Tuesday, February 2, 2010

Kemusyrikan di TV-TV Kita


Sebuah kutipan hadist yang saya baca pagi ini membuat saya tercenung. Kata hadist itu,  Rasulullah Saw bersabda,"
Siapa yang mendatangi peramal kemudian ia meminta agar diramal tentang sesuatu kepada peramal tersebut, maka Allah tidak akan menerima salatnya selama 40 hari." (HR Muslim)

Setelah membaca hadist itu pikiran saya melambung ke televisi-televisi kita yang banyak sekali menayangkan iklan-iklan yang menawarkan ramalan-ramalan mulai dari soal cari jodoh, rejeki, kariri, memilih jenis pekerjaan atau ingin mengetahui kejadian-kejadian di masa depan, yang sebenarnya semua orang paham bahwa urusan-urusan yang ghaib cuma Allah saja yang paling tahu.

Tapi, siapa yang bisa menjamin di tengah gempuran iklan ramal-meramal orang tidak akan terpengaruh atau tergoda atau cuma sekedar iseng mengetik "reg spasi bla bla bla, kirim ke nomer sekian-sekian" sesuai instruksi si peramal. Belum lagi acara-acara yang menggunakan teknik hipnotis, yang isinya hanya mempermalukan orang dan yang lebih celaka lagi bisa menginspirasi orang untuk menggunakan hipnotis untuk berbuat kriminal.

Kadang saya cuma membatin prihatin dan bertanya dalam hati, apakah televisi-televisi yang menayangkan iklan ramalan-ramalan itu tidak memikirkan dampak buruknya bagi masyarakat? Terlebih lagi, mayoritas masyarakat Indonesia adalah Muslim dan Islam jelas-jelas melarang umatnya percaya pada ramalan karena hal itu termasuk perbuatan syirik yang dosanya tidak diampuni.

Dari teori-teori yang saya baca, media massa itu harus memenuhi tiga fungsi. Fungsi informasi, pendidikan dan hiburan. Dan iklan ramalan sama sekali tidak memenuhi ketiga fungsi itu, malah sebaliknya, merusak akidah umat. Membuat orang lebih mengandalkan ramalan ketimbang bekerja keras atau yang lebih ekstrim lagi menjauhkan orang dari Tuhannya, menjauhkan bangsa ini dari keberkahan, karena telah memberi tempat pada kebohongan-kebohongan.

 Saya tidak tahu, apakah hal semacam ini pernah terlintas di pikiran para pengelola televisi, termasuk tanggung jawabnya kelak di hadapan Tuhan karena sudah menyebarkan kemusyrikan. Kemana pula Komisi Penyiaran Indonesia, mengapa tidak segera menertibkan televisi-televisi yang menayangkan iklan-iklan yang menyesatkan orang itu.

Saya sangat sadar, logika yang digunakan para pengelola televisi pastilah cuma masalah keuntungan, ujung-ujungnya duit. Begitulah kalau media massa sudah menjadi industri. Tanggung jawab terhadap fungsi informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat bagi konsumennya, cuma jadi teori di buku-buku saja. Dan meski jumlahnya lebih banyak, masyarakat kita tetap tak berdaya membendung arus deras kemusyrikan itu.

"Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah." (HR Tarmidzi)

6 comments:

  1. ramalan mungkin masuk ke fungsi hiburan (menghibur bagi para penggemarnya). tapi itu bisa merusak aqidah.

    ReplyDelete
  2. Kayaknya kalau di Indonesia saya lebih baik ngga punya tv mbak Lena..

    ReplyDelete
  3. mbak, aku malah sempet terbesit ya yang melihat tayangan membahas halal atau haram, tentang pemakaian susuk..
    lah kok yang ibu2 yang masangin susuk pada jibaban semua.. bisa jadi di bilang halal tuh, padahal jelas2 haram hiiii...

    ReplyDelete
  4. itulah ru, meski pengetahuan masyarakat muslim kita kan beda-beda ... jadi gampang terjerumus ...

    ReplyDelete
  5. Oh masih ada toh yg iklan "reg" ramalan itu?
    Itu politik uang aja kali ya. Betul kata Didinana UUD...: )

    ReplyDelete