Saturday, January 28, 2012

Fenomena Badai Hallyu yang (Bisa) Bikin "Ababil"



Selain fenomena Badai Matahari yang sedang menjadi perhatian banyak orang saat ini, ada badai lain yang belakangan ini jadi ulasan utama di media massa. Bahkan stasiun televisi Al-Jazeera, membuat program khusus yang mengangkat tema tentang dahsyatnya fenomena badai ini, meski lebih menyoroti sisi gelapnya.


Ya, badai yang saat ini sedang menerjang penjuru dunia adalah badai Hallyu istilah untuk "Gelombang Korea" (Korean Wave). "Gelombang Korea" mengacu pada tersebarnya dan meningkatnya kegemaran masyarakat dunia pada kesenian pop dan tradisional Korea di Asia, Eropa, benua Amerika bahkan sampai ke Timur Tengah.

Hallyu diawali dengan populernya drama Korea, yang pertama kali di"ekspor" ke Cina, lalu menyebar hampir ke seluruh negara Asia, Eropa, benua Amerika dan Timur Tengah. Drama Korea yang paling fenomenal di awal kemunculannyal antara lain Winter Sonata, yang diputar di berbagai negara. Sejak drama korea makin berkibar bukan hanya di negerinya sendiri, dan stasiun-stasiun tv di Korea kabarnya tak segan-segan mengeluarkan dana besar untuk memproduksi sebuah drama.

Kesuksesan drama Korea diikuti dengan meningkatnya minat publik dunia pada film-film Korea, dan badai Hallyu yang terjangannya paling terasa adalah trend musik pop Korea atau yang lebih dikenal dengan sebutan K-Pop. Anak-anak muda dunia boleh dibilang sedang mengalami "demam" K-Pop dengan trend boyband dan girlband-nya. Tak terkecuali di Indonesia--negara yang paling gampang terinfeksi virus budaya asing dan menjadi peniru nomor satu. Sebuah tv swasta di negeri ini, bahkan akan menggelar pemilihan calong bintang ala K-Pop yang nantinya akan di-training di Korea (bye-bye era American Idol ...)




Kalau dulu, tv-tv Indonesia cuma memutar film-film Jepang atau Mandarin, sekarang yang banyak diputar justru drama Korea yang berhasil mencuri perhatian publik yang selama ini cuma dijejali dengan film-film produk Hollywood. Bukan cuma itu, barang-barang produk Korea mulai dari barang elektronik, pakaian, kosmetik, peralatan rumah tangga, kini mulai membanjiri pasar Indonesia. Tak terkecuali bisnis salon, yang sekarang mulai menawarkan gaya potongan rambut ala Korea (K-haircut style).

Bahkan, kalau kita perhatikan di kawasan segitiga emas di Jakarta, utamanya di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin, sudah bermunculan gedung-gedung pencakar langit dan perkantoran perusahan-perusahaan Korea. Pendek kata, Korea sekarang sedang "menjajah" Indonesia, mulai dari sisi ekonomi, sosial dan budaya.

Sebagian kita mungkin tercengang oleh kemunculan badai Hallyu dan kemunculan negara Ginseng ini sebagai 'ikon' Asia, bahkan popularitasnya dan kekuatannya mampu mengalahkan Cina dan Jepang yang selama ini menjadi "macan" Asia. Siapa yang menyangka para penyanyi (boy/girlband) Korea mampu menembus dan merebut pasar di industri musik Eropa bahkan AS. Apa rahasia dibalik kesuksesan yang menakjubkan dari sebuah negara bernama Korea Selatan?

Kesuksesan itu ternyata bukan sebuah kebetulan, tapi buah dari kerja keras yang panjang Korea Selatan untuk menjadi negara yang sekarang sangat diperhitungkan. Laporan Kompas.com menyebutkan, pemerintah Korea sejak 20 tahun lalu, memberikan beasiswa besar-besaran kepada artis dari berbagai bidang seni untuk belajar di AS dan Eropa, dan dari program itu lahirlah artis-artis berpengalaman.

Kerja jangka panjang itu kini menghasilan buah yang manis. Ekspor budaya K-pop, film dan drama Korea, mampu menambah pendapatan Negeri Ginseng itu. Belum lagi pendapatan dari sektor pariwisata. Badai Hallyu juga mendorong masyarakat dunia untuk berkunjung dan berwisata ke Korea.




