelas Kerajinan Tangan Korea: Belajar Maedup ( 매듭 )



Dua kali absen di kelas kerajinan tangan Korea, begitu masuk kelas lagi, ngebut mengejar pelajaran yang tertinggal. Yang pertama adalah belajar membuat anyaman tradisional Korea dengan menggunakan tali temali disebut Maedup ( 매듭 ) . Anyaman ini akan membentuk simpul atau ornamen untuk membuat hiasan atau asesoris.




Maedup sudah dikenal sejak zaman tiga kerajaan di Korea dan masih dilestarikan hingga sekarang.  Sebelum berangkat ke Iran,  saya sempat diajari membuat maedup Do rae (membuat simpul yang berbentuk silang), setelah pulang, lanjut belajar Garakji, simpul yang membentuk ornamen bunga yang manis. 




Cara membuat kedua Maedup itu, menurut saya gampang-gampang susah, mesti sabar dan teliti, apalagi kalau tali yang digunakan berukuran kecil, sehingga membutuhkan alat bantu semacam benda untuk pemecah es (seperti terlihat di gambar), agar bisa menarik dan menganyam tali dengan mudah. Awal bikin, rada susah dan bentuknya jadi salah. Tapi kalau sudah bisa dan terbiasa, dalam hitungan menit sudah bisa jadi ornamen dan simpulnya. very interesting ...





Akhirnya Jadi Juga ...

apa kabarnya kelas kerajinan tangan korea? dua kali pertemuan absen, terakhir ditinggal waktu bikin kotak/wadah tradisional khas korea ini, yang masih harus finishing. kembali ke kelas, kotaknya sudah jadi ... seperti inilah hasil akhir kotak yang dibikin selama dua minggu itu .... not bad kan yah .... :):)



Sunday, July 22, 2012

[ Journey ] Iran, Sesuatu Banget Ya ...



15 Juli 2012, pukul 16.30 WIB, pesawat Air Asia yang membawa saya melewati penerbangan panjang mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno Hatta. Perasaan saya campur baur antara gembira kembali ke tanah air dan bertemu lagi dengan keluarga, dan sedih karena saya harus meninggalkan negeri yang baru saja saya kunjungi, Negeri Persia.

Tak pernah saya sangka, kunjungan sembilan hari ke Iran, meninggalkan kenangan yang begitu membekas di hati saya. Mimpi terpendam ingin mengunjungi negeri yang indah dan unik itu, terwujud sudah dengan segala kemudahan yang diberikan Allah Swt lewat orang-orang yang "dikirim"Nya.  Terutama buat sahabat saya Mbak Dina Y. Sulaeman yang berperan penting dalam terwujudnya mimpi saya ini, Pak Ammar Fauzi yang telah memperjuangkan nama saya masuk ke delegasi Indonesia, dan teman-teman baru yang  saya jumpai selama di Iran.



salah satu sudut kota Tehran, Chamran Crossroad

Sampai saya menulis catatan ini, rasanya masih tak percaya saya pernah menjejakkan kaki ke negara yang sering disalahpahami sebagai negara Arab, padahal Iran secara geografis berada di daratan Asia Barat Daya. Apalagi saya tak perlu mengeluarkan uang untuk biaya perjalanan dan akomodasi selama di Iran, alias gratis (kecuali untuk pembuatan paspor, jajan, dan sekedar beli oleh-oleh-maaf ya yang gak kebagian ...)

Saya dan sekira 20 perempuan Indonesia lainnya datang ke Iran untuk menghadiri World Conference on Women and Islamic Awakening, yang digelar selama dua hari 11-12 Juli di Tehran Milad Tower Convention Center. Sekira 1.200 perempuan dari 84 negara hadir dalam konferensi itu.

Pengalaman tak terlupakan dari konferensi ini, buat saya, adalah melihat langsung sosok Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (yang membuka konferensi) dan mendengarkan pidatonya yang penuh semangat. Tak saya sangka, ternyata banyak juga kaum perempuan dari seluruh dunia yang nge-fans sama Ahmadinejad. Baru masuk ruangan konferensi saja, semua hadirin langsung berdiri dan memberikan standing applause. Begitu pula saat Ahmadinejad mengakhiri pidatonya, tepuk tangan panjang bergema, sementara Ahmadinejad melambaikan tangannya ke arah seribu lebih peserta konferensi yang memadati ruang convention,  hadirin baru duduk saat sosok karismatik itu hilang dibalik tirai.


