Wednesday, September 19, 2012

Anak Zaman Sekarang: Boy/Girl Band atau Klub Sains?



Meski yakin gak bakal bisa liat gerhana bulan total karena cuaca Jakarta yang mendung sepanjang hari, dan hujan sepanjang sore, demi memenuhi rasa penasaran sang ponakan, akhirnya saya dan Faish (ponakan saya) berangkat juga ke Planetarium di Taman Ismail Marzuki, Sabtu (10/12/2011).

Sampai di Planetarium pas Maghrib, dan saya lihat sudah banyak orang berkumpul di sana, mulai dari anak-anak sekolah, mayoritas siswa-siswi SMA dari klub astronomi, beberapa orang (yang saya kira penggemar fotografi) lengkap dengan peralatan fotonya dan orang tua yang membawa serta anak-anak mereka.

Hari itu, Planetarium Jakarta memang membuka kesempatan bagi masyarakat umum yang ingin ikut melakukan pengamatan gerhana bulan "berdarah", karena kali ini merupakan gerhana bulan terakhir di penghujung tahun 2011. Tapi, sudah bisa ditebak, masyarakat umum yang datang harus kecewa karena gerhana bulan tak bisa diamati karena langit Jakarta gelap dan bulan sama sekali tak terlihat.

Beberapa diantara mereka, akhirnya memilih pulang. Sedangkan saya dan Faish menunggu sebentar sambil menanti hujan reda. Sambil duduk-duduk di ruang tunggu Planetarium, saya perhatikan anak-anak yang juga masih bertahan di Planetarium, beberapa kelompok ditemani guru mereka. Saya pikir mereka adalah anak-anak sekolah yang beruntung karena bisa ikut klub astronomi. Dulu, zaman saya sekolah, belum ada tuh yang namanya klub astronomi, paling cuma klub science. Pelajaran astronomi di sekolah pun sangat amat minim, digabung ke pelajaran Geografi.

Saya melirik seorang siswi SMA yang duduk di sebelah saya, sedang asyik membuka simulasi gerhana bulan dari laptopnya, yang katanya dari software astronomi. Sebagai "orang tua" (maksudnya yang sudah sangat lama melewati masa SMA) saya koq seneng banget melihat anak-anak remaja ini sudah meminati astronomi, salah satu cabang ilmu yang bagi sebagian orang sama sekali tidak menarik.

Memang sih, semua tergantung minat dan hobi masing-masing orang. Tapi, senang melihat masih banyak remaja-remaja Indonesia yang berkumpul, membahas fenomena langit yang rumit dan penuh misteri ... di tengah fenomena para ABG saat ini yang lebih sering berkumpul buat membentuk boyband atau girlband.

Menyoal Drama Korea yang Bikin Galau




Saya enggak habis pikir, kenapa banyak orang (bukan cuma di Indonesia) yang suka banget nonton Drama Korea (selanjutnya disebut K-Drama). Saking sukanya, nama-nama aktor dan aktris Korea sampai “ngelotok” di luar kepala plus latar belakang kehidupan mereka, termasuk tahu siapa saja aktor atau aktris Korea yang oplas alias operasi plastik.

Saya bahkan sampai tertawa mendengar cerita seorang teman yang bisa-bisanya nonton serial K-Drama sampai jam empat pagi (enggak tahu mulai nontonnya jam berapa). Dulu, beberapa TV Indonesia memang memutar beberapa K-Drama (yang nyantol di kepala saya cuma Winter Sonata) tapi saya tidak begitu perhatian, mungkin karena nontonnya sepotong-sepotong. Tapi sekarang, beberapa tv nasional sudah memutar K-Drama, bahkan sebuah stasiun televisi yang di kalangan pecinta K-Drama disebut tivi “ikan terbang” nonstop memutar tiga judul K-Drama dari jam 12.00 siang sampai jam 18.00, dari Senin sampai Jumat, dan cuma jeda satu jam untuk acara infotainment dan berita sore.

Kata pepatah “Seeing is Believeing”. Keheranan saya kenapa banyak orang begitu menggandrungi K-Drama terjawab, setelah saya mengikuti sendiri salah satu serial K-Drama di tivi “ikan terbang”. Itu juga enggak sengaja. Ceritanya, karena sesuatu hal, selama sebulan saya terpaksa harus bekerja dari rumah. Karena bekerja dari rumah, waktunya lebih longgar dong, bisa tidur siang sebentar, dan konsentrasi nonton tivi.

Sore itu, setelah menyelesaikan kewajiban pekerjaan, saya setel tivi, pencet sana pencet sini, gak ada acara yang asyik. Sampai akhirnya tombol remote berhenti di saluran “ikan terbang” yang sedang menayangkan film yang kemudian saya tahu itu K-Drama berjudul Boys Before Flowers (BBF). Dengan tidak antusias, saya pantengin juga deh tuh “sinetron” Korea. Jujur, waktu itu seneng ajah ngeliat wajah salah satu pemainnya yang baby face dan innocent (kemudian saya tahu namanya Kim Bum, hahaha). Tapi setelah ngikutin jalan ceritanya, eh, koq menarik yah … bikin penasaran, lalu geregetan, menyentuh perasaan (hayyahhh), mengaduk-aduk emosi, ada tawa ada tangis (hahaha), sampai akhirnya saya ikutin kisahnya sampai episode terakhir.

Sampe situ. Saya sih masih biasa-biasa aja. Saya pikir, kebetulan aja kali K-Drama yang saya tonton ceritanya bagus. Setelah BBF selesai, kalo gak salah, penggantinya adalah K-Drama berjudul Bread, Love and Dreams. Saya coba ikutin lagi (karena masih kerja di rumah), hmmm koq lebih menarik yah ….

Dan akhirnya sampai sekarang, saya jadi suka dengan K-Drama, teruma yang genre-nya drama komedi, komedi romantis, saeguk (berlatar belakang sejarah), pokoknya bukan K-Drama action (kecuali City Hunter kali yah, soalnya ada Lee Min Ho hehehe).



Ada beberapa alasan kenapa saya suka dengan K-Drama, dan alasan saya hampir sama dengan para pecinta K-Drama lainnya setelah saya melakukan survey kecil-kecilan di sebuah group pecinta drama Korea/Asia di facebook. Inilah alasan-alasan kenapa K-Drama disukai banyak orang, bukan cuma di Indonesia, tapi juga di hampir seluruh negara Asia, bahkan sampai ke Timur Tengah dan AS !

1.    Materi Cerita

Dari hasil survey kecil-kecilan, sebagian besar penyuka K-Drama mengatakan kalau K-Drama itu ceritanya bagus, simple, beragam, diangkat dari kehidupan sehari-hari, dan kalau pun ada yang non-fiksi atau imajinatif, (contohnya 49 Days bercerita tentang roh yang masuk ke tubuh orang, atau Secret Garden yang bisa tukeran badan) tetap proporsional dan tidak lebay.