Dari sisi ini, Indonesia seharusnya belajar dari Korea Selatan, yang mampu mendongkrak devisa negaranya lewat produk budaya. Selama ini, Indonesia selalu menjadi peniru, pengikut (follower) dan tak jarang menjadi "korban" budaya asing, dan gejala itu sepertinya sudah mulai terlihat lewat program-program televisi (musik dan sinetron) serta gaya hidup sehari-hari.



Eksistensi Korea di Indonesia, pastinya berdampak pada banyak orang-orang Korea yang datang dan menetap di Indonesia dan tentu kebutuhan akan gaya hidup di negeri asalnya akan terbawa ke negeri ini. Seperti dua sisi koin yang selalu bersisian, tak semua gaya hidup yang mereka bawa positif, ada juga yang negatif, dan yang negatif inilah yang harus diwaspadai jika perlu dicegah.

Sebagai contoh kecil, kebetulan kantor saya berlokasi di kawasan pinggiran Jakarta, Cibubur. Saya menduga di daerah ini banyak komunitas orang Korea, karena di komplek ruko tempat kantor lama saya misalnya, banyak bertebaran karaoke dan resto-resto Korea yang ramai dengan perempuan-perempuan berpakaian minim di malam hari. Tanpa bermaksud berburuk sangka, atau menyebut kebiasaan orang Korea itu buruk, tapi tempat "abu-abu" berlabel Korea yang berpotensi jadi lahan prostitusi dan jual beli minuman keras seperti itu mulai banyak terlihat. Itu baru di sebagian kecil kawasan Cibubur, entah di tempat lain.

Hal-hal seperti inilah, dampak penetrasi budaya yang negatif yang harus menjadi perhatian. Pemerintah daerah atau kota, mungkin harus lebih memperketat izin pembuakaan usaha tempat hiburan semacam itu. Televisi-televisi nasional sebaiknya juga menyeleksi program impor dari Korea, utamanya acara musik, karena nyaris semua girlband Korea berpakaian serba minim baik dalam acara panggung maupun musik videonya. Kalau boybandnya sih masih mendinglah. Mungkin, dengan mudahnya ada yang bilang, "ya jangan ditonton dong, matiin ajah tuh tivi."

Well, masalahnya, siapa yang mampu membendung terjangan "badai" seperti ini. Lebih dari itu, stasiun televisi yang menggunakan saluran publik, selayaknya ikut bertanggung jawab dan membantu melindungi masyarakat dari dampak negatif budaya asing.seperti ini. Kalau mau meniru (emang bisanya meniru sih) silahkan saja, tapi tirulah sisi positifnya yang mendorong persaingan sehat dan meningkatkan kreativitas berseni. Jadi, jangan sampai badai Hallyu malah memporak-porandakan jati diri dan identitas keindonesiaan, terutama dari sisi moral dan akhlak, istilah alaynya 'ababil' ( anak baru gede dan yang udah gede labil ) setuju?




Thursday, January 26, 2012

Menyoal Drama Korea yang Bikin "Galau"


Udah lama enggak nge-blog. Mau nulis dikit ah, soal Drama Korea.

Saya enggak habis pikir, kenapa banyak orang (bukan cuma di Indonesia) yang suka banget nonton Drama Korea (selanjutnya disebut K-Drama). Saking sukanya, nama-nama aktor dan aktris Korea sampai “ngelotok” di luar kepala plus latar belakang kehidupan mereka, termasuk tahu siapa saja aktor atau aktris Korea yang oplas alias operasi plastik.

Saya bahkan sampai tertawa mendengar cerita seorang teman yang bisa-bisanya nonton serial K-Drama sampai jam empat pagi (enggak tahu mulai nontonnya jam berapa). Dulu, beberapa TV Indonesia memang memutar beberapa K-Drama (yang nyantol di kepala saya cuma Winter Sonata) tapi saya tidak begitu perhatian, mungkin karena nontonnya sepotong-sepotong. Tapi sekarang, beberapa tv nasional sudah memutar K-Drama, bahkan sebuah stasiun televisi yang di kalangan pecinta K-Drama disebut tivi “ikan terbang” nonstop memutar tiga judul K-Drama dari jam 12.00 siang sampai jam 18.00, dari Senin sampai Jumat, dan cuma jeda satu jam untuk acara infotainment dan berita sore.

