Monday, August 20, 2012

Setiap Habis Ramadan



*ngingetin diri sendiri (catatan khutbah salat idul fitri)



Tak terasa, sudah beberapa hari kita lewati bulan suci Ramadan, berganti dengan bulan Syawal, dimana kaum Muslimin sedunia bergembira merayakan hari Idul Fitri, hari lebaran, bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.

Ditengah kegembiraan itu, adakah yang tersisa dari bulan Ramadan yang baru saja kita lewati? Jika sebagian kita bergembira dengan berakhirnya Ramadan, sahabat-sahabat Rasulullah justeru merasa sedih dan cemas menjelang berakhirnya bulan Ramadan. Para sahabat Rasulullah sedih karena mereka harus menunggu setahun lagi untuk bertemu kembali dengan Ramadan, bulan yang penuh keistimewaan karena Ramadan menjadi satu-satunya bulan dalam penanggalan Islam yang disebut dalam Al-Quran (Al-Baqarah;185), bulan yang penuh berkah dan ampunan dimana pahala untuk setiap perbuatan baik dilipatgandakan.

Itulah sebabnya, para sahabat Rasulullah cemas dan gundah gulana menjelang berakhirnya bulan Ramadan karena mengkhawatirkan kualitas ibadah puasa mereka selama satu bulan penuh. Mereka takut ibadah puasa yang mereka jalani hanya mendapatkan “haus dan lapar”, tidak bernilai apalagi diterima di sisi Allah Swt.

Kita mungkin tidak pernah bersedih seperti para sahabat Rasulullah menjelang berakhirnya Ramadan. Tak pernah merasa cemas dengan kualitas puasa kita dan bertanya-tanya apakah Allah Swt menerima ibadah puasa kita selama Ramadan. Kita justeru cenderung gembira jika Ramadan usai, karena setelah Ramadan kita tidak perlu menahan lapar dan haus lagi setiap hari, tidak perlu salat tarawih di malam hari, tidak perlu bangun di pagi buta untuk sahur. Tak pelak, ibadah puasa Ramadan jadi seperti rutinitas tahunan yang dijalankan semata-mata karena beban kewajiban, tanpa makna, tanpa membawa perubahan dari sisi mental maupun spiritual.

Begitu Ramadan berlalu, berakhir pula kebiasaan-kebiasaan baik yang kita lakukan secara rutin selama bulan Ramadan yang jarang bahkan tidak pernah kita lakukan di bulan-bulan selain Ramadan, seperti kebiasaan salat malam, tadarus Al-Quran, memperbanyak sedekah, salah berjamaah di masjid dan kegiatan amaliyah lainnya. Padahal idealnya, seusai Ramadan, setiap manusia mencapai kesempurnaan diri yang tercermin dari makin meningkatnya ketaqwaaan, dan itu terlihat dari kebiasaan baik di bulan Ramadan yang tetap terpelihara seusai Ramadan, bahkan lebih baik kualitasnya. Karena inti dari perintah berpuasa di bulan Ramadan yang dititahkan Allah Swt, adalah “supaya kamu bertaqwa” (Al-Baqarah;183).

Jika seusai Ramadan kebiasaan baik itu juga ditinggalkan, kita mungkin perlu merenungkan kembali apakah puasa Ramadan kita memberikan pengaruh dan menambah nilai positif bagi keimanan kita. Apakah Allah Swt menganugerahkan ampunan dan jaminan terbebas dari api nerja seperti yang dijanjikanNya untuk mereka yang puasanya diterima.

Tak ada hal yang paling berharga dari seisi dunia selain kita mendapatkan ampunan atas dosa-dosa kita dan ampunan itu dijanjikan Allah Swt di bulan Ramadan. Alangkah ruginya jika ibadah puasa Ramadan kita hanya mendapatkan “lapar dan dahaga” karena belum tentu kita akan berjumpa kembali di Ramadan berikutnya.

Semoga Allah Swt menerima amal ibadah puasa kita dan memberi kekuatan bagi saya, Anda dan kita semua untuk tetap menjaga dan menciptakan suasana Ramadan di bulan-bulan selanjutnya. Taqabbal-llahu minnaa waminkum. Semoga Allah Swt menerima (amaliyah Ramadan) diriku dan dirimu.
Setiap habis Ramadhan
Hamba rindu lagi Ramadhan
Saat - saat padat beribadah
Tak terhingga nilai mahalnya

Setiap habis Ramadhan
Hamba cemas kalau tak sampai
Umur hamba di tahun depan
Berilah hamba kesempatan

Setiap habis Ramadhan
Rindu hamba tak pernah menghilang
Mohon tambah umur setahun lagi
Berilah hamba kesempatan

Alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan
Sekeluarga, sekampung, senegara
Kaum muslimin dan muslimat se-dunia
Seluruhnya kumpul di persatukan
Dalam memohon ridho-Nya

(Setiap Habis Ramadan, Bimbo)

Sunday, August 19, 2012

Saud-Egypt-Palestine

i took my camera and started taking pictures. And here are my favourite's key hangers from Saudi, Egypt and Palestine. just wanna share with you, who know there will be somebody here whose a generous heart will send me some unique key hangers for me from their respective countries ... (ngarep ... )



makkah al-mukaromah


madinah al munawaroh


is it cleopatra?


ya Quds innaqodimun
( ya Quds we are your servant)


Aqshana la haykalahum (Aqsha will never go down)
al-Aqsha al-Mubarok (blessed al Aqsha Mosque)



three of them 

.. you may say i am a dreamer ...





now i get into a silver thread among the go old and step into the walk of the rest of my life. if i should track my life years back i find that my life is full of suprises. i come to realize that i had many dreams and most of my dreams has came true with the permission of Allah swt.

when i was a very young girl, i had once dreamed to be a teacher, and i do became a teacher some years later though i just worked as a part time teacher. i also dreamed to be a radio announcer. to my suprise, my dream came to a reality after many difficulties and rejection, i worked for two radio station all at once. in one radio station i became a part time announcer and in other station i worked as a full-time reporter. the jobs brought me to my another dream, being a journalist. and till today, i really worked in a journalism field.

but i am just a weak human being, i am still complaining sometimes and to forget the blessed days Allah swt has given to me all my life. may Allah forgive me for that and always guide me to the right path. now, what i do is to remember all the good things He has given to me so i can feel His love and affection in a good and in a bad times.

thinking about those dreams-came true, sometimes make me fear of dreaming that i should be careful of my dreams. however, i even get something more, something that never cross my mind, something that i beyond my dreams. alhamdulillah.

now, i am not afraid of dreaming or talking about what i dream for the rest of my life, coz some dreams come true. you may say i am a dreamer. yes, i am a dreamer and i maybe am not the only one ...