Beda dengan sinetron Indonesia, yang kalau kisahnya soal dunia roh pasti yang muncul sosok kuntilanak, genderuwo, setan, dengan tampilan yang diseram-seramkan (bukan menyeramkan loh). “K-Drama ceritanya bermutu, biasanya ada background tertentu, misalnya tentang perhotelan, kedokteran, hallyu star, kepolisian, secret agen, dsb, yang bikin gak boring nontonnya sampai episode terakhir,” kata seorang pecinta K-Drama.  

2.    Jalan/Alur Cerita

Menurut para pecinta K-Drama, alur cerita K-Drama itu enak untuk diikutin, gak monoton, suka ada kejutan tak terduga, enggak gampang ditebak, kadang di dalam alur ceritanya juga diselipkan pesan-pesan moral (jadi bukan cuma menghibur, tapi ada unsur pendidikan dan hikmah yang bisa dijadikan pelajaran).

Dan yang lebih penting lagi, K-Drama episodenya gak panjang-panjang atau dipanjang-panjangin kayak sinetron Indonesia yang suka nyeritain sampai tujuh turunan. Meski ada juga K-Drama yang episodenya panjang (rata-rata K-Drama episodenya Cuma sampai 16 atau maksimal 20 episode), tapi tetap menarik buat ditonton dan tetap ada ending-nya, gak bertele-tele dan mbulet seperti sinetron Indonesia.  

3.    Aktor dan Aktris (Peran)

Salah satu faktor yang membuat orang senang nonton K-Drama adalah aktor dan aktrisnya yang cakep –cakep (meski ada yang cakepnya hasil oplas). Tapi, tampang cakep juga diimbangi dengan kemampuan akting bagus. Sebagian besar pecinta K-Drama berpendapat para aktor dan aktris K-Drama enggak Cuma modal tampang doang.

“Mereka mampu menampilkan karakter yang kuat, aktingnya natural, enggak dibuat-buat,” kata seorang pecinta K-Drama. Peran antogonisnya enggak bikin orang bĂȘte, perannya enggak harus orang yang sejahat nenek sihir, suka marah-marah dengan mata melotot, atau cuma bisa ngomong ‘rasakan pembalasanku’”, kata pecinta K-Drama lainnya.  

4.    Busana dan Make-up

Boleh dibilang kekuatan K-Drama juga pada busana yang dikenakan para pemerannya, tapi lagi-lagi gak berlebihan, sesuai dengan perannya. Dari K-Drama bisa terlihat trend fashion di negeri Ginseng itu, dengan disain busana yang keren. Busana yang dikenakan di K-Drama sesuai tempat dan keadaan. Kalau di sinetron Indonesia, sering banget ngeliat di dapur aja pake busana kayak mau kondangan. Sama halnya dengan make-up para pemeran K-Drama, yang jarang banget saya lihat bermake-up menor.

“Coba sinteron Indonesia, mau tidur aja masih pake dandanan tebel,” kata seorang penyuka K-Drama.  

5.    Original Soundtrack

Sepertinya, para sineas Korea sangat memperhatikan masalah musik latar dan lagu-lagu yang akan dijadikan tema serialnya. Hampir semua K-Drama yang pernah saya ikuti, punya lagu-lagu tema yang keren dan enak didenger. Biasanya sih, begitu nge-denger lagu tema yang enak, langsung saya searching di internet dan donlot dehhh …hehehehe.  



Itulah lima alasan kenapa saya dan banyak orang suka dengan K-Drama. Beberapa K-Drama menarik kata lokasi syutingnya dengan mengambil lokasi-lokasi wisata yang indah di Korea Selatan. Dan kabarnya, gara-gara lokasi syuting di yang terlihat di beberapa K-Drama, mampu mendongkrak jumlah wisatawan asing yang datang ke Korea. Coba kalau sinteron Indonesia juga begitu, kan asyik.

Cuma, memang ada sisi buruk dari K-Drama, terutama untuk konsumsi masyarakat Indonesia, yaitu adegan minum-minum secara bagi masyarakat Korea minum-minum adalah hal yang lumrah. Mudah-mudahan sih itu tidak menimbulkan dampak negatif budaya asing yang masuk ke Indonesia yah. Yakin, masyarakat dan pecinta K-Drama mampu menyaring mana yang patut ditiru dan mana yang tidak. Fighting !!       

Fenomena Badai Hallyu yang (Bisa) Bikin "Ababil"




Selain fenomena Badai Matahari yang sedang menjadi perhatian banyak orang saat ini, ada badai lain yang belakangan ini jadi ulasan utama di media massa. Bahkan stasiun televisi Al-Jazeera, membuat program khusus yang mengangkat tema tentang dahsyatnya fenomena badai ini, meski lebih menyoroti sisi gelapnya.

Ya, badai yang saat ini sedang menerjang penjuru dunia adalah badai Hallyu istilah untuk "Gelombang Korea" (Korean Wave). "Gelombang Korea" mengacu pada tersebarnya dan meningkatnya kegemaran masyarakat dunia pada kesenian pop dan tradisional Korea di Asia, Eropa, benua Amerika bahkan sampai ke Timur Tengah.

Hallyu diawali dengan populernya drama Korea, yang pertama kali di"ekspor" ke Cina, lalu menyebar hampir ke seluruh negara Asia, Eropa, benua Amerika dan Timur Tengah. Drama Korea yang paling fenomenal di awal kemunculannyal antara lain Winter Sonata, yang diputar di berbagai negara. Sejak drama korea makin berkibar bukan hanya di negerinya sendiri, dan stasiun-stasiun tv di Korea kabarnya tak segan-segan mengeluarkan dana besar untuk memproduksi sebuah drama.

Kesuksesan drama Korea diikuti dengan meningkatnya minat publik dunia pada film-film Korea, dan badai Hallyu yang terjangannya paling terasa adalah trend musik pop Korea atau yang lebih dikenal dengan sebutan K-Pop. Anak-anak muda dunia boleh dibilang sedang mengalami "demam" K-Pop dengan trend boyband dan girlband-nya. Tak terkecuali di Indonesia--negara yang paling gampang terinfeksi virus budaya asing dan menjadi peniru nomor satu. Sebuah tv swasta di negeri ini, bahkan akan menggelar pemilihan calong bintang ala K-Pop yang nantinya akan di-training di Korea (bye-bye era American Idol ...)





Kalau dulu, tv-tv Indonesia cuma memutar film-film Jepang atau Mandarin, sekarang yang banyak diputar justru drama Korea yang berhasil mencuri perhatian publik yang selama ini cuma dijejali dengan film-film produk Hollywood. Bukan cuma itu, barang-barang produk Korea mulai dari barang elektronik, pakaian, kosmetik, peralatan rumah tangga, kini mulai membanjiri pasar Indonesia. Tak terkecuali bisnis salon, yang sekarang mulai menawarkan gaya potongan rambut ala Korea (K-haircut style).

Bahkan, kalau kita perhatikan di kawasan segitiga emas di Jakarta, utamanya di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin, sudah bermunculan gedung-gedung pencakar langit dan perkantoran perusahan-perusahaan Korea. Pendek kata, Korea sekarang sedang "menjajah" Indonesia, mulai dari sisi ekonomi, sosial dan budaya.

