Thursday, October 22, 2009

"Jangan Cari Musuh ..."

Begitu membuka yahoo messenger pagi ini, muncul offline message dari seorang teman, pesan panjang yang menghentak kesadaran saya tentang makna pertemanan dan makna memperjuangkan prinsip dalam hidup. Begini isi pesannya;

"Jangan cari musuh, carilah teman" Sejenak motto ini tampak benar, tapi sebenarnya naif dan tidak berdasar.
Kawan-Lawan adalah sebuah keniscayaan yang akan dengan sendirinya muncul ketika kita memperjuangkan suatu prinsip dalam hidup.

Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rosul, semua orang Quraish menyukai dan menganggap beliau sebagai kawan. Namun sejak beliau memperjuangkan tau
hid, sebagian kaumnya memutuskan menjadi lawan dan sebagian lain menjadi kawan.

Begitulah, ketika tidak ada sesuatupun yang kita perjuangkan dalam hidup, semua orang adalah kawan, tapi hidup itu sendiri menjadi tidak bermakna."


Beberapa saat saya mencerna isi pesan itu. Mungkin tak sepenuhnya benar. Kenyataannya,  kadang kita harus siap
kehilangan teman, dijauhi bahkan ditertawakan dengan sinis ketika kita mencoba mempertahankan-jika terlalu berat disebut memperjuangkan-sebuah prinsip dalam hidup kita.

Pada akhirnya, kita akan melihat siapa sahabat-sahabat terbaik kita. Mereka adalah sahabat seperti yang diamanatkan sah
abat Rasulullah Saw, Ali bin Abi Talib. Beliau mendefiniskan seorang sahabat dengan kalimat pendek yang begitu indah dan dalam maknanya ...

"A friend cannot be considered a friend until he is tested in three occasions: in time of need, behind your back, and after your death." Ali ibn abi Talib (radiAllah anhu)




terimakasih buat semuanya yang telah menjadi dan pernah sahabat terbaikku ... just remember a ship that never sink, it's FriendShip ...


Tuesday, October 20, 2009

At New Office, Not At the Corner Anymore


di kantor baru
di sinilah aku duduk sekarang
enggak di pojokkan lagi
tapi diapit oleh dua meja
tepat di depan anak tangga
lumayan,
sekarang dapet kursi
yang senderannya cukup nyaman
dari posisi duduk
bisa memandang ke luar jendela
yang kelihatan cuma langit biru
dan puncak bangunan toko
Index dan ACE
( bukan promosi loh )
kalau enggak ada Indah (reporter baru)
jadi satu-satunya perempuan
di ruang redaksi
(atau satu-satunya lelaki yah, hehehe)
dari tempat duduk ini
berharap bisa nulis-nulis
coret-coret puisi
untuk sementara
baru bisa nulis status dan notes di facebook
karena AC yang nyala di ruangan baru satu
rada gerah ...
mau bikin kopi juga masih harus minta
air panas ke "kantor" sebelah :)
udah ah ... gak penting banget ni tulisan
siap-siap pulang jam 5
go racing with angkot di jalan tol
bismillah ...
semoga selamat sampai rumah ...

Sunday, October 11, 2009

Qory Oh Qory, Jilbab itu Remeh Yah ...


Jumat malam saya menyaksikan tayangan pemilihan Puteri Indonesia 2009 di sebuah televisi swasta. Well, sekedar menghilang ke-bete-an karena tidak ada acara tv yang menarik malam itu. Acara pemilihan itu pun sebenarnya kurang menarik dan cenderung membosankan, apalagi salah satu
pembawa acaranya, Dian Krisna yang menurut saya kelewat cerewet dan terlalu banyak komentar. Beda betul dengan gaya Tantowi Yahya yang cerdas dan elegan saat membawakan acara serupa tahun-tahun sebelumnya.  