Friday, August 17, 2012

Sehari Bersama Ibu Hamas




Jumat malam, ditelpon sama Mbak Atie, temen kerja di kantor. Nawarin, mau ikut ke Bandung enggak nemenin tamu dari Palestina karena kebetulan tamunya perempuan. Kebetulan Sabtu enggak ada acara kemana-kemana, saya iyakan ajakan itu.

Akhirnya Sabtu pagi, di tengah hujan lebat kami bertemu dan langsung menuju tempat menginap tamu dari Palestina itu di hotel Sultan. Saat itu saya masih blank, dengan tamu dari Palestina ini, yang saya tahu namanya Nadia, istri salah seorang petinggi Hamas. that's it. Ummi Nadia, begitu saya memanggil beliau setelah bertemu, akan ke Bandung menghadiri acara yang tentu saja berkaitan dengan Palestina.  

Agak suprise juga ketika saya tahu bahwa Ummi Nadia ini ternyata istri dari Mousa Abu Marzuk, ketua biro politik Hamas setingkat sekjen.Buat orang lain mungkin enggak ada istimewanya, tapi buat saya bertemu dengan anggota keluarga Abu Marzuk setengah tidak percaya. Saya yang hampir setiap hari bergelut dengan berita Palestina, sering mengetikkan nama Abu Marzuk dan memuat fotonya untuk keperluan berita. Tapi hari itu, saya bertemu langsung dengan istri dan putera beliau bernama Muhammad. Subhanallah, hidup memang terkadang penuh kejutan.  

Sehari bersama Ummi Nadia, saya jadi lebih tahu bagaimana kehidupan sebuah keluarga pejuang Palestina, terutama Hamas yang bersama jutaan rakyat Palestina lainnya terusir dari tanah airnya sendiri akibat penjahahan Israel. Mereka tidak diizinkan pulang ke tempat kelahiran mereka di Palestina. Saya kagum dengan keluarga Ummi Nadia yang well-educated dan memengang teguh ajaran Islam.

Ummi Nadia juga mengungkapkan kisah-kisah keajaiban yang dialami rakyat Palestina dalam melawan penjajahan dan penindasan Israel yang tidak banyak diketahui dan diungkap media massa. "Semuanya karena pertolongan Allah, Al-Quran adalah sumber kekuatan kami," begitu kata Ummi Nadia yang juga menceritakan bagaimana cara dan taktik perjuangan Hamas serta kecanggihan mereka membuat terowongan-terowongan di bawah tanah. Tentu saja ada bagian-bagian yang off the record demi keselamatan dan keamanan para pejuang di sana.     

Sehari bersama Ummi Nadia, meninggalkan kesan tersendiri buat saya. Membuat saya berintrospeksi dan mengukur diri bahwa segala kesulitan dan ujian yang saya alami, enggak ada seujung kuku pun jika dibandingkan dengan ujian dan kesulitan yang dialami rakyat Palestina di bawah keganasan rezim Zionis Israel, terutama kehidupan para perempuan dan istri-istri pejuang, yang membuat saya termotivasi untuk lebih menebalkan iman, lebih mendekatkan diri dan berserah diri pada Illahi.

Dukungan kita terhadap perjuangan rakyat Palestina tidak cukup hanya dengan aksi unjuk rasa atau boikot produk AS-Zionis saja, tapi harus disertai dengan keimanan dan ketaqwaan yang tinggi. Karena dengan keimanan dan ketaqwaan itulah, Allah akan mengabulkan doa-doa kita untuk rakyat Palestina.  

terima kasih Ummi, buat semua inspirasi dan pengalaman yang telah dibagi ... sehingga pagi ini, ibarat batere yang baru di-charge saya melangkahkan kaki dengan semangat lagi ...     

* Multiply 8 Februari 2009

A Gift from Canada






i am s
peechless to see what before my eyes when i open a gift from my friend, Sis Maryam in Canada. before that, i received a letter from Fatmawati Post Office on Saturday last week, asked me to take the package sent from abroad, it comes when i feel maybe it has gone anywhere in the world cos it has been months since my friend, Sis Maryam  told me that she send it to me.

so i think the package really has done a very long jou
rney cos it took almost five months to arrive in my country ... but alhamdulillah, finally it comes save and sound ...
i took that packet from Post Office yesterday on my way to work. i keep it cos it's impossible for me to open it at my office. nevertheless , i fell asleep last night when i got home so i opened that packet this morning ...

when it's disclosed ...

there two small package with beautiful wrapping and ... subhanallah  ... a letter with handwriting.  i read the letter frist and  i am so touched when i read that short letter for i am feeling more than beautiful long distance friendship but i am feeling a very strong relationship. i did'n know what to say after i read it and hold the letter in my hand still do not believe that it all happened ...



for sister Maryam thank you so much for everything, for the gift you have sent me and most of all for the friendship you have given to me ... thank you to  bring me closer to Allah. hugs and hugs.

* Multiply 11 Februari 2009

Wonderful Weekend at Jagabita Village








Better Late (posting) then never ...

Multiply Indonesia- a blogger group of multiply user-launched public health services to poor-living condition comunity in Jagabita village which is located in a remote place in western part of West Java Province last saturday. It was an annual offline-event of multiply-blogger community.


Some thirty multipliers, doctors and dentists got involved as volunteers in this social activity. We gave free health services, including medicines and medical consultation for more than 400 inhabitans in Jagabita village. We also distributed healthy foods and some aids such as clothess, stationary and books for children there.

The people in Jagabita according to local volunteer lack of accsess for health sevices as the Community Health Center  there is only giving healthcare treatment every once in a week. it's very ironic as the place though located in remote area actually not far from capital city and easy to reach out.

i personally admired all the multipliers who spiritfully and volunterily arranged and created this event. i am happy to know those wonderful people whose admireable social awareness. keep good works guys !

my little mujahidah





my little mujahidah


the words seem not enough
to describe ...
how wonderful you are
before my eyes ...

you bring gladness
in my sadness
you put a smile
in my restlessness
you give hopes
in my hopelessness
you send loves
in my emptiness

my little mujahidah

let the flower bloom
let the rain pour
let the wind blow
let the rainbow arch
let the moon radiant
let the stars sparkle
let the sun shine
let the them all know

that you are
my little mujahidah
who will conquer the world
with your affection
with your noble heart
with your pride on your faith
and your deen
... Insya Allah ...