Sebagian kita mungkin tercengang oleh kemunculan badai Hallyu dan kemunculan negara Ginseng ini sebagai 'ikon' Asia, bahkan popularitasnya dan kekuatannya mampu mengalahkan Cina dan Jepang yang selama ini menjadi "macan" Asia. Siapa yang menyangka para penyanyi (boy/girlband) Korea mampu menembus dan merebut pasar di industri musik Eropa bahkan AS. Apa rahasia dibalik kesuksesan yang menakjubkan dari sebuah negara bernama Korea Selatan?

Kesuksesan itu ternyata bukan sebuah kebetulan, tapi buah dari kerja keras yang panjang Korea Selatan untuk menjadi negara yang sekarang sangat diperhitungkan. Laporan Kompas.com menyebutkan, pemerintah Korea sejak 20 tahun lalu, memberikan beasiswa besar-besaran kepada artis dari berbagai bidang seni untuk belajar di AS dan Eropa, dan dari program itu lahirlah artis-artis berpengalaman.

Kerja jangka panjang itu kini menghasilan buah yang manis. Ekspor budaya K-pop, film dan drama Korea, mampu menambah pendapatan Negeri Ginseng itu. Belum lagi pendapatan dari sektor pariwisata. Badai Hallyu juga mendorong masyarakat dunia untuk berkunjung dan berwisata ke Korea.
Dari sisi ini, Indonesia seharusnya belajar dari Korea Selatan, yang mampu mendongkrak devisa negaranya lewat produk budaya. Selama ini, Indonesia selalu menjadi peniru, pengikut (follower) dan tak jarang menjadi "korban" budaya asing, dan gejala itu sepertinya sudah mulai terlihat lewat program-program televisi (musik dan sinetron) serta gaya hidup sehari-hari.



Eksistensi Korea di Indonesia, pastinya berdampak pada banyak orang-orang Korea yang datang dan menetap di Indonesia dan tentu kebutuhan akan gaya hidup di negeri asalnya akan terbawa ke negeri ini. Seperti dua sisi koin yang selalu bersisian, tak semua gaya hidup yang mereka bawa positif, ada juga yang negatif, dan yang negatif inilah yang harus diwaspadai jika perlu dicegah.

Sebagai contoh kecil, kebetulan kantor saya berlokasi di kawasan pinggiran Jakarta, Cibubur. Saya menduga di daerah ini banyak komunitas orang Korea, karena di komplek ruko tempat kantor lama saya misalnya, banyak bertebaran karaoke dan resto-resto Korea yang ramai dengan perempuan-perempuan berpakaian minim di malam hari. Tanpa bermaksud berburuk sangka, atau menyebut kebiasaan orang Korea itu buruk, tapi tempat "abu-abu" berlabel Korea yang berpotensi jadi lahan prostitusi dan jual beli minuman keras seperti itu mulai banyak terlihat. Itu baru di sebagian kecil kawasan Cibubur, entah di tempat lain.

Hal-hal seperti inilah, dampak penetrasi budaya yang negatif yang harus menjadi perhatian. Pemerintah daerah atau kota, mungkin harus lebih memperketat izin pembuakaan usaha tempat hiburan semacam itu. Televisi-televisi nasional sebaiknya juga menyeleksi program impor dari Korea, utamanya acara musik, karena nyaris semua girlband Korea berpakaian serba minim baik dalam acara panggung maupun musik videonya. Kalau boybandnya sih masih mendinglah. Mungkin, dengan mudahnya ada yang bilang, "ya jangan ditonton dong, matiin ajah tuh tivi."

Well, masalahnya, siapa yang mampu membendung terjangan "badai" seperti ini. Lebih dari itu, stasiun televisi yang menggunakan saluran publik, selayaknya ikut bertanggung jawab dan membantu melindungi masyarakat dari dampak negatif budaya asing.seperti ini. Kalau mau meniru (emang bisanya meniru sih) silahkan saja, tapi tirulah sisi positifnya yang mendorong persaingan sehat dan meningkatkan kreativitas berseni. Jadi, jangan sampai badai Hallyu malah memporak-porandakan jati diri dan identitas keindonesiaan, terutama dari sisi moral dan akhlak, istilah alaynya 'ababil' ( anak baru gede dan yang udah gede labil ) setuju?

Di Indonesia, Tiap Detik Terjadi Gempa




Kita mungkin sudah sering mendengar bahwa secara geografis, posisi Indonesia berada di kawasan Cincin Api (Ring of Fire). Cincin Api adalah sebutan bagi kawasan lingkaran gunung berapi di wilayah Samudera Pasifik.  Lingkaran gunung berapi itu membuat wilayah Samudera Pasifik sarat dengan aktivitas perut bumi yang masih memijar dan sangat panas. Khusus Indonesia, selain berada di kawasan Cincin Api, Indonesia juga diapit oleh tiga lempeng raksasa, yang apabila terjadi aktivitas di dalam perut bumi tadi, lempengan-lempengan ini bisa saling bertumbukan, sehingga terjadilah gempa.

Posisi yang demikian, membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan gempa. Menurut Dr. Wahyu Triyono--ahli gempa dari ITB--di Indonesia, setiap detik pasti terjadi gempa. Hanya saja kekuatannya kecil-kecil, tidak terasa oleh manusia dan hanya terdeteksi oleh alat pencatat gempa, seismograf.

Gempa memang tidak bisa dipastikan kapan terjadinya, tapi bisa diprediksi. Karena menurut Wahyu, sebagian besar gempa mengikuti pola siklus, bisa puluhan, ratusan atau ribuan tahun. Para ahli gempa di Indonesia sebenarnya sedang khawatir. Pasalnya, beberapa daerah di Indonesia kebanyakan sudah mencapai ujung siklus.

Berdasarkan penelitian, saat ini, daerah di Indonesia yang berpotensi mengalami gempa besar antara lain; perairan di sekitar Mentawai, Padang, Bengkulu, sedikit di Lampung, Sulawesi Utara dan Tenggara dan wilayah kepala burung Pulau Papua. Untuk pula Jawa, potensi ancama gempa masih ada, tapi tidak besar.




Teknologi Canggih Bukan Jaminan




Yang pertama, kita mungkin harus memahami dan menerima kenyataan bahwa kita hidup di atas permukaan bumi yang rawan ancaman gempa. Daripada terus menerus merasa ketakutan, lebih baik kita "berteman" akrab dengan gempa, seperti halnya masyarakat Jepang. Yang terpenting bukan lagi mengetahui berapa besar skala gempa, tapi antisipasi apa yang kita siapkan jika terjadi gempa. Karena sampai saat ini, korban bencana lebih banyak diakibatkan dari lambatnya pertolongan, daripada akibat terkena bencananya langsung. Sayangnya, dari berbagai bencana alam besar yang terjadi di Indonesia, pemerintah terlihat masih "gagap" untuk melakukan reaksi cepat, menolong para korban bencana. 

Pemerintah juga kurang memberikan penyuluhan bagi masyarakat, lewat media cetak maupun elektronik, tentang antisipasi jika terjadi gempa. Berbeda dengan Jepang, yang secara rutin melakukan pelatihan dan simulasi menghadapi gempa pada rakyatnya. 