Tapi ada yang menarik perhatian saya ketika pemilihan sampai pada 10 besar finalis, saat Dian Krisna bertanya pada salah seorang finalis asal provinsi Nangroe Aceh Darusalam-NAD, Qory Sandioriva. Intinya Dian menanyakan apa betul Qory sampai minta ijin pada Pemda NAD untuk tidak mengenakan kerudung dalam kontes pemilihan Puteri Indonesia 2009. Si finalis yang cantik itu membenarkan dan bercerita bahwa ia memang meminta dan sudah mendapatkan ijin dari pemda NAD agar dibolehkan tidak mengenakan kerudung saat mengikuti kontes.  

Jawaban itu membuat saya tercengang.  Memangnya kenapa kalau Qory mengenakan kerudung untuk menampilkan karakter khusus prov
insi yang diwakilinya? Tapi saya positif thinking saja, karena Qory dari informasi yang saya baca, memang tidak mengenakan kerudung sebelum mengikuti kontes puteri kecantikan itu. Jadi ia mengenakan kerudung cuma untuk mematuhi aturan provinsi NAD yang mewajibkan perempuan mengenakan kerudung karena NAD memberlakukan hukum Syariah Islam.  

Tapi pertanyaan di benak saya terwakili oleh Dian Krisna yang lalu menanyakan,  mengapa Qory tidak memilih tetap mengenakan kerudung karena dalam pemilihan Puteri Indonesia sebelumnya ada kontestan yang tetap mengenakan jilbabnya.   Dan dengan pede-nya si puteri asal NAD itu sambil mengumbar senyum memberikan jawaban yang intinya begini;
“karena rambut adalah keindahan bagi perempuan dan saya suka dengan keindahan.” 


Jawaban Qory kali ini membuat saya tersenyum miris, apalagi jawaban itu konteksnya dalam masalah jilbab, kerudung atau apapun istilahnya.  Terlebih lagi jawaban itu terlontar dari seorang perempuan muslim, mewakili bumi Serambi Mekkah pula dan calon puteri yang bakal mewakili nama bangsa Indonesia !  

“Aduh tuan puteri … rambut memang bagian keindahan kaum perempuan. Tapi tahukan engkau puteri … bagi perempuan Muslim rambut adalah aurat yang wajib ditutup. Tak tanggung-tanggung, Tuhan menetapkan perintah menutup aurat itu dalam kitab suci Al-Quran,” gumam saya dalam hati. Bagaimana bisa seorang wakil dari provinsi yang membelakukan syariah Islam tidak paham hukum Islam yang bisa dibilang paling mendasar buat kaum perempuan.      

Buat saya, jawaban Qory adalah sebuah ironi. Ironi buat NAD, buat para muslimah yang mengenakan jilbab maupun yang tidak mengenakan jilbab. Secara tidak langsung Qory mengatakan bahwa keindahan bagian tubuh perempuan memang untuk dipamerkan dan jadi konsumsi orang banyak.  

Lebih dari itu, jawaban Qory menimbulkan kesan bahwa jilbab menjadi penghambat seorang perempuan untuk maju, dalam konteks ini untuk menjadi seorang puteri yang memiliki brain, beauty dan behaviour (seperti moto pemilihan Puteri Indonesia). Bukankah seharusnya ia bersikap sebaliknya, menunjukkan dan membuktikan pada khalayak bahwa perempuan berjilbab juga berkualitas.  

Jawaban Qory sebenarnya menunjukkan rendahnya pemahaman Qory tentang keindahan dan kecantikan bagi kaum perempuan. Betapa mirisnya mendengar pernyataan Qory, karena sementara para muslimah berjilbab di negara-negara non-Muslim berjuang keras untuk mempertahankan jilbabnya bahkan sampai ada yang meregang nyawa. Di Indonesia, negeri mayoritas Muslim dan relatif memberi keleluasaan untuk mengenakan busana muslimah, ada perempuan Muslim yang dengan entengnya meremehkan jilbab demi kepentingan dunia yang sifatnya hanya sementara.  

Qory mungkin lupa, hakekat kemuliaan yang sesungguhnya bagi manusia adalah,  menjadi mulia di mata Allah Swt, Sang Pencipta yang telah memberikannya berbagai nikmat termasuk kecantikan wajahnya sehingga ia bisa terpilih sebagai kontestan ratu kecantikan. Bahkan Qori terpilih sebagai Puteri Indonesia 2009 !  