(dedicated to my nieces salma and aisyah)

Siapa Bilang Boikot Produk AS Pro Zionis Tak Berguna !


 

  Saya sudah terlalu sering menulis tentang boikot produk Israel-AS sebagai bentuk solidaritas kita terhadap perjuangan bangsa Palestina. Dan seruan boikot itu kembali menguat seiring dengan serangan brutal dan pembantaian Zionis Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza. Bersamaan dengan itu, di Indonesia marak pembukaan pendaftaran untuk berjihad ke Palestina.

Bagi saya, lagi-lagi ini menunjukkan masih rendahnya pemahaman Muslim Indon
esia tentang konflik Israel-Palestina termasuk pemahaman terhadap jihad itu sendiri. Jihad untuk membantu rakyat Palestina tidak melulu harus berangkat ke Palestina untuk ikut berjuang bersama para mujahidin di sana. Di sini pun kita bisa berjihad, salah satunya adalah dengan melakukan boikot semua produk Israel-AS yang banyak bertebaran di negeri ini. Saya bisa menjamin, sekali kita memutuskan untuk ikut gerakan boikot ini, kita akan merasakan nikmat jihad itu ....  

Awal Mula Boikot Produk Israel-AS  



Seruan boikot produk Israel-AS pertama kali dilontarkan oleh ulama terkenal DR. Yusuf al-Qaradhawi yang sekarang menjadi ketua Persatuan Ulama Islam Internasional dari tempat pengasingannya di negara Qatar, menyusul Intifadah kedua di Palestina, Intifadah al-Aqsa. Sekedar informasi, intifadah al-Aqsa ini pecah saat Perdana Menteri Israel yang ketika itu dijabat oleh Ariel Sharon dan sekitar 1.000 rombongannya yang bersenjata, memasuki kompleks Masjid al-Aqsa.Intifadah kedua ini berlangsung cukup panjang mulai 29 September 2000 sampai 8 Februari 2005, setelah pihak Palestina dan Israel setuju berdamai.  

Ketika situasi di Palestina masih panas-panasnya oleh perlawanan intif
adah kedua, pada tanggal 8 Oktober 2000, stasiun televisi Aljazeera menayangkan acara wawancara dengan Syeikh Yusuf al-Qaradhawi tentang situasi di Palestina. Syaikh al-Qaradhawi adalah seorang ulama dan tokoh Muslim yang dikenal moderat dan sangat dihormati di dunia internasional karena kedalaman ilmunya. Dalam acara itulah, Syaikh al-Qaradhawi mengemukakan bahwa memboikot produk-produk buatan Israel dan Amerika adalah kewajiban bagi umat Islam di seluruh dunia. Ia mengatakan, uang yang kita bayarkan untuk sebotol Coca Cola misalnya, akan menjadi sebuah peluru dalam persenjataan perang Amerika dan Israel yang akan dibidikkan langsung ke arah kita.  

"Kita telah menyumbangkan uang kita setiap harinya ke McDonalds, KF
C, Burger King dan sebagainya tanpa memikirikan akan kemana uang itu pergi. Menurut saya, setiap Muslim harus bertanggung jawab dalam hal ini, atas keluarga dan gaya hidup mereka. Lihatlah orang-orang Amerika yang telah mem-veto resolusi PBB untuk mengutuk aksi serangan tentara Israel di Palestina," kata Syaikh al-Qaradhawi dalam wawancara tersebut.  

Syaikh al-Qaradhawi akhirnya mengeluarkan fatwa haram membelanjakan uang yang dimiliki kaum Muslimin untuk membeli produk-produk pro-Zionis Israel pada November 2000 yang berbunyi; 


"Tiap-tiap riyal, dirham dan sebagainya, yang digunakan untuk membeli produk dan barang Israel atau Amerika, dengan cepat akan menjelm
a menjadi peluru-peluru yang merobek dan membunuh pemuda dan bocah-bocah Palestina. Sebab itu, diharamkan bagi umat Islam membeli barang-barang  atau produk musuh-musuh Islam tersebut. Membeli barang atau produk mereka, berarti ikut serta mendukung kekejaman tirani, penjajahan dan pembunuhan yang dilakukan mereka terhadap umat Islam di belahan dunia lainnya ..." 

Syaikh al-Qaradhawi bahkan dengan tegas menyatakan, siapapun yang membeli produk yang terbukti menyalurkan sebagian keuntungan perusahaannya kepada Zionis Israel dan tidak mengindahkan gerakan boikot ini, sama dengan sekutu Zionis Israel sekaligus aktif memb
unuh rakyat Palestina yang tak berdosa.  
Gerakan boikot produk Israel-AS yang berawal dari Qatar ini akhirnya meluas ke seluruh dunia, mulai dari negara-negara Arab sampai ke Afrika, Eropa, Amerika, Asia. Dan dalam dalam jangka waktu kurang dari dua tahun, gerakan boikot ini berhasil memukul perekonomian Zionis Israel.  

Dampak Gerakan B
oikot di Israel


Tahun 2002, wartawati Totally Jewish, Daniella Peled menulis tentang runtuhnya bisnis restoran Eucalyptus milik pengusaha Yahudi Israel Moshe Bason setelah seruan boikot dari dunia Islam. Restoran yang berlokasi di Yerusalem dan paling tersohor di Israel itu akhirnya kolaps setelah 15 tahun berdiri. Selama dua tahun itu, tingkat penjualannya turun drastis hingga 90 persen karena pengunjungnya makin berkurang.  

Tanggal 3 Juli 2002 mantan perdana menteri Israel yang kini menjadi menteri pertahanan Israel, Ehud Barak menyatakan bahwa perekonomian Israel sedang dalam masa kritis. Hal tersebut juga diakui oleh Ariel Sharon-PM Israel saat itu-dan Menteri Keuangan Israel Silvan Shalom. "Investor luar negeri kehilangan kepercayaannya untuk menanamkan modal di wilayah Israel," kata Shalom ketika itu.  

