Wednesday, March 24, 2010

Antara Anggrek dan Pohon Cabe


Setangkai anggrek bulan

Yang hampir gugur layu
Kini Mekar Berseri
Entah Mengapa ...





secara gituh, bertahun-tahun ditanam, baru berbunga sekarang .... Apakah karena bertetangga dengan pohon cabe yang selama musin hujan ini sangat lebat buahnya? Sayang, cabe gak bisa dicemil kayak buah anggur atau buah duku. Kalau bisa enak banget kali ya ...

Tuesday, March 16, 2010

Merokok itu Menabung

"Gara-gara adegan merokok Kapten Haddock, sebuah stasiun televisi kena denda puluhan ribu dollar."

Surat kabar Turki "Hurriyet" belum lama ini memberitakan bahwa Dewan Televisi dan Radio negara itu mengenakan denda sebesar 55.000 lira atau sekitar 33.000 dollar AS (berapa rupiah, hitung sendiri ya) pada stasiun televisi Turki "TV8" gara-gara menayangkan film kartun Tintin, dimana terdapat adegan Kapten Haddock-salah satu karakter dalam film itu-sedang merokok.


TV 8 dianggap bersalah dan melanggar undang-undang, telah menayangkan adegan merokok, apalagi film kartun itu ditonton oleh anak-anak. Sejak bulan Juli 2009, Turki memberlakukan dengan ketat undang-undang larangan merokok di tempat umum seperti  restoran, bar, kafe, klub olahraga, tempat-tempat pelayanan kesehatan, lokasi bisnis, sarana pendidikan dan di media. Siapa yang melanggar undang-undang itu diancam denda sebesar 45 dollar.

Padahal, Turki adalah salah satu negara konsumen rokok terbesar, menduduki peringkat ke-3 di Eropa dan peringkat ke-10 di seluruh dunia. Uniknya, seluruh elemen di Turki mendukung undang-undang itu. Kondisinya jauh berbeda dengan di Indonesia. Pemberlakukan larangan merokok di tempat umum tidak jelas implementasinya dan belakangan ini, fatwa haram merokok yang dikeluarkan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadyah menjadi kontroversi meski PP Muhammadyah menyatakan bahwa sebagai pandangan hukum Islam, fatwa itu tidak mengikat. Buat yang setuju boleh diamalkan, buat yang tidak setuju boleh diabaikan. Tapi ulasan di sejumlah media massa yang tidak lengkap dan membuat opini seolah-olah fatwa itu mengikat, membuat pandangan sebagian besar orang yang dimintai komentarnya soal fatwa itu, jjadi tendensius dan bias terhadap Islam.  Entah apa jadinya jika di Indonesia diberlakukan undang-undang larangan merokok seketat di Turki.

Tapi saya tidak mau membahas kontroversi itu. Saya pribadi memang tidak suka dengan rokok. Asapnya saja sudah membuat kepala saya pening dan sesak napas. Betapa menjengkelkannya jika melihat ada orang yang dengan seenaknya menghembuskan asap rokoknya di tengah banyak orang. Sampai detik inipun saya masih tidak mengerti apa sih nikmatnya merokok. Buat saya merokok sama dengan menabung. Menabung penyakit, maksudnya. Karena efek merokok baru terasa di kemudian hari. Baru terasa jika jantung dan paru-paru sudah rusak oleh nikotin.

Peringatan bahaya merokok yang dicantumkan di kemasan dan iklan rokok sepertinya tidak efektif. Para perokok tetap maju tak gentar. Para perokok biasanya baru menyesal setelah dokter memvonisnya dengan penyakit-penyakit akibat merokok dan biasanya baru dirasakan ketika usia mereka beranjak senja. Biaya perawatan penyakit akibat rokok biasanya sangat besar. Kalau si penderita orang "mampu" mungkin tidak bakal pusing dengan urusan biaya rumah sakit. Tapi buat yang finansialnya pas-pasan, uang pensiun hasil kerja bertahun-tahun bisa-bisa habis hanya untuk keluar masuk rumah sakit.