Karena pemenang puteri Indonesia akan mewakili Indonesia dalam Miss Universe, jadi, nanti kita akan melihat seorang muslimah Indonesia, wakil dari provinsi yang begitu ketat menerapkan hukum Islam, memperlihatkan keindahan tubuhnya dalam busana pakaian renang di kontes Miss Universe. Sejatinya, ini kemunduran peradaban buat bangsa Indonesia ...  Qory oh Qory ...

Nobel Peace Prize for Obama, Does He Deserve it?


Seorang Barack Obama sama sekali tidak pantas (atau belum pantas?) disebut telah berperan dalam menciptakan perdamaian dunia. Apalagi dinobatkan sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian, selama  Obama masih membuat kebijakan dan membiarkan AS, negara yang kini dipimpinnya,  mencecerkan darah di mana-mana.  

*****  

“US President Barack Obama Wins Nobel Peace Prize”  itulah kepala berita yang saya baca di sebuah situs berita di internet, Jumat sore. Antara percaya dan tidak percaya, saya baca berita lengkapnya dan memang betul, Presiden AS yang pernah tinggal dan sempat sekolah dasar di Indonesia itu memang ditetapkan menjadi salah satu penerima penghargaan bergengsi itu untuk katagori perdamaian.  

Menurut berita yang saya baca, penghargaan Nobel Perdamaian itu diberikan pada Obama atas pertimbangan “for his ‘extraordinary’ efforts in international diplomacy and hastening nuclear disarmament.” 

Berita ini  langsung memicu kontroversi bahkan di Amerika sendiri yang mempertanyakan darimana panitia pemberian hadiah Nobel bisa sampai pada kesimpulan bahwa seorang Obama sudah berperan besar dalam perdamaian dunia? Apalagi Obama baru 10 bulan menjabat sebagai presiden AS dan ia baru 12 hari menjadi presiden AS saat panitia Nobel menetapkan nominator calon penerima hadiah Nobel tersebut.  

Pertanyaan yang sama juga muncul di kepala saya, karena melihat sepak terjang Obama selama 10 bulan memimpin Negeri Paman Sam.

Presiden yang satu ini cuma pandai beretorika soal perdamaian, pada prakteknya Obama tak jauh beda dengan pendahulunya yang haus darah dan gemar mengobarkan perang, George W. Bush.   Diplomasi perdamaian yang selalu digembar gemborkan Obama dalam pidatonya cuma basa-basi. Belum terbukti, bahkan dalam banyak hal bertentangan dengan prinsip perdamaian itu sendiri.  

Diplomasi Basa-Basi  

Janji Obama untuk menutup Kamp Guantanamo misalnya, sampai sekarang masih belum jelas. Jaksa Agung AS beberapa waktu lalu bahkan terang-terangan mengatakan bahwa penutupan kamp yang menjadi lambang “kejahatan kemanusiaan” yang dilakukan AS itu kemungkinan tidak bisa dilakukan pada bulan Januari mendatang, sesuai batas waktu yang ditetapkan Obama karena otoritas berwenang AS sendiri bingung mau dikemanakan para tahanan yang masih tersisa, yang dipenjarakan dan ditangkap secara ilegal oleh AS dari berbagai negara di dunia pasca serangan 11 September 2001.   

Padahal selama dalam penjara, para tahanan yang oleh AS dicurigai terlibat atau menjadi anggota jaringan terorisme dan kebanyakan Muslim itu mengalami penyiksaan, pelecehan seksual dan tidak pernah diproses secara hukum !  

Soal lainnya adalah retorika Obama soal perdamaian di Timur Tengah. Terutama menyangkut konflik Israel-Palestina. Sama dengan pendahulunya, Presiden Obama tidak pernah mampu bersikap tegas atas pelanggaran-pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan rejim Zionis Israel terhadap rakyat Palestina.