Sejak seruan boikot Israel, data statistik resmi menunjukkan jumlah turis yang datang ke Israel menurun cukup signifikan. Dalam satu musim kunjungan di tahun 2002, jumlah turis hanya 33.000 orang, padahal pada k
urun waktu sama pada tahun 2001, jumlah turis ke Israel mencapai 116.000 orang. Turunnya jumlah turis, menimbulkan efek berantai dengan menurunnya tingkat hunian hotel di Israel dan penerbangan ke Israel.  

Di harian Jerusalem Post, penulis Haim Saphiro mengutip laporan Asosiasi Perhotelan Israel yang menyebutkan bahwa menurunnya tingkat hunian hotel setelah seruan aksi boikot merupakan periode terburuk sepanjang sejarah Israel. Dari laporan itu misalnya diketahui, tingkat hunian hotel di Eilat cuma 10 persen, di Laut Mati cuma 4 persen, di Herzliya cuma 5 persen dan di Haifa cuma 4 persen. Perusahaan penerbangan Israel El Al,menurut CEO-nya Yitzchak Amitai juga terpaksa mengurangi jumlah penerbangan ke Eropa dan AS hingga 10-30 persen. 


Karena makin menurunnya jumlah turis, biro-biro wisata Israel sampai menggelar kampanye "Solidarity Tour" untuk mengajak para turis datang ke Israel dan tidak takut akan ancaman boikot itu.  

Kerugian juga dialami industri militer Israel akibat intifadah dan gerakan boikot. Akhirnya, pimpinan  Israel Military Industries  (IMI) Arieh Mizrahi dalam rapat resmi dengan Federasi Pekerja Histadrust mengumumkan PHK sekitar 800 hingga 1.000 pekerjanya, menutup sekitar lima unit pabrik senjatanya dan melakukan merger sebagai upaya efisiensi.  

Itu cuma beberapa contoh dampak gerakan boikot produk AS-Israel terhadap perekonomian Israel, belum lagi perusahaan-perusahaan Israel yang terpaksa tutup. Sejak gerakan boikot itu dilakukan secara serempak hampir di seluruh belahan dunia, bukan hanya dunia Arab saja, Israel harus menelan pil pahit atas kekejian yang dilakukannya terhadap bangsa Palestina.  

Ketika hampir kolaps, AS langsung memberikan bantuan dana jutaan dollar pada Israel. Tahun 2004 dibawah pemerintahan Presiden George W. Bush, AS menjalankan program bantuan dana setiap tahunnya untuk sektor keuangan dan militer Israel,  yang jum
lahnya mencapai 20 persen dari total bantuan AS ke luar negeri. Bantuan itu masih disalurkan sampai sekarang. Selain Bush, ada Paul Wolfowitz mantan Presiden Bank Dunia dan pernah menjadi dubes AS di Indonesia, seorang Yahudi garis keras di AS yang memelopori seruan untuk memberikan bantuan pada Israel lewat kampanyenya "Stand With Israel" sehingga hingga saat ini, Israel masih tegak berdiri dan terus menerus membantai rakyat Palestina.  

Melihat dampaknya yang cukup besar bagi Israel, gerakan boikot ini terus meluas bukan hanya bidang ekonomi tapi juga pendidikan dan olahraga. Informasi lebih lengkap tentang gerakan boikot ini bisa dilihat di situs www.inminds.co.uk atau www.boycottisraelnow.com di situs ini terdapat daftar lengkap apa saj
a produk-produk AS pendukung Israel yang harus diboikot dan informasi gerakan boikot antara lain boikot Israel yang dilakukan para akademisi di Inggris dan seorang atlet Iran.  

Boikot Merugikan Indonesia?  


Dalam beberapa wawancara di televisi, ada beberapa pengamat di Indonesia yang menyarankan agar masyarakat Indonesia tidak melakukan aksi boikot terhadap produk AS pro Zionis yang ada di Indonesia, dengan alasan akan menyebabkan pengangguran karena yang bekerja disana adalah orang Indonesia juga.  

Saya menyayangkan pendapat yang menurut saya dangkal dan hanya berpikir pendek. Kalau para pengamat itu cerdas dan melihatnya untuk kepentingan jangka panjang, aksi boikot produk AS pro Zionis ini justru akan menguntungkan Indonesia sendiri. Kalau produk-produk AS pro Zionis itu tidak laku, akan membuka kesempatan bagi para pengusaha di negeri kita untuk menciptakan produk sendiri dan klop dengan gerakan Cintailah Produk Indonesia, dan itu akan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas. Kalau menciptakan produk sendiri, pengusaha kita juga akan mendapatkan keuntungan penuh, beda dengan kalau mereka membuka perusahaan franchise asing yang harus membayar iuran franchise-nya ke perusahaan induknya. Jadi siapa bilang boikot produk AS pro Zionis akan merugikan Indonesia?   

Saya ingin kembali mengutip pernyataan Syaikh al-Qaradhawi dalam wawancaranya dengan al-Jazeera

 "Wahai manusia, tidakkan kalian berpikir? Tidakkan kalian memiliki perasaan lagi?  Persenjataan perang mereka didanai oleh uang kita dan gaya hidup konsumerisme yang mereka paksakan pada kita. Saya bertanya pada kalian semua dengan nama Allah, atas nama ribuan orang yang mati di tangan teroris-teroris itu pada tahun 1948 (saat berdirinya negara ilegal Israel), pada tahun 1967 (perang Arab-Israel), pada tahun 1973 di Qana, di Dir Yassin, di Bahr al-Bakar, di Jalur Gaza dan di Al-Quds ..."  

"Mereka telah menjadikan kita sebagai konsumen-konsumen yang buta, yang rela membayarkan uangnya untuk mendanai persenjataan mereka. Boikot mereka sekarang atau takkan pernah selamanya. Dunia Arab dan Islam harus bersatu. Kembalilah dan siapkan persenjataan kita, bangunlah ekonomi agar dapat menghancurkan mereka!”  

Temans, sudah saatnya kita membuka mata hati . Boikot produk AS pro Zionis, bukan hanya untuk menunjukkan solidaritas kita terhadap bangsa Palestina, tapi untuk kepentingan dan kemajuan negara kita sendiri. Untuk menjadi negara yang mandiri dan tidak selalu bergantung dan bangga pada produk-produk asing. Semoga Allah meridhoi setiap langkah dan tindakan yang kita lakukan. Amiin.     