Nah, karena merokok itu menabung, menabung penyakit. Ada baiknya para perokok yang bandel, selain diingatkan bahaya akibat rokok, juga dihimbau untuk menabung uang untuk persiapan membiayai pengobatan penyakitnya kelak akibat banyak merokok, supaya enggak nyusahin anak cucunya nanti. Sadis yah? Biarin. Silahkan saja buat mereka yang mau merokok (asal jangan di depan saya ajah!), silahkan bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kemudian.

Wednesday, March 10, 2010

Cerita Kecil dari IBF: Lho, Koq Bisa Kebetulan Gini Yah

Rabu kemarin, udara sore di kota Jakarta tidak seperti biasanya yang belakangan ini selalu diguyur hujan. Cuaca sore itu cukup cerah, tapi tidak terlalu panas dan terasa angin sepoi-sepoi, menyejukkan. Berarti cuaca hari ini memang sedang berpihak pada rencana saya buat jalan-jalan ke Islamic Book Fair di Istora Senayan.

Perjalanan sore itu lancar, hanya terhambat di beberapa titik jalan karena padatnya lalu lintas. Sampai di Istora, udara masih cerah, sinar matahari masih terang malah meski waktu sudah menunjukkan pukul 17.30. Hmmm, rencana sore itu adalah mencari buku terbaru sahabat saya Dina. Y Sulaeman berjudul "Obama Revealed: Realitas Dibalik Pencitraan", selain pengen melihat-lihat buku lain yang mungkin menarik buat dibaca.

Dina adalah penulis buku bestseller "Doktor Cilik Hafal dan Paham Al-Quran", "Pelangi di Persia" dan "Ahmadinejad on Palestine." Sejak awal Mbak Dina (begitu saya memanggilnya) mengabarkan akan menulis buku tentang Obama, saya sudah antusias ingin membacanya. Pastilah buku ini akan berbeda dengan buku-buku tentang Obama lainnya yang sudah berserakan di toko-toko buku atau isi pemberitaan media massa tentang Obama yang cenderung memuji-puji sosok Obama, tanpa mengungkap bagaimana sebenarnya sepak terjang seorang Obama sebagai Presiden AS ke-44. Kebijakan-kebijakannya, pernyataan-pernyataannya, benarkah ia seorang sosok Presiden AS yang mencerahkan, memberi harapan pada perdamaian dunia dan berbeda dengan presiden-presiden AS sebelumnya?

Tak banyak yang tahu soal itu, karena kebanyakan media massa, termasuk di Indonesia cenderung mengekspos dan menampilkan Obama sebagai sosok "malaikat" baru dari Negeri Paman Sam. Saya berharap, buku Mbak Dina memberikan paparan yang berbeda tentang Barack Hussein Obama. Sesuai judulnya, "Obama Revealed".

Akhirnya, setelah meng-sms mbak Dina buat nanya nama penerbitnya dan kemudian mengitari stand-stand IBF, buku itu ketemu juga di sebuah stand penerbit kecil, di pojok ruangan. Setelah dapat "Obama Revealed" saya menyempatkan diri melihat-lihat buku lain dan saya tertarik dengan buku berlabel International Best Seller, berjudul "Let Me Stand Alone". Buku yang resensinya sebenarnya sudah lama saya baca. Buku tentang Rachel Corrie, seorang perempuan muda asal AS, aktivis perdamaian yang tewas digilas buldoser tentara Israel di Jalur Gaza. (Saya pernah menulis tentang Rachel Corrie di sini: Enam Tahun Setelah Kematian Rachel Corrie)

Sampai di rumah, sekitar jam 22.00. Saya langsung membuka-buka dua buku yang saya beli tadi. Dan saya sedikit takjub ketika membuka halaman pembuka buku Dina, "Obama Revealed" karena di situ Dina menulis "Untuk Rachel Corrie", perempuan muda Amerika, aktivis perdamaian yang gugur dilindas buldoser Israel. Sejenak saya diam, sambil melirik buku "Let Me Stand Alone", lalu melirik lagu tulisan di halaman pembuka buku mbak Dina, melirik lagi ke "Let Me Stand Alone", lalu balik lagi ke buku Mbak Dina. Saya jadi tersenyum dan bergumam dalam hati, is it just coincidence? cuma kebetulankah, saya membeli dua buku yang nampaknya saling bertautan? am not sure ... but life always full of surprises and chances.

