Pernahkah teman-teman mengalami, apa yang kita lakukan di masa kecil, ternyata menjadi kenyataan ketika kita dewasa.
Sabtu (17/4), saya menyempatkan diri datang ke sekolah Faishal, keponakan saya yang baru duduk di kelas satu SD. Hari itu, sekolahnya menggelar pameran seni hasil karya para siswa dan bazar yang juga digelar para siswa. Mereka berjualan aneka barang yang lucu-lucu, hasil karya mereka sendiri atau barang-barang kecil lainnya yang mereka beli lalu mereka jual kembali, mulai dari kerajinan tangan dari lilin, dari kulit jeruk bali dan sayur-sayuran, origami, gambar tempel, kelereng dan souvenir khas anak-anak SD.
Sementara hasil karya yang dipamerkan juga macam-macam, ada hasil karya menggambar, melukis, mewarnai, hasil prakarya, dll. Seneng banget melihat melihat aktivitas dan buatan tangan anak-anak SD itu. Saya sempat senyum-senyum membaca hasil karya mengarang anak kelas satu SD, kelasnya Faish, bahasanya sederhana, lugu, khas anak-anak. Tapi yang membuat saya takjub, ketika saya melihat-lihat hasil karya anak kelas enam. Di meja karya yang dijual, saya melihat sebuah lembaran-lembaran kertas bergambar fotokopian yang dibendel cuma dengan menggunakan steples. Setelah saya amati, lembaran kertas itu ternyata buku cerita berbentuk komik yang dibuat siswa dan dijual.
Saya sempatkan membuka-buka lembarannya. Di halaman pertama, penulisnya menampilkan susunan tokoh dalam ceritanya diserta keterangan siapa tokoh bersangkutan, baru di halaman kedua terlihat deretan kota bergambar disertai dialognya, seperti layaknya komik. meski sangat sederhana. Kalau saya lihat, semuanya digambar dan ditulis dengan tangan. Wah, wah, keren euy, anak SD sudah terinspirasi bikin komik. Sayang, saya gak bawa kamera, jadi gak bisa motret komik dan kegiatan anak-anak SD itu.
Melihat komik itu, saya jadi teringat saat masih SD dulu, sama-sama kelas enam. Waktu itu, ceritanya lagi gandrung dengan profesi wartawan sampai sempet berangan-angan nanti pengen jadi wartawan saja. Kebetulan waktu SD banyak akses bacaan, sehingga membuat saya berpikir betapa enaknya jadi wartawan, ketemu orang-orang terkenal dan bisa jalan-jalan kemana-mana. Tak terlintas sedikitpun beban berat pekerjaan dan tanggung jawab seorang wartawan (namanya juga masih anak SD ).
Saking suka mengkhayal jadi wartawan, saya membuat koran-koranan dengan menggunakan kertas folio. Di koran -koranan itu saya menulis semua isinya, ada cerita, puisi, gambar, ilmu pengetahuan (yang sumbernya dari majalah anak-anak), sampai surat pembaca. Saya cuma membuat satu koran-koranan saja yang terdiri dari dua lembar kertas folio, saya tunjukkan ke teman sebangku saya dan ternyata dia suka bacanya. Jadilah koran-koranan itu dibaca seluruh kelas.
Tak disangka, kira-kira 11 tahun kemudian, saya memang jadi wartawan beneran, meski cuma seorang reporter radio, setelah berganti-ganti cita-cita, mulai dari kepengen jadi pramugari, guru, arkeolog sampai pengen jadi kriminolog. Meski akhirnya terdampar di akademi bank dan menggeluti bidang pekerjaan yang sama sekali gak ada hubungannya dengan bank. Well, mungkin begitulah jalannya cerita kehidupan. Banyak kejutan, kebetulan dan keberuntungan dengan segala suka dukanya. Terimakasih Allah Swt buat semuanya ... dan sekarang lagi rajin memprovokasi faish supaya seneng nulis
*** foto pinjem dari sini
apa yg kita cita2 kan (niatkan) selalu didengar olehNya. hanya cepat atau lambatnya saja terkabul yang kita tidak tahu.
ReplyDelete3s bro, sangat setuju sekali ... thank for the comment
ReplyDeletehehe..ya betul Lena, jalan kehidupan seringkali penuh kejutan.. saya juga kalau kilas balik masa kecil rada2 heran .. dulu suka main guru2an, lalu pas kuliah ga mau masuk IKIP..eh skrg ujung2nya berkecimpung di bidang guru2an juga..:)
ReplyDeleteyou're welcome mbak. mampir juga ya mbak hehehe
ReplyDeleteyou're welcome, mbak. mampir juga ya mbak hehehe
ReplyDeleteMungkin pada awalnya pekerjaan kita gak nyambung dg apa yg kita cita2kan di waktu kecil, berbelok ke kanan ke kiri, tapi pada akhirnya tujuan kita sampai juga :)
ReplyDeletePengalaman masa kecil memang sangat menyenangkan.
ReplyDeleteDan menumbuhkan semangat, bila mengenangnya...
Makasih ceritanya..
Sering...bahkan aku sering lihat vision diriku sendiri seperti apa...
ReplyDeleteseruu ya mba :)
ReplyDeletenah saya sekolah di jurusan yg bahkan sama sekali ga pernah muncul di pikiran saya....
ReplyDeletejurusan apa mbak ...:)
ReplyDeleteperpajakan.... asal daftar ketrima trus masuk...
ReplyDeletewah siap-siap jadi pegawai pajak ... harus kuat iman ya mbak ...
ReplyDelete