Going Home, An Exodus for Eid Day




Eid Day is just a week away, now people especially in urban cities like Jakarta ( the capital city of Indonesia) are busy getting ready to return to their respective hometown to celebrate the biggest Muslim holiday. Even in multiply, i see some people start posting about their plan to return home for Eid day. Make me feel a bit envy because my hometown is Jakarta, the city where i was born and grown up and where i live now.

I actually have some relatives in other city even in other provinces, but most of my close family are all here, in Jakarta. And i and my family usually gather around in my aunt's house (my mom's eldest sister) where i meet almost all members of my big family there so i need not to go anywhere.

"Going Home" or Pulang Kampung or Mudik is a tradition that become phenomenon in urban people who lives in big cities, mainly in Jakarta ahead of Eid (Idul Fitri) Day. it's a kind of exodus that make my hometown Jakarta-which is usually very crowded and noisy-so quiet and turn into a dead city during Eid holiday. Coz many people have left the city and spent their Eid holiday in their hometown.

Since the Idul Fitri "exodus" become a very important moment, all tv stations make a special report seven days before and after Eid holiday, about the holiday travelers and the traffic condition from across the city. The travelers are sometimes caught in a heavy traffic jam for hours. But still, they show their cheerfulness. Amazing.


repost from multiply 2010

Unforgettable Moment with Fariz



“A baby will make love stronger, days shorter, nights longer, bank balance smaller, home happier, clothes dirty, the past forgotten, and the future worth living for.”
( from baby quotes)





Last Sunday was  an exhausted weekend but i really enjoyed the day, spending the whole day taking care of my little nephew Fariz. I offered myself to take care of him as his mother had to go to work that day. I am totally aware this will be a very busy and a hard day for me though Fariz is only 5 months baby but he always moves actively and now he start crawling. it needs more energy to guard him but his smile always crushes my heart ... make me feel so peaceful to see him smiling.

Lucky me, i was to be a "baby-sitter" at daytime not at night. I never forget my experience taking care my other nephew Faishal when he was a baby and his mother was on duty for night-shift in hospital. It's baby nature that he sleep at daytime and their eyes wide open at night so is Faishal. I almost do not sleep as Faishal always keep me awake. Consequently, i feel so weak the next morning and i thrown up many times ... i thought  that i had catched a cold cause i lacked of sleep at night.

The experience open my mind that being a mother for a new-born baby it's a very very hard job that i nearly do not bear on. But it really enjoy being with children or babies and i cannot say "no" when my sisters ask me to do her a favor taking care of their children ... my niece and my nephews. I will give up anything to be with them ... sometimes it crosses my mind being a "nanny" is a great and amazing job and i am good enough for this kind of job,

Back to my "side job" as nanny for Fariz, the hardiest thing taking care this smiley baby when i took him a bath cause Fariz always get up and go and i can hardly hold him tight. Then when i  feed him, Fariz giving off the meal i put on his mouth that make my face messed with his meal but he just smile when i told him "do not do that" as if he makes fun of me, what a baby !!!

Anyway i love him very much with his all naughtiness and cuteness. He fill my heart with happiness and gladness and create a cheerfy weekend for me. I feel so alive and it will be an unforgettable moment with you ... hug and kiss Fariz ...


#multiply, januari 2008

Thursday, August 16, 2012

[ Journey to Hajj ] P U L A N G



14 Maret 2002,

Malam itu tak seperti biasanya, hujan rintik-rintik mengguyur kota Mekkah. Dari jendela kamar di lantai empat, saya memandang Masjid Haram dan Ka'bah dalam derai rintik hujan. Titik-titik air hujan yang beradu dengan cahaya lampu masjid yang temaram, nampak kemilau laksana butiran berlian yang ditumpahkan ke bumi. Meski hujan, orang-orang yang tawaf tidak berkurang. Area di sekeliling Ka'bah tetap padat. Kami sudah tak boleh lagi bertawaf, karena tadi sore sudah melakukan tawaf perpisahan ... tawaf terakhir sebelum meninggalkan kota suci Makkah.


Sungguh indah dan syahdu melihat pemandangan Masjid Haram di tengah guyuran hujan. Selama berada di Makkah, baru kali ini kami merasakan hujan turun di kota ini. Seolah menjadi tanda ucapan selamat jalan bagi para tamu Allah yang berangsur-angsur meninggalkan tanah suci, kembali ke tanah air karena musim haji sudah hampir berakhir. Bagi kota Makkah, hujan itu bukan perlambang kesedihan karena kota itu akan ditinggalkan jutaan umat Islam dari berbagai dunia yang selama ini berkumpul untuk menunaikan rukum Islam yang kelima. Karena kota Makkah selalu ramai dikunjungi para jamaah umrah sepanjang tahun.

Tapi bagi saya dan teman-teman satu rombongan, hujan malam itu menambah rasa sedih di hati kami yang besok pagi harus sudah meninggalkan kota Makkah. Satu bulan lamanya di tanah suci, meninggalkan kesan begitu dalam dalam hati kami masing-masing. Perasaan saya campur aduk ketika merapikan dan mengepak semua barang-barang ke dalam koper. Antara bahagia karena akan bertemu kembali dengan keluarga di tanah air dan rasa sedih karena ... entah kapan saya bisa berkunjung lagi ke tanah suci. Meski kewajiban berhaji cuma sekali seumur hidup, tapi sulit dipungkiri, ada harapan dan keinginan yang besar untuk kembali lagi ke sini. Apakah Allah berkenan memanggil saya untuk kembali menjadi tamunya ...?

Enam tahun berlalu, saya masih menyimpan kerinduan itu. Air mata saya selalu meleleh, setiap Idul Adha tiba. Ketika mendengar laporan pelaksanaan ibadah haji dari radio dan televisi, ketika menyaksikan tayangan langsung salat Idul Adha dari Masjidil Haram. Kerinduan yang tak pernah lekang oleh waktu, kerinduan yang menjadi pemicu semangat saya ketika iman mulai menurun, kerinduan yang selalu membuat saya tak henti berucap syukur dan percaya bahwa Allah Maha Kaya, Maha Adil, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Berkuasa yang menjadikan semua yang menurut akal manusia tidak mungkin, menjadi mungkin.

Entah sampai pukul berapa hujan mengguyur kota Makkah malam itu. Karena ketika saya membuka mata, sudah hampir waktu subuh. Cuaca terasa dingin dan lembab karena sisa hujan semalam. Saya bergegas bewudhu, begitu adzan terdengar dari Masjid Haram.  Allahu Akbar .... Allahu Akbar ....

