Thursday, April 26, 2012

Indahnya Cinta Sejati Seorang Ibu Menteri

Cinta tak selalu hadir dalam wujudnya yang sempurna seperti apa yang kita angankan dan kita harapkan. Cinta kadang hadir dalam bentuknya yang mengecewakan dan menyakitkan, yang membuat dada begitu sesak dan air mata bercucuran. Himpitan dalam jiwa karena cinta yang jauh dari bayangan pun, mendorong hasrat untuk segera melepas cinta yang semula menjadi pilihan hati dan belahan jiwa.

Tetapi kesadaran untuk bersabar melewati setiap cobaan, dan menghapus semua penderitaan dengan menciptakan rasa bahagia dalam hati dan diri sendiri,  melahirkan kepasrahan, berserah diri, untuk menerima takdir cinta itu apa adanya, dan pada akhirnya ... cinta sejati itu benar-benar hadir, meski di penghujung usia, dan menuntut kerelaan melepas sang belahan jiwa ...

Percayalah, cinta sejati itu memang ada, jika kita-kita benar-benar ikhlas dan bersabar menunggunya dan berkorban untuknya.

Di tengah pemberitaan media massa tentang status tersangka terhadap DR.Dr. Hj. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) atas kasus dugaan korupsi di kementerian yang pernah dipimpinnya, saya membaca buku "Tatkala Leukimia Meretas Cinta" yang juga ditulis oleh mantan menteri kesehatan RI itu.

Siapa yang tak kenal dengan nama Siti Fadilah Supari. Kiprahnya sewaktu masih menjabat sebagai menteri kesehatan di negeri ini, banyak mengundang decak kagum. Saya pribadi menilai sosok ibu yang satu ini, sebagai menteri yang paling berprestasi, jelas hasil kerjanya, tegas, berani, bahkan namanya disegani di dunia internasional. Kelihatan betul kalau perempuan pertama di Indonesia yang berhasil menjadi dokter spesialis jantung ini, memang menguasai persoalan kesehatan bukan hanya di negeri ini, tapi strategi licik negara-negara maju dan perusahaan-perusahaan kelas dunia yang ingin menjadikan negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia ini cuma sebagai obyek pasar produk-produk kesehatan dan target dari kebijakan kesehatan yang sebenarnya sangat merugikan.

"Tatkala Leukimia Meretas Cinta" sebenarnya bukan buku baru, terbit pada Juli 2010. Dua tahun silam, saya membaca review-nya yang ditulis oleh sastrawan Yudhistira M. Massardi, yang membuat saya ingin sekali membaca buku ini. Tapi, baru beberapa hari yang lalu, saya menuntaskan membacanya. Itupun, buku ini secara tak sengaja saya lihat di sebuah toko buku yang sedang menggelar pesta diskon.

Setelah membaca buku ini, Siti Fadilah Supari nampaknya bakal menambah jajaran para dokter yang piawai menulis "cerita". Kemampuannya menulis cerita, menurut saya, sejajar dengan Marga T dan Mira W (keduanya berprofesi dokter) yang sudah melahirkan karya-karya berupa novel best seller.

"Tatkala Leukimia Meretas Cinta" memang bukan novel, buku ini adalah sebuah cerita nyata (true story) tentang pengalaman Siti Fadilah Supari sebagai menteri kesehatan dan lika-liku kehidupan cintanya dengan sang suami. Saya tak menyangka, ketika begitu banyak orang yang terkagum-kagum dengan keberanian, ketegasan dan kehebatannya sebagai menteri kesehatan waktu itu, ternyata dalam hatinya menyimpan kegalauan, ketakutan dan kesedihan yang mendalam karena sang suami divonis menderita leukimia, penyakit yang sangat mematikan.

Di tengah-tengah berbagai kewajiban dan tugasnya yang menumpuk sebagai menteri, Siti Fadilah harus membagi waktu untuk merawat suaminya. Suami yang pernah sangat membuatnya merasa menderita, yang membuatnya merasa sangat terluka, yang membuatnya sangat kesepian dan seorang diri, yang membuatnya pernah dua kali ingin mengajukan cerai.

Dalam buku ini, Siti Fadilah Supari bukan hanya membuka wawasan tentang kondisi sebenarnya kondisi kesehatan rakyat negeri ini, dan bagaimana dunia begitu licik menjadi kesehatan sebagai komoditi perdagangan bukan masalah kemanusiaan. Dalam buku ini, Siti Fadilah Supari secara blak-blakan menuangkan pengalaman personalnya sebagai perempuan biasa, seorang istri yang mendambakan kehidupan keluarga yang harmonis dan penuh cinta dari pasangan hidupnya. Apa daya, dalam suatu rentang masa, itu semua tak ia dapatkan sepenuhnya dari lelaki pilihannya. Seorang Siti Fadilah Supari seperti berjuang sendiri untuk kehidupan dan masa depannya, meski sang suami tetap hidup satu atap dengannya.

Tetapi, kesabaran dan keteguhan hati seorang peremuan biasa itu yang akhirnya membuatnya tersadar bahwa sesungguhnya ia sangat mencintai pasangan hidupnya dan tak ingin kehilangannya. Meski rasa itu baru hadir kembali saat ia dengan telaten merawat suaminya yang dinyatakan menderita leukimia, sampai sang suami menjemput ajalnya. Cinta yang bersemi antara dua insan yang selama puluhan tahun merasa hidup dalam dua dunia yang berbeda, dan sibuk dengan alam pikiran masing-masing.

Subhanallah, sebuah kisah kehidupan yang menggetarkan hati. Begitu banyak hikmah yang bisa diambil dari pengalaman hidup dan cinta seorang perempuan bernama Siti Fadilah Supari. Hikmah dibalik kemarahan, penyesalan, sekaligus kesabaran, kesetiaan, dan cinta seorang perempuan yang pernah begitu merasa tersakiti.