Thursday, April 4, 2013

I Love Rain, I Love You

dari sekian banyak drama korea, sepertinya Love Rain yang paling berkesan di hati saya
dan lagu temanya ... membuat saya selalu merindukan hujan ....




 

 Jang Geun-Suk - 사랑비  (Sarangbi/Love Rain)

비오는 저녁 그녀 모습 보았죠
Bi-o-neun jeo-nyeok geu-nyeo mo-seub bo-att-jyo

오래전 부터 보고 싶던 그녀를
O-rae-jeon bu-teo bo-go ship-deon geu-nyeo-reul

우산이 없는 그녀에게 말했죠
U-san-i eobs-neun geu-nyeo-e-ge mal-haett-jyo

우산속으로 그대 들어오세요~
Nae u-san-sok-eu-ro geu-dae deul-eo-o-se-yo

살랑살랑살랑 들려오는 빗소리
Sal-lang sal-lang sal-lang deul-ryeo-o-neun bit-so-ri

두근 두근두근두근 떨려오는 내가슴
Du-geun du-geun-du-geun-du-geun ddeol-ryeo-o-neun nae-ga-seum

살랑살랑살랑 두근두근두근
Sal-lang sal-lang sal-lang du-geun-du-geun-du-geun

우산소리 빗소리 내가슴 소리
U-san-so-ri bit-so-ri nae-ga-seum so-ri

사랑비가 내려오네요
Sa-rang-bi-ga nae-ryeo-o-ne-yo

비오는 거리 우린 둘이 걸었죠
Bi-o-neun geo-ri u-rin dul-i geol-eott-jyo

조그만 우산 어깨는 젖었죠.
Jo-geu-man u-san nae eo-ggae-neun jeoj-eott-jyo

그녀는 내게 수줍은 말했죠
Geu-nyeo-neun nae-ge su-jum-eun deut mal-haett-jyo

조금더 가까이 그대 들어오세요
Jo-geum-deo ga-gga-i geu-dae deul-eo-o-se-yo

살랑살랑살랑 부딪치는 어깨에
Sal-lang sal-lang sal-lang bu-dit-chi-neun eo-ggae-e

두근 두근두근두근 떨려오는 내가슴
Du-geun du-geun-du-geun-du-geun ddeol-ryeo-o-neun nae-ga-seum

살랑살랑살랑 두근두근두근
Sal-lang sal-lang sal-lang du-geun-du-geun-du-geun

우산속의 두어깨 수줍은 어깨
U-san-sok-eui du-eo-ggae su-jum-eun eo-ggae

사랑비가 내려오네요
Sa-rang-bi-ga nae-ryeo-o-ne-yo

사랑에 빠졌네
Nan sa-rang-e bba-jyeott-ne

살랑살랑살랑 들려오는 빗소리
Sal-lang sal-lang sal-lang deul-ryeo-o-neun bit-so-ri

두근 두근두근두근 떨려오는 내가슴
Du-geun du-geun-du-geun-du-geun ddeol-ryeo-o-neun nae-ga-seum

살랑살랑살랑 두근두근두근
Sal-lang sal-lang sal-lang du-geun-du-geun-du-geun

우산소리.. 빗소리.. 내가슴 소리
U-san-so-ri bit-so-ri nae-ga-seum so-ri

사랑비가 내려오네요
Sa-rang-bi-ga nae-ryeo-o-ne-yo

I love rain I love you











Translation

On a rainy evening, I saw her
I saw her, whom I’ve been waiting for since long ago
I told her, who was without an umbrella
Come under my umbrella
Drizzle drizzle, the sound of the rain
Rub dub rub dub, my trembling heart
Drizzle drizzle, rub dub rub dub
The sound on the umbrella, the sound of the rain, the sound of my heart
Love rain is falling
The two of us walked the rainy streets
Under the small umbrella, my shoulder got wet
She shyly told me
Come a little bit closer
Softly, our shoulders touch
Rub dub rub dub, my trembling heart
Softly softly, rub dub rub dub
The two shoulders underneath the umbrella, the shy shoulders
Love rain is falling
I have fallen in love
Drizzle drizzle, the sound of the rain
Rub dub rub dub, my trembling heart
Drizzle drizzle, rub dub rub dub
The sound on the umbrella, the sound of the rain, the sound of my heart
Love rain is falling
I love rain I love you

Monday, April 1, 2013

Nge-Trip Unik ke Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB)





Foto di atas diambil dari jendela kamar nya Mbak Dina Y Sulaeman di tempat menginap di Tehran,  dalam kunjungan pada pertengahan tahun 2012 lalu. Awalnya, saya cuma asal motret aja, enggak tahu itu gedung apa.  Ternyata ini adalah bagian dari kompleks  kantor IRIB (Islamic Republic of Iran Broadcasting). Mbak Dina yang pernah bekerja di IRIB, juga baru sadar belakangan :)


Setelah sempet hopeless gak bisa ikut kunjungan ke IRIB (karena waktu itu yang boleh berkunjung dibatasi hanya dua orang). Seperti pucuk dicinta ulam tiba, ketika akhirnya kesempatan itu datang di hari terakhir saya berada di Iran.  Dan demi bisa melihat IRIB, saya rela melepas kesempatan berkunjung ke Mashad, salah satu kota utama di Iran.