Dr. Wahyu Triyono mengungkapkan, efek bencana sebenarnya bisa diminimalisir dengan cara meng-edukasi masyarakat tentang ancaman gempa, serta komitmen yang kuat baik dari masyarakat maupun pemerintah dalam hal antisipasi bencana. 

"Kita tidak bisa hanya mengandalkan peralatan atau teknologi canggih, karena semua itu belum tentu efektif. Daripada membeli peralatan canggih yang mahal, apalagi pembeliannya dengan cara berhutang yang berpotensi dikorupsi, lebih baik dananya digunakan untuk mendidik masyarakat tentang potensi bencana  dan cara penanggulangannya bersama-sama. Efektifitas teknologi itu sangat tergantung pada pengetahuan masyarakatnya,"  tukas Dr. Wahyu.

Selain itu, pemerintah juga harus memperhatikan tata ruang daerah atau kota. Harus dibuat jalan yang lurus  menuju tempat yang lebih tinggi--ini untuk antisipasi tsunami--dan tersedianya ruang terbuka untuk memudahkan pertolongan bagi para korban, dengan membuka tenda-tenda yang berfungsi sebagai rumah sakit darurat. Nah, dalam konteks di Jakarta, masih adakah ruang terbuka yang tersisa sebagai antisipasi terjadinya bencana?

Yang terpenting, jangan gampang panik dengan informasi akan terjadinya gempa, yang tidak jelas kebenarannya. Manusia baru bisa tahu kapan gempa (akan) terjadi, setelah gempa itu terjadi, termasuk besaran magnitude-nya.
sumber: "Tsunami The Deadliest Wave"--Angkasa.

Tuesday, September 18, 2012

Maher Zain, Cerita Dibalik Layar




Dalam kehidupan kadang terjadi hal-hal tak terduga. Mungkin begitulah yang terjadi antara saya dan Maher Zain. Senin siang kemarin, saya berkesempatan mewawancarainya di hotel tempatnya menginap bersama sejumlah media islami lainnya. Lalu apa istimewanya?

Buat saya rasanya unik aja. Terus terang, saya enggak mudeng dengan Ma
her Zain. Tapi saya ingat, beberapa hari sebelumnya, saya sempet becanda tentang Maher Zain dengan seorang teman di fb, yang mengomentari status saya soal Sami Yusuf yang lagi tur konser Eropa.  Saya cuma pernah mendengar nama Maher Zain sebagai penyanyi lagu-lagu Islami. Tapi enggak pernah mencoba mencari tahu siapa dia, apalagi pernah denger lagu-lagunya.





Tapi becandaan dengan teman di fb hari itu, membuat saya tergerak untuk menjelajah dunia maya. Pengen tahu, kayak apa sih lagu-lagunya Maher Zain.  Well, setelah mendengar beberapa lagunya, harus saya akui bahwa lagu-lagu islami Maher Zain memang bagus, se-tipe-lah dengan lagu-lagunya Sami Yusuf. Cuma sampai di situ, saya sudah melupakan Maher Zain dan cuma sekedar tahu bahwa sepekan ini dia sedang ada di Jakarta dalam rangka promo albumnya.

Tapi 3 hari kemudian, tepatnya hari Senin, jam 01.15 dinihari saya terbangun oleh dering hp. Ternyata sms dari Mbak Atie, ibu bos bagian
marketing kantor. Isinya kira-kira begini, "Besok jam 10.30 standby di Hotel Mandarin buat wawancara dengan Maher Zain, bisa?"



Dengan mata setengah mengantuk, saya jawab "ok". Biasa saja. Saya malah menanykan posisi Hotel Mandarin. Maklum, sudah lama menjadi suku terasing di daerah pinggiran dan jarang banget ke tengah kota.

Singkat cerita, Senin siang itu, saya melihat wujud Maher Za
in. "Ohh ... ini tokh orangnya ..." . Wawancara yang cuma dikasih waktu 10 menit berjalan lancar.



Buat saya, wawancara siang itu dengan Maher Zain, membawa kembali kenangan saya saat masih menjadi reporter di sebuah radio beberapa tahun silam, mewawancarai artis-artis asing yang datang ke Indonesia. Tapi wawancara dengan Maher Zain memberikan nuansa lain, karena ia artis penyanyi muslim yang membawakan lagu-lagu Islami. Jadi, jangan heran, kalau foto barengnya jadi agak berjarak, karena saya perempuan dan dia laki-laki ... hehehe.   (repost multiply 2 mei 2011 )

Pesawat Terbang, Transportasi Paling Aman?


Dunia penerbangan Indonesia kembali berduka, dengan jatuhnya pesawat penumpang Xian MA 60 milik maskapai penerbangan Merpati, beberapa hari yang lalu di Teluk Kaimana, Papua. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpang beserta awak pesawat yang berjumlah 25 orang.

Peristiwa ini ternyata berbuntut panjang. Apa penyebab pasti kecelakaan itu belum diketahui, tapi beritanya berkembang menjadi kecurigaaan ada ketidakberesan seputar pembelian
pesawat produksi negara Cina itu, yang ditengarai berkualitas rendah dan tidak memenuhi standar kelaikan internasional. BUMN Merpati pun jadi sorotan. Sejumlah nama pejabat disebut-sebut bertanggung jawab atas pembelian pesawat yang beraroma kolusi dan korupsi itu.

Di sisi lain, kemelut yang muncul dari
tragedi ini, membuat mata banyak orang terbuka kembali akan eksistensi industri pesawat terbang nasional PT Dirgantara Indonesia, yang belakangan ini nyaris terlupakan bahkan namanya seolah tenggelam. Padahal industri yang pernah berjaya di era 80'an di masa kepemimpinan BJ Habibie ini, memproduksi pesawat-pesawat perintis sejenis pesawat Xian yang digunakan Merpati, dan produknya sudah dipercaya oleh banyak negara.

Tapi memang begitulah karakter dunia penerbangan. Kecelakaan yang tragis menimbulkan duka yang memilukan, tapi di sisi lain, insan penerbangan banyak belajar dan mendapatkan pengetahuan untuk terus memperbaiki dan meningkatkan keselamatan penerbangan. Dalam kasus kecelakaan pesawat
Merpati di Kaimana, hikmahnya mungkin, kita jadi melirik kembali industri dirgantara nasional yang sudah mampu membuat pesawat-pesawat penumpang yang sudah memenuhi standar internasional.

Baiklah, kita tinggalkan tragedi Kaimana, karena niat saya
menulis memang bukan untuk membahas peristiwa yang masih menyisakan banyak persoalan itu. Tapi ingin berbagi cerita, tentang dunia penerbangan secara umum, yang buat saya menarik untuk diketahui.

Paling Aman di Udara



Saya termasuk orang yang phobia menggunakan pesawat terbang jika bepergian. Setiap kali naik pesawat, saya selalu dilanda pikiran buruk, bagaimana jika pesawatnya jatuh? Membayangkan seperti apa kepanikan dan ketakutan di dalam kabin jika pesawat jatuh, cukup membuat saya sesak napas menjelang boarding, saat pesawat take off dan saat pesawat akan landing. Adakah diantara teman-teman yang juga phobia terbang seperti ini?
Tapi ternyata, dalam dunia transportasi, pesawat terbang diakui sebagai moda transportasi paling aman, dibandingkan moda transportasi lainnya seperti mobil atau kereta api. Koq bisa?