Inilah pagi terakhir kami di kota Makkah. Usai sarapan pagi, kami semua bersiap-siap untuk berangkat ke Jeddah. Dari balik jendela bis saya pandangi kota Mekkah untuk yang terakhir kalinya, sampai  menjadi titil kecil dan akhirnya lenyap dari pandangan. Ah ... sepotong hati saya rasanya tertinggal disana, saya pejamkan mata menahan butiran air mata yang menggantung.

Kesedihan itu masih terbawa ketika kami semua tiba di Jeddah. Karena jadwal keberangkatan pesawat kami malam hari. Pimpinan rombongan mengajak kami berkeliling kota Jeddah, antara lain ke masjid megah yang dibangun di pinggir pantai. Selebihnya, terus terang saya tidak begitu menikmati suasana kota Jeddah karena perasaan saya masih terbawa suasana kota Makkah.

Menjelang malam, kami sudah berada di Bandara King Abdul Aziz. Tapi kali ini kami tidak masuk ke terminal khusus haji, tapi ke terminal keberangkatan biasa. Meski demikian, petugas bandara tetap memberi kami dan rombongan sebuah al-Quran. Kita boleh memilih, apakah al-Quran yang tanpa terjemahan atau yang dengan terjemahan. Al-Quran itu memang dibagi-bagikan secara gratis oleh pemerintah Saudi bagi para jamaah haji yang pulang ke tanah air. Saya pilih al-Quran dengan terjemahan.

Setelah menunggu cukup lama ... akhirnya kami semua dipanggil untuk boarding. Lengkaplah kesedihan saya malam itu, ketika pesawat Gulf Air mulai take-off ... lampu-lampu bandara perlahan-lahan hilang dari pandangan berganti pemandangan langit malam yang biru gelap. Selamat tinggal tanah suci ... semoga haji kami menjadi haji yang mambrur ...aamiin.

[ Journey to Hajj ] Koper Beranak dan Kaos Kaki Turki





Menjelang pulang ke tanah air, saya melihat banyak koper jamaah yang beranak pinak. Yang semula cuma bawa satu koper saat berangkat ke tanah suci, menjelang pulang kopernya beranak jadi dua bahkan sampai tiga koper !

Gimana enggak beranak pinak itu koper, karena sisa sekitar seminggu di Makkah setelah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji betul-betul dimanfaatkan oleh sebagian besar jamaah buat beli oleh-oleh. Mulai dari gelas-gelas mungil buat minum air Zam Zam, teko khas oleh-oleh haji yang warnanya kuning emas itu, kacang arab, kurma berkilo-kilo, kismis, jilbab, sajadah, parfum dan enggak tanggung-tanggung ada yang beli karpet !

Barang-barang dagangan yang ditemui di tanah suci memang "menggoda dompet". Karena para pedagang disana, apalagi saat musim haji, datang dari berbagai negara yang membawa barang dagangan khas negaranya masing-masing. Kebanyakan sih perhiasan imitasi ala india,  banyak juga souvenir-souvenir unik.  Bikin laper mata, rasanya pengen dibeli semuanya asal kuat dananya aja dan siap repot ngangkut koper beserta anak-anak kopernya.

Tapi saya cuma kepincut sama kaos kaki rajutan khas Turki yang dibuat dari benang wool. Kaos kaki itu bentuknya tidak seperti kaos kaki umumnya, tapi dibentuk seperti sepatu teplek. Mulanya, saya sering melihat kaos kaki itu dikenakan para jamaah haji peremuan asal Turki. Warnanya cerah-cerah dan kayaknya anget banget dipake saat cuaca dingin.

Setiap kali nemenin temen yang belanja, mata saya mencari-cari kalau saja ada pedagang asal Turki yang menjual kaos kaki itu. Dan saya menemukannya di Mina, waktu iseng jalan-jalan menikmati suasana malam dan pasar kagetan di dekat lokasi jamarat. Dapatlah saya kaos kaki Turki itu, akhirnya ....

Karena enggak terlalu banyak belanja karena uang saku yang diberikan kantor juga terbatas, koper saya enggak beranak. Cuma agak gembung sedikit, karena isinya bertambah banyak  dan dipadetin.

Mereka yang bijak membelanjakan uangnya, lebih memilih membeli perhiasan emas karena kualitas dan model perhiasan emas disini memang dikenal bagus dan modis ....

Kalau inget pengalaman belanja ini, saya suka senyum-senyum sendiri, inget gimana ngeliat koper-koper yang jumlahnya jadi bertambah dua kali lipat menjelang pulang. Biar bagaimanapun, enggak lengkap rasanya kalo enggak beli oleh-oleh buat dibawa pulang ke tanah air. Enggak peduli bawanya berat dan agak merepotkan ... 

Wednesday, August 15, 2012

[ Journey to Hajj ] Mina: Lempar Jumrah yang Menegangkan



Usai wukuf, hari itu juga menjelang matahari terbenam kami bersiap-siap meninggalkan Arafah yang penuh kenangan. Saya dan rombongan yang mengambil program jalan kaki saat ke Arafah, memilih kembali berjalan kaki untuk kembali ke Mina.

Sama seperti ketika menuju Arafah, jalan kaki ke Mina sungguh pengalaman yang menakjubkan. Jalur jalan kaki dipenuhi manusia-saya pikir lebih padat dibandingkan pada saat menuju Arafah-yang mengenakan pakaian ihram serba putih. Bayangan tentang Padang Mahsyar, tempat manusia dikumpulkan pada hari kiamat, kembali terbayang melihat lautan manusia di tengah padang pasir Mina yang luas. Bayangan itu makin terasa dan membuat hati ini jadi ciut mengingat bagaimana nasib kami nanti di hari pertanggungjawaban, ketika mabit di Muzdalifah.

Semua orang berhenti berjalan untuk bermalam dan mencari baru kerikil untuk lempar jumrah esok harinya di Mina. Sejauh mata memandang, hanya warga putih yang terlihat bahkan sampai ke bukit-bukit batu di sekitar kami bermalam di Muzdalifah. Saya dan rombongan duduk di pinggir jalan sambil mencoba memejamkan mata untuk tidur sebentar. Padatnya manusia, hanya bisa membuat kami selonjoran kaki sampai adzan Subuh terdengar. Usai menunaikan salat Subuh, kami melanjutkan perjalanan menuju tenda kami di Mina.