Udah duu ah nulisnya, mau kerja dulu yah ...

*Buat Mbak Dina, congratz yah atas bukunya, akhirnya saya  bisa baca juga buku ini ...

Tuesday, March 9, 2010

"A picture is worth a thousand words"

Kejadiannya sih pada hari Minggu kemarin (7/3), tapi engga papa lah baru ditulis sekarang, itung-itung menggiatkan kembali nulis di blog yang sudah sekian lama terbengkalai. Target menulis satu tulisan sehari, ternyata susah juga diwujudkan. Kadang ada ide, tapi enggak sempet nulisnya, lama-lama lupa. Kadang kebanyakan ide, malah jadi bingun mau nulis yang mana dulu dan gimana mengawalinya. Kadang sama sekali gak ada ide (ini sih karena kurang kreatif aja kali ... hehehe).

Ya sudah ... cuma pengen cerita aja ikut kegiatan workshop photo story yang digagas Pena Lectura hari Minggu kemarin. Acaranya di Gedung Gemari, Lantai 2. Niat ikut, selain memang tertarik dengan dunia fotografi juga kepengen melepas kangen dengan temen-temen dari Multiply. (Inna, Rita, Mbak Ari, Bunda Elly, Nahar, Mbak Sinta, seneng bisa ketemu lagi meski cuma sebentar dan Nataya, temen mp yang sebenarnya dah lama jadi kontak, tapi baru ketemu di dunia nyata pas workshop kemarin, nice to see u beautiful Nataya ... )

Meski dateng sudah sangat amat telat, menjelang sesi kedua workshop. Tapi lumayanlah ... dapet ilmu fotografi yang bermanfaat tentang teknik photo story. Pelan-pelan, teori fotografi yang pernah dipelajari zaman SMA bersama temen-temen KPPF (Kelompok Pelajar Peminat Fotografi) SMA 28 Jakarta, teringat lagi. Cuma ada sedikit perbedaan, karena jaman saya SMA dulu belum ada kamera digital seperti seperti sekarang. Bedanya, yah paling harus lebih familiar dengan fungsi-fungsi dan cara penggunaan fitur-fitur di kamera digital.

Yang jelas, era digital mempermudah kegiatan memotret tapi cuma dari sisi equipmentnya saja. Kamera dan segala perlengkapannya adalah pendukung, karena yang paling menentukan menarik tidaknya sebuah foto adalah manusia yang memegang kamera itu, dengan pengetahuan teknik fotografi dan insting ketika merekam momen-momen penting untuk menghasilkan karya "foto yang bercerita", sebuah karya foto dimana kita bisa melihat "cerita" di dalamnya meski tidak ada caption nya.

 "A picture is worth a thousand words", begitu katanya. Dan untuk menghasilkan foto seperti ini, dibutuhkan ketajaman naluri seorang fotografer, sense of art dan senses of humanity yang bekerja,  dimaksimalkan dengan bekal ilmu tentang teknik fotografi yang baik.

Praktek ... Praktek ... Praktek .... begitu pesan seorang fotografer senior buat para peminat fotografi. And remember:


"There are always two people in every picture:  the photographer and the viewer,"  kata Ansel Adams, photographer senior asal AS.

Deu .. koq jadi sok you know gini yah ... Tapi memotret memang mengasyikkan, meski modalnya mahal (sambil ngayal punya Canon DSLR).  Btw, kemarin nama pembicara workshopnya sapa yah ...?

pic: courtesy of Inna Puteri.