Kata pepatah “Seeing is Believeing”. Keheranan saya kenapa banyak orang begitu menggandrungi K-Drama terjawab, setelah saya mengikuti sendiri salah satu serial K-Drama di tivi “ikan terbang”. Itu juga enggak sengaja. Ceritanya, karena sesuatu hal, selama sebulan saya terpaksa harus bekerja dari rumah. Karena bekerja dari rumah, waktunya lebih longgar dong, bisa tidur siang sebentar, dan konsentrasi nonton tivi.

Sore itu, setelah menyelesaikan kewajiban pekerjaan, saya setel tivi, pencet sana pencet sini, gak ada acara yang asyik. Sampai akhirnya tombol remote berhenti di saluran “ikan terbang” yang sedang menayangkan film yang kemudian saya tahu itu K-Drama berjudul Boys Before Flowers (BBF). Dengan tidak antusias, saya pantengin juga deh tuh “sinetron” Korea. Jujur, waktu itu seneng ajah ngeliat wajah salah satu pemainnya yang baby face dan innocent (kemudian saya tahu namanya Kim Bum, hahaha). Tapi setelah ngikutin jalan ceritanya, eh, koq menarik yah … bikin penasaran, lalu geregetan, menyentuh perasaan (hayyahhh), mengaduk-aduk emosi, ada tawa ada tangis (hahaha), sampai akhirnya saya ikutin kisahnya sampai episode terakhir.

Sampe situ. Saya sih masih biasa-biasa aja. Saya pikir, kebetulan aja kali K-Drama yang saya tonton ceritanya bagus. Setelah BBF selesai, kalo gak salah, penggantinya adalah K-Drama berjudul Bread, Love and Dreams. Saya coba ikutin lagi (karena masih kerja di rumah), hmmm koq lebih menarik yah ….

Dan akhirnya sampai sekarang, saya jadi suka dengan K-Drama, teruma yang genre-nya drama komedi, komedi romantis, saeguk (berlatar belakang sejarah), pokoknya bukan K-Drama action (kecuali City Hunter kali yah, soalnya ada Lee Min Ho hehehe).




Ada beberapa alasan kenapa saya suka dengan K-Drama, dan alasan saya hampir sama dengan para pecinta K-Drama lainnya setelah saya melakukan survey kecil-kecilan di sebuah group pecinta drama Korea/Asia di facebook. Inilah alasan-alasan kenapa K-Drama disukai banyak orang, bukan cuma di Indonesia, tapi juga di hampir seluruh negara Asia, bahkan sampai ke Timur Tengah dan AS !

1.    Materi Cerita

Dari hasil survey kecil-kecilan, sebagian besar penyuka K-Drama mengatakan kalau K-Drama itu ceritanya bagus, simple, beragam, diangkat dari kehidupan sehari-hari, dan kalau pun ada yang non-fiksi atau imajinatif, (contohnya 49 Days bercerita tentang roh yang masuk ke tubuh orang, atau Secret Garden yang bisa tukeran badan) tetap proporsional dan tidak lebay.

Beda dengan sinetron Indonesia, yang kalau kisahnya soal dunia roh pasti yang muncul sosok kuntilanak, genderuwo, setan, dengan tampilan yang diseram-seramkan (bukan menyeramkan loh). “K-Drama ceritanya bermutu, biasanya ada background tertentu, misalnya tentang perhotelan, kedokteran, hallyu star, kepolisian, secret agen, dsb, yang bikin gak boring nontonnya sampai episode terakhir,” kata seorang pecinta K-Drama.  

2.    Jalan/Alur Cerita

Menurut para pecinta K-Drama, alur cerita K-Drama itu enak untuk diikutin, gak monoton, suka ada kejutan tak terduga, enggak gampang ditebak, kadang di dalam alur ceritanya juga diselipkan pesan-pesan moral (jadi bukan cuma menghibur, tapi ada unsur pendidikan dan hikmah yang bisa dijadikan pelajaran).