Alhamdulillah, tak berapa lama kemudian kami kembali ke tenda dengan selamat. Kami langsung ditawari untuk melakukan lempar jumrah pertama, ke jumrah Aqabah. Pimpinan rombongan kami menawarkan lempar jumrah pagi hari, untuk menghindari kepadatan di siang hari.

Lempar Jumrah


Pengalaman melempar jumrah, mulai dari jumrah aqabah, jumrah wusta dan jumrah ula, terutama di hari tasyrik, bagi saya merupakan pengalaman yang paling mencekam. Gimana enggak, jutaan jemaah haji pada saat yang nyaris bersamaan menuju ke satu tempat yang sama, lokasi lempar jamarat yang sebenarnya sangat sempit. Lokasi lempar jumrah adalah pilar terbuat dari batu yang dikelililngi pagar tembok setinggi satu meter. Dari pinggir pagar itulah para jamaah melempar tujuh baru kerikil ke arah pilar sambil bertakbir.

Sudah pasti untuk mencari posisi yang cukup dekat ke pinggir pagar tembok agar lemparan batu kita mengenai pilar, butuh perjuangan yang berat, berdesak-desakan, kedorong-dorong, yang penting jaga keseimbangan agar jangan sampai terjatuh karena terdorong orang. Kalau jatuh, akan susah untuk bangkit karena padatnya manusia dan resikonya, kita bisa terinjak-injak. Peristiwa seperti inilah yang kadang  terjadi di lokasi Jamarat, sehingga prosesi lempar jumrah kerap menelan banyak korban jiwa.

Rombongan kami selalu mengatur strategi agar bisa melaksanakan lempar jumrah dengan aman. Pada saat lempar jumrah juga sebaiknya tidak mengenakan sandal atau sepatu, karena bisa dipastikan sandal bakal lepas dan untuk menghindari resiko sandal terinjak yang membuat kita jatuh. Saya hanya mengenakan kaos kaki tebal ketika lempar jumrah, untuk mengurangi rasa sakit karena menginjak batu-batu kerikil yang bertebaran di sekitar lokasi Jamarat. Soal kepala atau jidat kena lemparan kerikil, sudah menjadi hal yang biasa, karena kadang ada jamaah yang ngelemparnya kelewat bersemangat, atau nekat melempar kerikil dengan jarak yang masih jauh dari pilar ...

Padahal lempar jumrah yang dilakukan untuk memperingati saat nabi Ibrahim digoda oleh setan agar tidak melaksanakan perintah Allah menyembelih putranya Ismail, maknanya adalah agar manusia melawan setan yang ada dalam dirinya, yang selalu menggoda dan menyampaikan bisikan-bisikan agar manusia melanggar perintah Allah swt.

Jujur, pada saat prosesi lempar jumrah saya betul-betul merasa ngeri melihat manusia yang begitu berjubel, saya sempat ragu mampukah saya melakukan ini semua ... kala itu saya cuma memohon kekuatan dan berserah diri pada Allah, jika hal buruk menimpa saya selama lempar jumrah yang berlangsung tiga hari berturut-turut itu.

Ketika para jamaah haji di Mina melaksanakan lempar jumrah hari pertama pada 10 Dzulhijah, kemudian bertahalul awal (memotong rambut), umat Islam di seluruh dunia menunaikan salat iedul Adha dan memotong hewan kurban.  

Jalan Kaki Lagi


Hari itu juga, pada sore hari, saya dan rombongan menuju Makkah. Bagi yang ikut program jalan kaki sejak ke Arafah, lalu kembali ke Mina, memang disarankan untuk juga melakukan jalan kaki ke Makkah, kecuali yang kondisi fisiknya sudah tidak memungkinkan lagi. Dan saya pun memilih jalan kaki dari Mina ke Makkah yang jaraknya sekitar 7 kilometer. Tapi mereka yang tidak ikut program jalan kaki, banyak juga yang memilih jalan kaki ke Makkah untuk menghindari kemacetan. Untunglah cuaca sore itu tidak terlalu panas dan kami bisa menikmati perjalanan kami ke kota Makkah

Sampai di Makkah, meski sudah sangat letih, kami langsung melakukan tawaf ifadah dilanjutkan dengan sa'i haji. Menjalani semua rangkaian ibadah haji ini, benarlah kata orang bahwa haji bukan hanya ibadah spiritual tapi juga fisik, membuat saya berpikir sebaiknya berhaji memang ketika usia masih muda dimana fisik masih kuat, jika sudah mampu untuk menunaikan ibadah haji, prioritaskanlah untuk menunaikan rukum Islam ke-lima ini.

Di Makkah suasana Masjid Haram juga sangat padat,  tawaf dan sa'i pun butuh waktu lebih lama karena harus pelan-pelan karena penuh sesaknya jamaah.  Di tengah-tengah rangkaian prosesi itu, kami menunaikan ibadah maghrib dan Isya.  

Selesai sa'i ... selesailah amalan hari Nahr, hari itu Air mata haru kembali berurai, puji dan syukur tak putus-putusnya kami panjatkan pada Allah. Saya merebahkan diri sebentar di halaman Masjid Haram sambil menatap langit Makkah yang biru dihiasi kelip-kelip bintang.  Terimakasih ya Robbi atas anugerah yang telah Engkau berikan ...

Dari Makkah, kami kembali ke Mina dengan menggunakan bis kecil. Di Mina, selama dua hari kami menyelesaikan prosesi lempar jumrah selama dua hari. Alhamdulillah ... semua berjalan lancar dan kami harus kembali ke Makkah, menunggu saat tawaf terakhir, tawaf wada atau tawaf perpisahan. Tak terasa, detik-detik kami harus meninggalkan tanah suci sudah semakin dekat ...

[ Journey to Hajj ] Dan Langit Arafah pun Ikut Bertasbih




Hari itu,  tanggal 9 Dzulhijjah 1422 H ...

Bertepatan dengan hari Kamis, 21 Februari 2002 menjadi puncak ibadah haji dimana seluruh  jamaah haji dari seluruh dunia  berkumpul di Arafah untuk melaksanakan Wukuf, yang artinya hadir dan berada di Arafah pada waktu tertentu antara waktu Dzuhur dan Ashar.