Obama, belakangan ini memang terkesan ingin bersikap tegas terhadap Israel dengan mengkritik dan mendesak Israel agar menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi ilegal di wilayah Palestina di Tepi Barat dengan dalih demi mencapai perdamaian Israel-Palestina.   Tapi apalah artinya perkataan tanpa disertai tindakan. Seorang Obama, tidak pernah berani memelopori penjatuhan sanksi tegas terhadap Israel yang tetap saja membangun pemukiman ilegal di Palestina, bahkan dengan cara merampas tanah dan menghancurkan rumah-rumah milik warga Palestina. Obama cuma bisa NATO, No Action Talk Only.  

Basa-basi Obama yang pura-pura mengkritik Israel sebenarnya bisa dipahami. Karena sejak masa kampanye presiden lalu, Obama sudah mendeklarasikan dirinya “I am a true friend of Israel”. Obama juga menyatakan mendukung Israel yang ingin menjadikan Yerusalem (kota yang dirampas Israel dari Palestina dimana terdapat kompleks Masjid Al-Aqsa) sebagai ibukota “negara Yahudi” kelak.  

Pertanyaannya, bagaimana bisa seorang Obama bicara soal perdamaian sementara di sisi lain ia mendukung penjajahan Israel atas tanah Palestina.  

Ini juga berlaku dengan kebijakan-kebijakan luar negeri AS di Irak, Afghanistan dan Pakistan. Dengan dalih memberangus jaringan Al-Qaida, militer AS seenaknya mengerahkan pesawat tanpa awak untuk menjatuhkan bom-bom mematikan di wilayah Pakistan. Korban yang jatuh, kebanyakan dari warga sipil dan hanya sedikit yang dari kalangan militan.  

Obama juga menyatakan akan menarik mundur pasukannya dari Irak, tapi di sisi lain ia menambah lebih dari 30.000 pasukannya ke Afghanistan dan tetap melanjutkan invasi dan penjajahannya, kalau tidak boleh disebut pembantaian dan pembunuhan terhadap Muslim di Afghanistan. Jika demikian, apa arti perdamaian buat seorang Obama?  

Soal Nuklir  

Lagi-lagi Obama sama sekali tidak pantas jika disebut berperan dalam perlucutan senjata nuklir. Obama cuma meneruskan kebijakan “standar ganda” pemerintahan AS sebelumnya terkait isu nuklir. Terutama terkait persoalan nuklir Iran karena Iran  negara yang paling sulit ditundukkan AS dalam masalah nuklir.  

Sikap Obama “mendua” dalam menyikapi persoalan nuklir Iran. Dialog langsung yang ditawarkan Obama pada Iran  untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran, tidak  didasarkan pada semangat saling menghormati hak setiap negara untuk membangun fasilitas nuklirnya untuk keperluan damai, tapi lebih paksaan agar Iran mau tunduk pada perintah dan kemauan AS.

Alih-alih dialog, pemerintahan Obama malah memperluas embargonya terhadap Iran. AS tetap berkeyakinan bahwa Iran sedang menggunakan pengembangan nuklirnya untuk membuat persenjataan nuklir, sebuah tuduhan yang AS sendiri tidak pernah bisa membuktikannya.   Anehnya, Obama tidak pernah meributkan pengembangan nuklir yang dilakukan Israel. Padahal indikasi bahwa justeru Israel yang sedang mengembangkan senjata nuklir sudah terungkap sejak pengakuan Mordechai Vanunu, orang Israel yang bekerja sebagai teknisi di fasilitas nuklir Israel, Dimona.  

Fakta-fakta diatas mungkin cuma sedikit bukti bahwa seorang Barack Obama sama sekali tidak pantas (atau belum pantas?) disebut telah berperan dalam menciptakan perdamaian dunia. Apalagi dinobatkan sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian, selama  Obama masih membuat kebijakan dan membiarkan AS, negara yang dipimpinnya,  mencecerkan darah di mana-mana.       

Friday, October 2, 2009

Believe it Or Not, Verses of Qur'an in Sumatra Earthquake Time Line


Everything happened on earth is the command of Allah Swt, similarly with any disaster such earthquake. A day after 7,6 Richter scale eartquake in Padang and its surroundings,  rumors are spreading via a short message services said that the time of the earthquake relates with the verses of holy book of Qur'an.