Tehran Milad Tower, menara tertinggi ke-7 di dunia

Kami semua, peserta konferensi, dianggap sebagai tamu negara, sehingga kami mendapatkan pelayanan yang ekstra nyaman (buat saya terlalu mewah malan), termasuk pengamanan dan pengawalan yang super ketat. Wah, ternyata di Iran, saya merasakan enak dan tak enaknya jadi tamu negara. Enaknya, semua biaya sampai jalan-jalan ditanggung. Enggak enaknya, tidak leluasa bergerak, bahkan belanja pun harus dikawal. Tapi sempet juga sih nyelinap diam-diam keluar hotel buat jalan-jalan, hehehe.

Sembilan hari di Iran (5-14 Juli ~ jalan-jalan yang diselingi konferensi ...) saya banyak mendapatkan pengalaman baru dan tentu saja sahabat baru dari berbagai negara dan dari kalangan perempuan Iran yang jadi panitia konferensi dan mendampingi kami selama di Iran. Iran dan orang-orangnya ternyata sangat unik dan sesuatu banget deh. Sekalinya ketemu orang baik, baikkkkk banget. Sekalinya ngeselin .... bikin sewot.   Tapi saya menghibur diri dengan berkata dalam hati "welcome to Iran", karena Mbak Dina, sebelum berangkat sudah wanti-wanti, kudu menyiapkan kesabaran kalau bertemu dengan orang Iran yang "ajaib".

Iran juga tidak se-horor yang sering digambarkan pemberitaan media massa. Saya malah lebih santai jalan-jalan di Iran, ketimbang waktu jalan-jalan di negara-negara Arab. Menurut saya, meski negara Islam yang menerapkan aturan Islam dengan ketat,  Iran dan denyut kehidupannya, tak jauh berbeda dengan di Indonesia.

Teman-teman yang sudah melihat foto-foto saya selama di Iran di Facebook, pasti bisa mendapatkan gambaran Iran itu seperti apa. Contohnya kaum perempuan Iran, ternyata sangat dinamis, tidak semua memakai cadur, bahkan sebagian besar mengenakan busana yang modern dan modis, dan berdandan ala kaum perempuan metropolis. Begitu pula kaum lelakinya, yang kebanyakan mengenakan kemeja dan jas. Iran jauh dari gambaran negara yang terbelakang karena diembargo dan dikenai sanksi oleh Barat. Dalam banyak hal, Iran ternyata lebih maju dari Indonesia.




Dari yang saya lihat, Iran nampaknya sedang giat-giatnya membangun. Terutama infrastruktur. Dan, ini yang bikin saya salut banget, tidak seperti negeri-negeri muslim lain, di Iran, enggak ada tuh resto waralaba Amerika seperti KFC, McDonald, Starbuck, dan sejenisnya. Untuk yang satu ini, patutlah Iran diacungi jempol atas konsistensinya melawan hegemoni Barat.

Selama di Iran, rasanya saya beruntung sekali bisa melihat kota Esfahan, yang pernah menjadi ibukota Iran dan sekarang mendapat sebutan sebagai kota budaya dan peradaban Iran, dan kota Qom yang merupakan kota pelajar di Iran. Di Qom, banyak mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu.

Iran, sedang musim panas dan merupakan musim liburan panjang. Meski suhu udaranya mencapai 40 derajat celcius, tapi di kawasan pegunungan di Tehran masih ada sisa-sisa salju. Sahabat saya Enes beruntung bisa merasakan sisa-sisa salju di Tehran, yang kotanya terletak di kaki pegunungan
Alborz.




Kalau pun ada kekurangannya, makanan Iran koq rasanya tidak terlalu cocok dengan lidah Indonesia saya. Makanan-makanan Iran kebanyakan berminyak dan menurut saya kurang berasa bumbu alias "datar-datar saja".  Orang-orang Iran juga cenderung lebih menyukai teh daripada kopi. Padahal saya seneng banget ngopi. Tapi ... sempet ngerasain coffee three in one sasetan produk Iran, ternyata ..... wuenakkk juga.

Sebenarnya, masih banyak pengalaman yang ingin saya ceritakan selama jadi tamu negara di Iran. Tapi bakal panjang banget. Kepengennya sih ditulis dalam bentuk buku (kadang suka kepengennya aja sih ... hehehehe), tapi kalau pun gak kesampaian jadi buku. Insya Allah akan saya sharing di sini.   

Buat temen-temen yang suka backpackeran atau senang berwisata, Iran sepertinya menjadi negara yang patut dikunjungi. Negaranya relatif aman dan welcome untuk orang asing. Apalagi sekarang Iran sedang giat mempromosikan wisatanya. Jadi, enggak perlu takut deh berwisata ke Iran.





ramah tamah dengan Dubes Indonesia untuk Iran, Bpk. Dian Wirangjurit


* Kangen Iran ... semoga suatu saat bisa kembali lagi ke Negeri Persia ini. Aamiin.