Sebenarnya agak ragu menuliskan cerita ini, takut dibilang ngomongin kejelekan orang. Tapi pengalaman di angkot sore kemarin memang rada "luar biasa" sekaligus bikin jengah para penumpang, bahkan seorang bapak sampai turun sebelum sampai di tujuannya saking jengkelnya. "Norak ! sebel saya dengernya ...," umpat si bapak sambil turun dari angkot. Betul-betul "kejadian langka" ...
Rabu sore kemarin, pulang kerja, seperti biasanya dari depan Terminal Bis Kampung Rambutan, saya naik angkot 19 warna merah jurusan Depok. Di dalam angkot sudah ada empat penumpang. Di hadapan saya ada seorang ibu dengan anaknya dan seorang lelaki muda yang duduk di pojok belakang. Di deretan saya, duduk seorang bapak setengab baya dan dipojok sekilas saya lihat seorang perempuan muda berperawakan kecil. Perempuan di pojok inilah yang jadi sumber kesebelan seluruh penumpang.
Ketika saya naik, perempuan berambut tipis sebahu sedang menelpon dengan suara yang lumayan keras. Meski enggak mau nguping, tapi gaya nelpon dan suaranya yang atraktif, ini kuping jadi denger jugalah. Sepertinya perempuan itu memang sengaja supaya orang mendengarkan isi pembicaraannya yang (ini yang bikin penumpang lain "eneg") setinggi langit ... jadi terkesan sok pamer dan rada kampungan ...
Suara si perempuan ini mendominasi suara dalam angkot, karena semua penumpang diam, seolah menyimak omongannya. Dari yang saya dengar ... perempuan itu sepertinya sedang ngomongin pacarnya yang sangata amat baik hati. Dia bilang pacarnya ngasik cek-lah (padahal sudah putus), ngasih uang banyaklah, nyuruh dia kuliah lagi lah, mau beliin dia mobil lah, terus pacarnya itu katanya masih cinta sama dialah karena pake cincin emas putih yang ada ukiran namanyalah, terus dia bilang juga bingung sama nomer hpnya saking punya hp banyak, dan masih banyak omongan lainnya yang menyek-menyek
Yang ajaibnya lagi, perempuan itu ngomongnya maraton, gak ada jedanya, gak seperti orang yang berdialog saat bertelepon, alias kayak ngomong sendiri dan itu berlangsung sejak saya naik angkot dari Kampung Rambutan sampai saya turun di depan kampus IISIP, perempuan itu masih ngoceh di telepon, berarti sudah sekitar 45 menit dia ngomoongg tanpa henti ... Innalillahi... kagak pegel tuh bibir
Begitu turun, saya betul-betul bersyukur dan bisa bernapas lega (karena enggak sampe beneran muntah