Sebagai gambaran, data statistik Departemen Transportasi AS, bisa menjawab pertanyaan diatas. Menurut data itu, jika dari 5.000 perjalanan sepeda motor terjadi 1 angka kecelakaan, dan dari 367.000 perjalanan kereta api akan terjadi 1 kecelakaan, pada moda transportasi udara butuh 10 juta penerbangan untuk memunculkan 1 kecelakaan.

Survei yang pernah dilakukan BBC, dan DETR--sebuah LSM di
Inggris--juga menunjukkan hasil serupa, bahwa tingkat keselamatan moda transportasi udara masih jauh lebih tinggi dibandingkan moda transportasi darat.

Ini juga terkait dengan tradisi dalam dunia penerbangan, yaitu mengutamakan keselamatan dan kenyamanan penumpang. "No room for error" karena kesalahan sedikit saja bisa berakibat fatal. Oleh sebab itu, dunia penerbangan bisa dibilang unik dan rumit, mulai dari proses pembuatan pesawat terbang yang harus detail dan sangat akurat, sampai ketika pesawat akan digunakan, harus melalui serangkaian proses pengecekan yang
panjang dan detil, untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan.

Jika demikian, seharusnya kita tidak perlu "parno" alia
s paranoid menggunakan pesawat terbang sebagai alat transportasi. Tapi tak bisa dipungkiri, meski disebut moda transportasi paling aman, jika sudah terjadi kecelakaan pesawat terbang, bisa dipastikan membuat banyak orang ngeri mendengar atau melihatnya. Kecelakaan pesawat terbang selalu menjadi mala petaka yang dahsyat, jumlah korbang banyak, kesedihan yang dalam dan kerugian materil yang sangat besar. Tak heran, setiap terjadi kecelakaan pesawat terbang, selalu menjadi pemberitaan besar.



Tabrakan maut antara dua pesawat penumpang jumbojet Boeing 747 milik KLM dan Pan American di Bandara Los Rodeos, Tenerife pada 27 Maret 1977, tercatat sebagai kecelakaan pesawat terburuk dalam sejarah penerbangan komersial. Korban tewas 583 orang, penyebabnya, human error.

Faktor Manusia


Para insan penerbangan mengakui, meski sudah dibuat secara presisi, tidak ada pesawat yang 100 persen "sempurna". Tapi dari sekian banyak peristiwa kecelakaan pesawat terbang, kebanyakan disebabkan oleh faktor kesalahan manusia, ketimbang faktor teknis dan kondisi cuaca.

Faktor manusia di sini, bukan hanya pilot, tapi bisa juga karena kesalahan petugas kontrol lalu lintas udara, kru di darat, mekanik, teknisi, petugas pengisi bahan bakar, petugas yang mengatur bagasi, dan petugas lainnya yang terlibat dalam menyiapkan sebuah penerbangan. Belakangan, para pakar penerbangan, memasukkan unsur manajemen perusahaan penerbangan, sebagai salah satu unsur mengkhawatirkan yang bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang.


Situasi perekonomian dan sistem liberalisme perekonomian misalnya, membuat manajemen perusahaan penerbangan sering membuat kebijakan yang menyulitkan bagian operasional penerbangan. Sebagai contoh, kebijakan manajemen untuk mengirit biaya operasional seringkali dilakukan dengan cara memangkas biaya perawatan pesawat. Jika sudah begini, bukan cuma kenyamanan, tapi juga keselamatan penumpang jadi riskan.

Kemelut Merpati yang menjadi buntut kecelakaan pesawatnya di Teluk Kaimana, mungkin bisa menjadi contoh bagaimana kebijakan manajemen (membeli pesawat Cina yang standarnya masih dipertanyakan)  bisa mempengaruhi keselamatan penerbangan dan nyawa banyak orang.




Terlepas dari itu semua, penumpang juga ikut berperan untuk sama-sama menjaga keselamatan penerbangan, dengan mematuhi peraturan selama penerbangan, misalnya tidak menyalakan telepon seluler saat dalam penerbangan. Jangan sampai kayak saya yah, pernah "dijitak" pramugari (meski enggak kenceng sih) gara-gara masih nelpon saat pesawat mau take-off.

"Switch it off !" kata pramugari itu sambil melotot.

Aduh mbak pramugari, jadi ilang cakepnya kalau melotot gitu. Maaf, maaf, karena mesti kordinasi jemputan, daripada ntar sendirian di bandara tengah malem ... ihhh syereemmm ...

(sumber: edisi khusus majalah Angkasa)

Tips Aman Naik Pesawat Terbang



Kecelakaan pesawat yang terjadi umumnya seperti sebuah malapetaka yang mengerikan. Tapi, mungkingkah selamat dari kecelakaan pesawat, yang paling buruk sekalipun? Jawabannya adalah mungkin saja.

Dari sekitar 95 persen kecelakaan pesawat terbang, masih ada yang selamat. Tabrakan pesawat jumbojet Boeing 747 KLM dan Pan American pada Maret 1977, tercatat sebagai kecelakaan pesawat terburuk dalam sejarah penerbangan. Kecelakaan ini, menelan korban tewas 583 penumpang. Tapi ajaibnya, masih ada beberapa orang yang selamat dalam insiden mengerikan ini.

Meski pesawat yang kita tumpangi pesawat canggih, krunya profesional dan ahli dan sudah melalui proses pemeriksaan sebelum terbang. Apapun bisa terjadi di setiap detik penerbangan. Mulai dari pesawat lepas landas sampai mendarat. Jika kecelakaan masih terjadi, maka takdirlah yang bicara.

Meski demikian, ada beberapa tips untuk mengantisipasi kemungkinan buruk saat naik pesawat terbang;

1. Kenakan celana panjang, kaos lengan panjang dan sepatu tak bertali.

Pakaian lengan panjang untuk membuat tubuh tetap hangat dan memperkecil kemungkinan tubuh tergores serpihan pesawat. Sepatu bertali tidak disarankan, karena tali sepatu bisa mengait pada serpihan sehingga menyulitkan proses penyelamatan diri.

2. Pesan kursi yang "tepat"

Ketika terjadi kecelakaan, peluang menyelamatkan diri pada saat kejadian impak pertama dan ini sangat tergantung pada dimana posisi kita duduk. Posisi yang menguntungkan adalah dekat pintu darurat dan ada di sepanjang lorong kabin. Berdasarkan penelitian, penumpang yang duduk di kabin bagian belakang memiliki peluang selamat 40 persen dibanding yang duduk di barisan depan.

3. Selalu sempatkan diri membaca brosur panduan keselamatan

Setiap pesawat punya prosedur dan instruksi keselamatan yang berbeda-beda. Jika terjadi situasi darurat, setidaknya kita tahu langkah awal apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan diri.

4. Buat rencana penyelamatan

Maksudnya, saat kita melakukan penerbangan, begitu naik pesawat, pikirkan langkah penyelamatan untuk antisipasi kalau-kalau terjadi kecelakaan. Yang perlu kita pikirkan adalah tahu bagaimana cara keluar dari kursi tempat kita duduk dan memahami jalur menuju pintu darurat. Kita juga harus paham bagaimana caranya meraih selimut atau pelampung.