"The earthquake in Padang at 17:16, and the the aftershocks at 17:58, next earthquake in Jambi happened at 8:52. Take a look at the Qur'an! " the sms said.

Belive it or not, when we check that message with the verses of Quran, we will find the time of those earthquakes coincided with the verses of Qur'an that talk about the punishment Allah Swt. Those verses talk about destruction, death and its connection with luxurious life-style and human perfidy. Let's see them one by one ;

17.16 (QS Al-Israa' 16) "When We desire to annihilate a village, We command those who live in ease, but they commit evil therein, then the Word is realized against it and it is utterly annihilated."

17.58 (QS Al-Israa'; 58) "There is no village except that it shall be destroyed or that We will punish it with a stern punishment before the Day of Resurrection. That is inscribed in the Book."

8.52 (QS Al-Anfaal;52) "Like Pharaoh's family and those who have gone before them, they disbelieved the signs of Allah. Therefore, Allah seized them in their sinfulness. Mighty is Allah and stern in retribution."

I don't mean to say that people where the earthquakes happened were being punished by God because they have many sins. People may say that it's just only coincidences. But all i know in islamic knowlegde there is no "coincidence",  this is only we as human beings with limited knowledge. Wallahu'alam.

Thursday, October 1, 2009

Batik itu Norak !


Terimakasih buat Malaysia yang sudah mengklaim batik sebagai bagian dari budayanya, karena kalau tidak karena klaim ini, mungkin kesadaran kita untuk menjaga dan melindungi warisan budaya nasional tetap rendah, salah satunya batik.


Meski hari ini saya pake batik model rompi, dipadu kaos dan jean
s, saya tidak terlalu antusias dengan kampanye mengenakan batik pada hari ini, yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk merayakan keputusan UNESCO, yang katanya pada 2 Oktober 2009 ini secara resmi mengakui batik sebagai warisan budaya asal Indonesia.

Tidak antusias bukannya karena tidak peduli, karena jauh sebelum ada kampanye atau kewajiban memakai batik buat anak sekolah dan pegawai negeri setiap hari Jumat, saya memang sudah kadung cinta sama batik. Entahlah, sejak kecil saya selalu terpesona melihat motif-motif batik dan selalu takjub melihat perempuan-perempuan yang duduk membatik. Apalagi dengan jenis batik yang kainnya rada kumal atau motif batik yang warnanya cerah ceria.





Dulu, kalau saya pake batik. Selalu ada yang berkomentar, "Seneng banget sih pake batik", "Pake batik, kayak nenek-nenek", "Norak ah pake batik", padahal batik yang saya kenakan modelnya tergolong "trendi" (setidaknya menurut saya) bukan model baju batik yang suka dipake dalam acara resmi.

Seingat saya, baru beberapa tahun ini saja, batik mulai "booming" lagi. Justeru ketika "booming" batik, saya malah males pake batik lagi. Soalnya koq jadi pasaran yah, gak unik lagi, secara jadi banyak banget orang yang pake batik. hehehe. But still, i love batik. Cuma sekarang senengnya cari motif batik yang unik atau yang motifnya klasik sekalian. Sayangnya batik-batik yang bagus semisal batik tulis (sebenarnya inilah yang disebut batik sebagai kebudayaan asli, bukan batik pabrikan) harganya mahal.

Mudah-mudahan kampanye batik ini bukan sebuah kampanye yang cuma "fleeting enthusiasm" (anget-anget tahi ayam), karena mengutip pernyataan Farid Gaban, seorang jurnalis senior dalam sebuah milis yang mengatakan, "Memelihara batik adalah menghidupi para pembuatnya. Itu lebih penting dari slogan dan perayaan."

Alih-alih kampanye pake batik untuk menjaga warisan budaya nasional, sewaktu pelatikan anggota DPR kemarin, para wakil rakyat yang dilantik ternyata enggak ada yang pake batik, tapi pake jas semua. Paradoks.