Saat-saat wukuf, menjadi saat-saat yang emosional, karena saat inilah para jamaah haji mengkondisikan dirinya untuk berkonsentrasi lebih mendekatkan dirinya pada Allah. Saat inilah setiap orang melakukan perenungan diri atas kebesaran Allah dan atas segala apa yang telah dilakukan sepanjang hidupnya, sudahkah kita memiliki bekal yang cukup untuk di akhirat nanti, mampukah kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita nanti, sudahkah kita menjadi semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya ....

Saat wukuf ... untaian doa dipanjatkan, dosa-dosa dibentangkan, untuk memohon ampunan atas semua kesalahan dan kealpaan serta berharap ridha yang tak berkesudahan. Betapa kecilnya manusia ditengah segala ciptaanNya ... namun tanpa sadar kita sering berlaku sombong di hadapanNya ...  Ampuni kami ya Allah, maafkan kebodohan kami ya Robbi ....

Tak ada sepatah kata yang terucap siang itu, setiap orang tenggelam dalam doa dan permohonannya masing-masing pada Allah disertai tetesan air mata dan isak tangis ...

Saat wukuf di Arafah adalah gambaran Padang Mahsyar ketika hari akhir tiba. Dimana pada saat itu manusia dibangkitkan dan dikumpulkan tanpa membawa apapun yang telah dikumpulkannya di dunia, selain amal dan ibadah yang menjadi penentu dimana manusia akan tinggal selanjutnya ... siapkah kita menghadapinya?

Bayangan Padang Mashyar yang luas pun terbayang di pelupuk mata saya
ketika melihat kumpulan manusia  saat wukuf semuanya berpakaian serba putih bahkan sampai ke atas-atas bukit-bukit sehingga seperti titik-titik putih dari kejauhan ...

Allah sangat memuliakan hari wukuf Arafah dan pada hari itu Allah mendekat pada setiap orang yang wukuf untuk mendengarkan doa dan keluhan mereka. Pada hari itu Allah memanggil para malaikat untuk membanggakan hambaNya, seperti perkataan Rasulullah Muhammad Saw;


” ... Ia (Allah) mendekat kepada orang-orang yang di Arafah. Dengan bangga ia bertanya pada para malaikat, apa yang diinginkan oleh orang-orang yang sedang wukuf itu?”

Padang Arafah menjadi tempat yang memiliki makna tersendiri bagi umat Islam karena disinilah Adam dan Hawa bertemu. Karena disinilah Rasulullah menyampaikan khutbah yang terakhir dan tak lama setelah itu beliau wafat, dikenal sebagai khutbah wada’ atau khutbah perpisahan. Pada saat itu pula Allah menurunkan surat al-Maa’idah ayat tiga yang berbunyi;


”... pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu ...”

Siang itu langit Arafah berwarna biru terang, matahari memancarkan cahayanya yang teduh seakan ikut bertasbih memuji kebesaranNya bersama kami. Subhanallah ... tak pernah rasanya saya merasakan kedamaian seperti ini, semoga wukuf ini betul-betul menyempurnakan haji kami ... 

Surat-Surat dari Masa Lalu



Surat-surat itu saya temukan di sebuah kantong plastik, terselip diantara tumpukan-tumpukan buku di dalam laci meja belajar saya. Surat-surat itu bercampur dengan tumpukan surat lainnya yang dikirim oleh teman-teman saya. Dari sekian banyak surat yang usianya sudah tahunan itu, surat-surat itulah yang usianya paling tua. Tapi tulisannya masih jelas terbaca.

Surat-surat itu adalah kenangan remaja saya. Kala itu, lagi populer cerita bersambung Balada si Roy yang dimuat di majalah Hai. Dan tentu saja, pengarangnya, Gola Gong (Herri Hendrayana Harris) jadi ngetop berat di kalangan anak-anak remaja, termasuk saya. Waktu itu, Gola Gong dikenal bersama dua orang temannya, Rys Revolta dan Toto St Radik. Tiga Serangkai, begitu Gola Gong menyebutnya.

Saya lupa, darimana saya dapatin alamatnya Gola Gong, yang jelas, seperti kebiasaan anak-anak remaja jaman saya pada masa itu  (gak jauh beda sih sama ABG jaman sekarang), pasti deh kirim surat sama idolanya. Nah, begitu saya tahu alamatnya, saya coba-coba kirim surat. Dan surprise ... !!! surat saya dibales, ketika saya sudah merasa hopeless nunggu balesannya setelah berminggu-minggu. Yang bales Toto St. Radik, pake mesin ketik, ukuran kertasnya juga mini banget, kira-kira setengah halaman polio. Ada dua surat balesan dari Gola Gong dan kawan-kawan, kedua surat itu tulisannya masih jelas terbaca (mungkin karena menggunakan mesin ketik), dan selalu membuat saya senyum-senyum kalau membacanya kembali.







Surat tua lainnya, yang kondisinya masih baik adalah surat dari penyanyi Philipina Jose Mari Chan. Saat saya remaja dulu, penyanyi ini populer banget di Indonesia dengan lagunya Beautiful Girl. Saya dapet alamat Jose Mari Chan secara tidak sengaja dari majalah Hai. Dasar iseng, saya coba-coba lagi kirim surat sama beliau, waktu itu sih alasannya sekalian ngelancarin bahasa Inggris.hehehe.


Eh.... tanpa diduga, Jose Mari Chan membalas surat saya. Surat balasannya ditulis dengan tulisan tangan pula. 

Ada tiga surat balasan dari Jose Mari Chan, dua surat biasa dan satu photo yang dibelakangnya ada tulisan beliau. Lagi-lagi, saya senyum-senyum membaca kembali surat-surat lawas itu. 


Tak terasa, surat-surat itu sudah berusia lebih dari 23 tahun! Bisa dibilang, inilah sisa-sisa kenangan remaja saya yang masih ada. Rasanya, saya masih akan menyimpannya terus, karena buat saya kenangan-kenangan itu sangat berharga.

Ada beberapa surat lain dari sahabat-sahabat di Mesir dan Pakistan. Semuanya masih tersimpan rapi. Saya senang melihat tulisan-tulisan tangan mereka dan membaca isi suratnya, membuat saya teringat kembali kenangan-kenangan indah di masa lalu.

Saya masukkan kembali "harta karun" itu ke kantong plastik dan saya letakkan dengan rapi di dalam laci. Suatu saat, saya akan membacanya kembali ....





*repost from multiply