5. Tetap duduk tegak dengan sabuk pengaman terkunci

Ini posisi teraman dan paling menguntungkan, apalagi jika kita ingin tidur atau tertidur di pesawat. Posisi ini juga menjamin keamanan kita dari tarikan gaya gravitasi yang sewaktu-waktu bisa terjadi di udara.

6. Siap mengamankan badan dan kepala

Ada dua posisi yang dianjurkan, yang tergantung pada jarak kursi kita dengan kursi di depan kita. Jika jaraknya cukup dekat dengan punggung kursi di depan kita, dalam situasi darurat, taruh kedua telapak tangan di punggung kursi di depan kita, dalam posisi menyilang. Pada titik silang tangan kita, senderkan kening.

Jika jarak kursi di depan kita cukup jauh, cukup senderkan kening di hamparan paha kaki. Lalu kalungkan lengan di sekitar betis. Untuk lebih aman, letakkan bantal di antara kening dan paha yang menjadi sandaran.

7. Tetap tenang dan selalu berpikir rasional

Bersikap tidak panik akan membantu kemudahan kita untuk keluar dari pesawat yang mengalami kecelakaan.

8. Kenakan masker oksigen sebelum menolong penumpang yang lain

Hanya ada waktu 15 detik untuk bersiap diri jika terjadi dekompresi. Jika terlambat mengenakan masker oksigen, kita akan pingsan. Makanya, jangan bosan mendengar petunjuk yang selalu diberikan awak kabin sebelum terbang.

9. Hindari asap

Ketahuilah bahwa hampir semua asap di pesawat adalah beracun, setipis apapun. Jika terjadi kebakaran, tutup hidung dengan kain yang sudah dilembabkan (dibasahi) untuk pengamanan ekstra.

10. Segera menjauh dari pesawat

Menurut pengalaman, jika ingin aman, penumpang hanya punya waktu kurang dari dua menit untuk keluar dari pesawat. Ikutilah instruksi evakuasi dari awak kabin. Jangan berusaha membawa barang-barang saat proses evakuasi. Sebelum keluar pesawat, lihat ke luar jendela, tempat mana yang aman setelah berhasil  keluar dari badan pesawat. Begitu sampai di luar, segera menjauh dari pesawat, tidak ke arah depan atau ke arah belakang pesawat.

11. Amankan diri kita sekitar 150 meter dari badan pesawat

Jika pesawat jatuh di tempat terpencil, jangan beranjak terlalu jauh dari pesawat. Karena tim penyelamat yang datang, akan terlebih dulu menyisir lokasi sekitar pesawat. Tapi jangan juga terlalu dekat pesawat, karena kemungkinan terjadi ledakan.

Kalau pesawatnya jatuh ke air, sebisa mungkin berenang menjauhi badan pesawat. Karena pesawat pelan-pelan akan tenggelam dan biasanya akan membuat pusaran air yang akan menarik benda-benda di sekitarnya.

Nah, semoga tips ini bermanfaat. Jangan lupa selalu berdoa pada Allah Swt memohon keselamatan dan kelancaran dalam setiap perjalanan kita.

(sumber: Edisi Khusus Majalah Angkasa)

Monday, September 17, 2012

Noel Botham Menjawab Teka-Teki Kematian the "England Rose"



Noel Botham, penulis buku "The Murder of Princess Diana" mengungkapkan, militer AS terlibat dalam kematian Putri Diana dalam kecelakaan di Paris pada tahun 1997.


Menurut Botham, latar belakang pembunuhan Diana tidak lain karena kampanye antiranjau yang dilakukan oleh Diana. Saat berkunjung ke AS tahun 1997, kata Botham, Diana berhasil membujuk mantan presiden AS Bill Clinton untuk mendukung kampanye global antiranjau dalam Konferensi Oslo yang akan digelar pada tanggal 19 September tahun itu juga.

"Militer AS tidak senang dengan kampanye yang dilakukan Diana, dan pihak militer tahu betul bahwa Clinton tidak akan mengubah dukungannya sepanjang Diana masih hidup," kata Botham.

"Ada tekanan yang sangat besar dari pihak militer di AS untuk meminta Clinton menghentikan kesepakatan internasional antiranjau dan agar Clinton menarik dukungannya. Terajdi lobi yang hebat di Gedung Putih. Dan tentu saja, 19 hari setelah kematian Diana, Bill Clinton berangkat ke Oslo dan berbalik menentang kesepakatan antiranjau itu," sambung Botham.

Ia juga mengungkapkan, kurang dari setahun setelah kematian Diana dalam kecelakaan di Prancis, media massa di dunia berusaha mendesak CIA, FBI dan Departemen Keamanan Nasional AS agar merilis arsip mereka tentang kematian Diana. Sampai sekarang, akses terhadap arsip-arsip itu tidak pernah diberikan.

"Mereka (CIA, FBI dan Departemen Keamanan Nasional) semuanya memberikan satu jawaban, bahwa mereka akan menyimpan halaman-halaman tertentu dari 145 halaman (laporan kematian Diana) yang dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya yang serius terhadap keamanan dalam negeri AS," ujar Botham.

Pada saat yang hampir bersamaan, film berjudul "Unlawful Killing" yang diputar di Festival Film Cannes di Prancis, belum lama ini juga menjadi kontroversi. Film yang mengangkat kisah kematian Diana, Dodi Fayed dan sopir mereka Henri Paul, menurut sutradaranya, Keith Allan, adalah film yang "menyelidiki hasil penyelidikan kematian Putri Diana."

Film itu menengarai ada konspirasi dibalik kematian "England Rose" itu dalam kecelakaan mobil pada 31 agustus 1997.  Di Inggris Raya, film itu dilarang diputar dengan alasan "keamanan nasional."


posting multiply, 27 Mei 2011

sumber: Press TV

... bukan sekedar jalan-jalan ...



"Hakikat sebuah perjalanan bukanlah sekedar menikmati keindahan dari satu tempat ke tempat lain. Bukan sekedar mengagumi dan menemukan tempat-tempat unik di suatu daerah dengan biaya semurah-murahnya. Makna sebuah perjalanan harus lebih besar daripada itu. Sebuah perjalanan harus bisa membawa pelakunya naik ke derajat yang lebih tinggi, memperluas wawasan, sekaligus memperdalam keimanan. Sebagaimana yang dicontohkan oleh perjalanan hijrah Nabi Muhammad Saw. dari Mekkah ke Madinah,"  (dari buku: 99 Cahaya di Langit Eropa)

Sudahkah Kita Cerdas Berbahasa?


 

Masih ingat dengan Pak Anton M. Moeliono? Setelah berpuluh-puluh tahun baru hari itu saya berkesempatan melihat sosoknya secara langsung. Padahal sejak SD sampai SMP,  saya sudah menjadi penggemar acaranya "Pembinaan Bahasa Indonesia" yang ditayangkan TVRI, satu-satunya stasiun televisi di Indonesia kala itu.