Memang apa menariknya IRIB?  Buat saya yang pernah bergelut di dunia broadcasting (radio), berkunjung ke kantor penyiaran negara lain menjadi hal yang menarik.  Melihat cara kerja mereka, peralatan, dan saling bertukar cerita tentang kebijakan penyiaran di negara yang bersangkutan, adalah tambahan wawasan buat saya.  Dan benar saja, berkunjung ke IRIB menjadi pengalaman berharga sekaligus rada unik :)
  

Dilihat dari pembatasan pengunjung yang cuma boleh dua orang (padahal delegasi dari Indonesia waktu itu lebih dari 10 orang)  rasanya sudah mengindikasikan bahwa IRIB adalah salah satu tempat yang tidak bisa dikunjungi sembarang orang. Dari luar aja, kantor IRIB terkesan eksklusif dan sangat tertutup, dikelilingi oleh tembok tinggi.


Siang itu, selepas dzuhur,  Mas Purkon Hidayat yang bekerja di IRIB siaran Bahasa Indonesia menjemput saya dan ibu Sirikit Syah. Kami jalan kaki menuju IRIB, karena letaknya bersebelahan dengan hotel tempat kami menginap.  Di sepanjang jalan, Mas Purkon banyak cerita tentang Iran dan masyarakatnya, termasuk tentang IRIB.


Begitu masuk ke halamannya, saya sudah terperangah karena  IRIB ternyata sebuah kompleks perkantoran yang luasssss banget.  Enggak berlebihan  kali ya kalau saya bilang mirip kompleks kampus UI Depok.  Di dalam kompleks IRIB, terdapat lebih dari 20 kantor media radio dan televisi  (termasuk media online) yang jaringan siarannya sampai ke pelosok dunia.  Saya membandingkannya dengan kantor RRI dan TVRI di Indonesia, yang cuma satu gedung  bertingkat dan berada di kawasan terpisah. 


Di pintu masuk pun pemeriksaan sangat ketat.  Pengalaman saya bekerja di RRI, masuk halaman kantor RRI, seorang tamu bisa cuma  hanya dengan menganggukkan kepala saja sama satpamnya, tanpa pemeriksaan teliti atau meninggalkan tanda pengenal.  Tapi di IRIB, mengisi semacam form kunjungan dan harus meninggalkan tanda pengenal.  Setelah itu, melewati pintu pemeriksaan lapis kedua,  dengan peralatan pemeriksaan kalau kita mau masuk bandara.   Di sini Mas Purkon sempet kesel dengan penjaganya (perempuan) yang mengharuskan kami, saya dan Ibu Sirikit memakai abaya khas Iran jika mau masuk ke dalam.  


Saking keselnya, Mas Purkon sampai berkomentar , “Menghadapi orang-orang Iran mesti berani keras juga. Kalau mereka ngotot, kita juga mesti ngoto, kalau enggak kita bisa ditindas terus.”   Saya cuma senyum mendengar komentar Mas Purkon, mengingat beberapa hari sebelumnya saya juga sempet dibuat syok dengan gaya orang Iran.  Orang yang sudah lama tinggal di Iran saja, bisa ngomong seperti itu. Apalagi saya yang baru pertama berkunjung dan berinteraksi dengan beberapa orang Iran. Gimana gak syok …:)


Tapi akhirnya kami dibolehkan masuk juga.  Oh ya, di lingkungan kantor  IRIB ini, dilarang memotret. 

Kantor IRIB siaran Indonesia letaknya agak jauh dari gerbang utama, dan kami bertiga harus jalan kaki di tengah puncak musim panas di Iran.  Duh, seandainya disediakan sepeda kayak di kampus UI Depok :)

Kami tiba di sebuah gedung, dan langsung masuk lift yang cuma pas untuk 3-4 orang menuju kantor siaran bahasa Indonesia.  Tipikal kantor media,  jalan berlorong sempirt dan ruangan yang bersekat-sekat. Lagi-lagi saya teringat gedung RRI, serupa tapi tak sama :)  Ruang kantor siaran bahasa Indonesia  ukurannya juga tidak terlalu luas. Di dalamnya ada beberapa meja kerja dan seperangkat sofa tamu.  Setelah beramah tamah sebentar dengan beberapa pegawai di ruangan,  kami diajak ke ruang studio rekaman karena Ibu Sirikit akan diwawancarai.


Masuk ke studio rekaman, ah, saya lagi-lagi terkenang dengan studio rekaman dan siaran di RRI dulu. Enggak jauh beda, termasuk peralatan yang digunakan.  Studio terbagi dua, satu ruang untuk wawancara, satu ruang lagi tempat operator yang mengendalikan peralatan rekaman.  Yang bekerja sebagai operator hari itu, dua perempuan muda Iran.  Saya duduk di belakang dua perempuan muda yang menyambi pekerjaannya sambil ngobrol.  Tapi tetap tahu, ketika ada bagian yang  harus diulang :)


Sekira 30 menit, rekaman selesai.  Kami mengakhiri kunjungan dengan makan di resto fastfood ala Iran ,model KFC  gitu.  Rasanya, gak beda jauh dengan produk KFC atau McDonald ( jangan harap menemukan dua resto AS ini di Iran yah …:) ) malah lebih enak.


Menurut Mas Purkon, selain memiliki kantor berita resmi pemerintah IRNA, di Iran juga ada IRIB yang berada di bawah tanggung jawab Rahbar. IRIB dalam kebijakan pemberitaannya  boleh mengkritik pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Jadi seperti  pemantau kinerja pemerintah.


Beruntung deh, bisa ke berkunjung ke IRIB.  Meski saya rada bingung dengan cara Iran menempatkan kantor media dalam satu lingkungan seperti IRIB.  Sebagai negara yang sekarang jadi incaran Barat (AS dan sekutunya),  Iran kerap diancam untuk diserang secara militer. Kepikiran ajah, kantor media ini akan jadi sasaran serangan, dan akan gampang bagi musuh Iran untuk melumpuhkan kantor siaran medianya yang sangat strategis.  []