Hari itu beliau menjadi salah satu pembicara diskusi bahasa Indonesia di Lantai 19, Gedung LKBN Antara. Meski rambutnya sudah memutih dan jalannya sudah dibantu dengan tongkat,  Pak Anton dengan suaranya yang khas, masih semangat
membahas masalah-masalah bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia yang bermasalah.

Banyak hal menarik yang dipaparkannya tentang kondisi
masyarakat Indonesia saat ini terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia. Ia mengatakan, budaya tulis dan baca masyarakat Indonesia yang relatif rendah menyebabkan kemampuan berbahasa masyarakat kita juga rendah, baik dalam ragam bahasa tulis maupun bahasa lisan, bahasa formal yang resmi dan bahasa sehari-hari. Padahal, kata Pak Anton, sejarah umat manusia membuktikan bahwa perkembangan kecerdasan sebuah bangsa berhubungan erat dengan perkembangan bahasanya.

Ia mencontohkan Bahasa Arab yang pada zaman Dinasti Abbasiyah menjadi bahasa yang mendunia karena pada masa itu
lahir tokoh-tokoh ilmuwan Arab Muslim di bidang filsafat, kedokteran, kimia, aljabar, botani dan cabang keilmuan lainnya. Selanjutnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang berkembang di negara-negara berbahasa Inggris, menjadikan bahasa itu menjadi bahasa dunia. Sedangkan bahasa Indonesia, jangankan menjadi bahasa dunia, sebagai bahasa nasional saja bahasa Indonesia seolah "hidup segan mati tak mau". 

Sebagian masyarakat kita belum sepenuhnya menyadari pentingnya menggunakan apalagi melestarikan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Arus budaya asing dan perkembangan teknologi tanpa sadar
menggerus penggunaan bahasa Indonesia di tengah masyarakat. Contohnya, dalam bahasa sehari-hari, kita lebih sering menggunakan kata "meeting" untuk rapat,  "thank" untuk terima kasih, upload untuk mengunggah, download untuk mengunduh, hape untuk ponsel, atau media massa, masih banyak yang lebih senang menggunakan istilah asing seperti "reshuffle",  "bail-out" dan sejenisnya. Di televisi, kita masih sering mendengar kata "headline news" atau "break" sebagai pengganti kata jeda iklan atau yang lebih ekstrim, kita sering mendengar anak-anak muda sekarang  menggunakan kata "lebay", "jablai" (yang oleh teman saya diplesetkan jadi jilbab melambai), alay, dan bahasa gaul lainnya.
Kata-kata itu kadang bercampur baur dalam kalimat. Sehingga muncul sindiran, orang Indonesia berbahasa Indonesia sama buruknya dengan ketika mereka menggunakan bahasa Inggris. Identitas pun seolah jadi tak jelas, bahasa Indonesia bukan,
bahasa Inggris pun bukan.

Kebingungan masyarakat (dan juga media massa?) juga terjadi dalam penggunaan nama-nama geografi. Misalnya, Ciledug atau Cileduk, Nagrek atau Nagreg, Yogya atau Jogja? Kita mungkin
lebih sering menyebut Jogja daripada Yogya, padahal yang benar adalah Yogya dari kata Yogyakarta. Kata Yogya diganti dengan Jogja pada tahun 2001 oleh pemerintah daerah setempat setelah menyewa jasa konsultan pemasaran. Kata Jogja dianggap lebih "menjual" untuk keperluan pariwisata, tapi sejauh mana perubahan nama itu berpengaruh pada peningkatan kunjungan wisata ke Jogja? Tentu masih banyak faktor lain yang berperan dan bukan hanya sekedar perubahan nama.

Yang jadi persoalan, mengapa sebuah pemerintahan daerah bisa
dengan gampangnya mengubah sebuah nama geografi, padahal Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 menyebutkan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nama geografi di Indonesia dan ayat b pasal tersebut mengatakan, bahwa untuk nama geografi hanya ada satu nama resmi.

Media Massa dan Dilema Berbahasa



Penggunaan dan penguasaan bahasa Indonesia yang masih buruk di tengah masyarakat, kata Anton M. Moeliono tidak lepas dari kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini dimana kelompok "masyarakat kritis" jumlahnya masih jauh lebih besar. Mereka adalah kelompok masyarakat yang latar belakang pendidikannya SMA ke bawah. Pakar bahasa Indonesia mengungkapkan, angkatan kerja di Indonesia 65 persen tamatan SD atau kurang, 20 persen tamatan sekolah lanjutan atau kurang, cuma 10 persen yang  lulusan perguruan tinggidan masih ada kalangan masyarakat yang buta huruf (niraksarawan) sekitar 5 persen atau 11,5 juta orang.


Media massa, lanjut Anton, salah satu fungsinya adalah mencerdaskan masyarakat. Itulah sebabnya, media massa semestinya menjalankan fungsi itu dan dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa Indonesia, media massa harus menjadi teladan dan anutan masyarakat dalam penerapan norma dan kaidah berbahasa Indonesia.

Kita mungkin sering melihat media-media massa menggunakan bahasa-bahasa yang sebenarnya tidak baku dengan alasan agar komunikatif (baca:mudah dimengerti segmen pembacanya), entah itu bahasa gaul atau bahasa asing.

"Jangan dengan alasan agar lebih komunikatif, media jadi meninggalkan bahasa yang cendikia. Apalah artinya menjadi komunikatif jika membiarkan masyarakat tetap bodoh dalam berbahasa," tukas Anton.

Di sisi lain, dunia modern memicu munculnya kata-kata baru (terutama istilah-istilah asing) yang masih sulit dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia.  Kalaupun ada, padanannya terdengar sangat asing dan "aneh" untuk digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Contohnya, kata "email", yang sudah ada padanan katanya "surat elektronik" atau "surel", tapi tokh kebanyakan kita cenderung menggunakan kata "email", atau kata "online" yang padanan katanya "dalam jaringan" atau "daring".

Menanggapi masalah ini, Anton mengatakan bahwa masyarakat jangan terlalu bergantung pada Pusat Bahasa untuk mencari padanan-padanan kata-kata baru, karena masyarakat juga bisa berperan untuk menemukan padanan-padanan tersebut. Tentu saja sebuah masyarakat yang cerdas akan kreatif menemukan padanan-padanan kata yang "bagus"  sesuai kaidah bahasa Indonesia dan bukan cuma "kreatif" sebatas menemukan kata-kata seperti "lebai", "alay", "jablai, "semok",  karena Bahasa Menunjukkan Bangsa. Siapa lagi yang akan melestarikan bahasa Indonesia--yang diamanatkan oleh para pejuang kemerdekaan--kalau bukan kita, yang mengaku orang Indonesia.


*** Sebuah catatan dari diskusi "Bahasa Jurnalistik: Mendorong Media Massa Memahami Bahasa Indonesia Lebih Baik", LKBN Antara dan Forum Bahasa Media Massa", Kamis (29 Juli 2010).

Setelah Boikot, Lalu Apa?

*prolog

Dunia Islam saat ini kembali bergolak dengan aksi protes atas film "Innocent of Muslim" yang isinya melecehkan Rasulullah Saw. Film yang dibuat oleh sutradara amatir asal AS itu kembali menyulut amarah umat Islam di berbagai negara, sama seperti saat peristiwa kartun Nabi Muhammad yang dimuat sebuah surat kabar Denmark. Sayangnya, aksi protes atas penghinaan terhadap Rasulullah itu dilakukan dengan cara anarkis, merusak poperti milik rakyat sendiri. benarkah cara seperti itu untuk menunjukkan rasa cinta kita pada Rasulullah Muhammad Saw.  Tulisan ini diunggah pada 20 Mei 2010, ketika terjadi peristiwa yang nyaris sama.  Ulama besar Yusuf Al-Qaradawi memberikan pengarahan bagaimana "aksi protes" itu seharusnya dilakukan, elegan dan intelek.

-----

Setelah Boikot, Lalu Apa?


 

Sebagian dari kita, hari ini mungkin sedang "puasa"  membuka Facebook sebagai bentuk solidaritas atas seruan "Boikot Facebook" setelah situs jejaring sosial itu memuat halaman group "Everybody Draw Mohammed Day" (selanjutnya disingkat EDMD) yang berisi ajakan bagi siapa saja pengguna Facebook di seluruh dunia untuk membuat gambar karikatur Nabi Muhammad Saw.
Sejauh ini, baru negara Pakistan yang secara resmi mengeluarkan instruksi agar perusahaan yang menyediakan jasa internet di negara itu menutup akses ke Facebook sebagai bentuk protes. Indonesia, menurut situs Gatra.com, lewat Departemen Komunikasi dan Informatika akan melayangkan surat keberatan resmi ke markas besar Facebook di AS, terkait halaman "EDMD". Sementara sebagian masyarakat pengguna Facebook, khususnya yang muslim,  dengan sukarela melakukan boikot satu terhadap situs jejaring sosial Facebook.

Tapi tak banyak yang tahu latar belakang munculnya halaman "EDMD" di Facebook yang menuai boikot itu. Akun itu dibuat oleh seorang kartunis perempuan asal  Seattle, AS bernama Molly Morris. Morris mempublikasikan lomba membuat karikatur Rasulullah itu sebagai ungkapan kekesalannya atas sensor yang dilakukan pengelola jaringan televisi Comedy Central terhadap episode ke-21 film "South Park" , film animasi bergenre situasi komedi (sitkom).

 

Comedy Central menyensor bagian di episode yang memvisualisasikan sosok Nabi Muhammad dalam bentuk gambar yang dibuat oleh dua kartunis AS, Trey Parker dan Matt Stone. Pihak Comedy Central mengklaim mendapat ancaman dari kelompok-kelompok Islamis karena menampilkan gambar Nabi Muhammad dalam film animasi itu, bahkan kedua kartunisnya mendapat ancaman akan dibunuh.

Morris menilai kelompok-kelompok Islam itu telah membatasi kebebasan berkespresi dengan cara mengancam orang lain yang dianggap telah  menyinggung mereka dan Islam. Terlintaslah ide konyol itu, Morris mempublikasikan halaman "EDMD" yang mengajak siapa saja untuk membuat kartun Nabi Muhammad di Facebook,  pada tanggal 10 April 2010 dan berakhir hari ini, Kamis, 20 Mei 2010.

Itulah latar belakang "Boikot Facebook" hari ini, meski pro dan kontra di kalangan muslim sendiri bermunculan atas seruan aksi boikot itu.  Saya pribadi menghormati keputusan masing-masing orang. Di satu sisi, boikot memang penting, meski saya sendiri tidak tahu akan sejauh apa dampak "kapok" bagi para pelaku pelecehan Nabi atau buat Facebook sendiri, mengingat penghinaan-penghinaan terhadap Rasulullah Saw. sudah sering terjadi dan pelakunya tetap melenggang bebas, tanpa ada sanksi yang menimbulkan efek jera.

Tapi ada baiknya juga kita mengingat pernyataan Yusuf Al-Qaradawi, ulama bertaraf internasional yang cukup disegani dunia Barat dan ketua Persatuan Cendikiawan Muslim Internasional, ketika kartun-kartun Rasulullah yang pernah diterbitkan koran Dennmark dipublikasikan kembali dan menuai kemarahan umat Islam di dunia. Dalam sebuah acara di stasiun televisi Al-Jazeera, beliau mengatakan,  "Orang-orang itu sedang memprovokasi kita supaya terjadi protes di mana-mana. Umat Islam berhak untuk marah, tapi kami menyerukan agar umat Islam bertindak rasional, bijak dan tetap tenang."

"Kita harus bekerja sama dengan seluruh umat untuk menyeret mereka yang telah menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad Saw ke pengadilan dan kita harus bekerja keras untuk mendesak dikeluarkannya undang-undang yang melarang tindakan pelecehan semacam itu, " tukas Syaikh al-Qaradawi yang ketika itu mendukung boikot produk Denmark sebagai bentuk protes atas penerbitan kartun itu.

Ironisnya, sampai saat ini, upaya kaum Muslimin agar dibuat hukum internasional yang melarang tindakan pelecehan terhadap agama dan simbol-simbol agama, selalu gagal karena dijegal oleh negara-negara Barat, AS dan Eropa yang selama ini mengklaim sebagai negara-negara maju yang demokratis dan menghormati kebebasan beragama. Termasuk di Indonesia, masih ada kelompok yang berusaha untuk mencabut undang-undang penodaan terhadap agama.

Saya meyakini, mereka yang ikut aksi boikot hari ini, bukan sekedar tersinggung tapi juga karena wujud kecintaan dan penghormatan terhadap manusia paling mulia, Rasulullah Muhammad Saw.  Bisa jadi, muncunya ide konyol "EDMD" adalah peringatan buat kita semua, yang mengaku muslim tapi sudah banyak meninggalkan dan melupakan ajaran-ajaran yang diturunkan Rasulullah Saw. Sebab itu, ada esensi yang paling penting dari sekedar boikot yang cuma satu hari ini. Yaitu mengingat kembali akhlak mulia beliau Saw, menghayati ajaran-ajaranya dan meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.

Selama ini, kita mengenal sosok Rasulullah dari kisah-kisah seputar dirinya, sebagai sosok manusia istimewa, pemimpin umat, suami, ayah, kakek, bahkan pengusaha yang sungguh berakhlak mulia. Tetapi, sudahkah kita berusaha mengamalkan dan mencontoh sikap-sikapnya yang sangat terpuji, sehingga kita tidak malu hati untuk mengatakan bahwa kita memang mencintai Rasulullah Saw itulah sebabnya kita marah jika ada orang yang menghina beliau.

Seburuk apapun orang menghina Rasulullah Saw, citra Rasulullah Saw.  tidak akan hancur, karena kemuliaannya sudah terbukti dan tertulis dalam tinta emas sejarah Islam dan kitab suci Al-Quran yang akan tetap terjaga sampai akhir zaman.

"Sesungguhnya pada Rasulullah terdapat suri teladan yang baik bagimu, bagi orang-orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan hari akhirnya, serta mengingat Allah sebanyak-banyaknya." (al-Ahzab: 21)