Dan yang lebih penting lagi, K-Drama episodenya gak panjang-panjang atau dipanjang-panjangin kayak sinetron Indonesia yang suka nyeritain sampai tujuh turunan. Meski ada juga K-Drama yang episodenya panjang (rata-rata K-Drama episodenya Cuma sampai 16 atau maksimal 20 episode), tapi tetap menarik buat ditonton dan tetap ada ending-nya, gak bertele-tele dan mbulet seperti sinetron Indonesia.  

3.    Aktor dan Aktris (Peran)

Salah satu faktor yang membuat orang senang nonton K-Drama adalah aktor dan aktrisnya yang cakep –cakep (meski ada yang cakepnya hasil oplas). Tapi, tampang cakep juga diimbangi dengan kemampuan akting bagus. Sebagian besar pecinta K-Drama berpendapat para aktor dan aktris K-Drama enggak Cuma modal tampang doang.

“Mereka mampu menampilkan karakter yang kuat, aktingnya natural, enggak dibuat-buat,” kata seorang pecinta K-Drama. Peran antogonisnya enggak bikin orang bĂȘte, perannya enggak harus orang yang sejahat nenek sihir, suka marah-marah dengan mata melotot, atau cuma bisa ngomong ‘rasakan pembalasanku’”, kata pecinta K-Drama lainnya.  

4.    Busana dan Make-up

Boleh dibilang kekuatan K-Drama juga pada busana yang dikenakan para pemerannya, tapi lagi-lagi gak berlebihan, sesuai dengan perannya. Dari K-Drama bisa terlihat trend fashion di negeri Ginseng itu, dengan disain busana yang keren. Busana yang dikenakan di K-Drama sesuai tempat dan keadaan. Kalau di sinetron Indonesia, sering banget ngeliat di dapur aja pake busana kayak mau kondangan. Sama halnya dengan make-up para pemeran K-Drama, yang jarang banget saya lihat bermake-up menor.

“Coba sinteron Indonesia, mau tidur aja masih pake dandanan tebel,” kata seorang penyuka K-Drama.  

5.    Original Soundtrack

Sepertinya, para sineas Korea sangat memperhatikan masalah musik latar dan lagu-lagu yang akan dijadikan tema serialnya. Hampir semua K-Drama yang pernah saya ikuti, punya lagu-lagu tema yang keren dan enak didenger. Biasanya sih, begitu nge-denger lagu tema yang enak, langsung saya searching di internet dan donlot dehhh …hehehehe.  




Itulah lima alasan kenapa saya dan banyak orang suka dengan K-Drama. Beberapa K-Drama menarik kata lokasi syutingnya dengan mengambil lokasi-lokasi wisata yang indah di Korea Selatan. Dan kabarnya, gara-gara lokasi syuting di yang terlihat di beberapa K-Drama, mampu mendongkrak jumlah wisatawan asing yang datang ke Korea. Coba kalau sinteron Indonesia juga begitu, kan asyik.

Cuma, memang ada sisi buruk dari K-Drama, terutama untuk konsumsi masyarakat Indonesia, yaitu adegan minum-minum secara bagi masyarakat Korea minum-minum adalah hal yang lumrah. Mudah-mudahan sih itu tidak menimbulkan dampak negatif budaya asing yang masuk ke Indonesia yah. Yakin, masyarakat dan pecinta K-Drama mampu menyaring mana yang patut ditiru dan mana yang tidak. Fighting !!  

Thursday, January 19, 2012

Ini Kritik Bukan Memaki



"Hanya satu yang harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah, yang membawa keberkahan di komunitas non-Muslim. Dan itu tidak akan pernah mudah."


Itulah petikan kata-kata Fatma, seorang imigran muslim asal Turki di Jerman saat ditanya mengapa ia tidak tersinggung ketika ada orang yang menghina negara asalnya, Turki sekaligus menghina Islam. Fatma bahkan membayari makan orang yang menghina negaranya dan mengolok-olok Islam itu, dan meninggalkan alamat emailnya, dengan harapan orang-orang yang menghina tadi jadi malu hati.  Padahal bisa saja Fatma langsung melabrak orang-orang itu karena telah menghina negaranya dan agamanya. Tapi itu tidak ia lakukan. Dan benar, beberapa waktu kemudian, Fatma menerima email dari salah satu orang tersebut, mengucapkan terima kasih dan meminta maaf atas perkataannya tentang negara Turki dan Islam.

Kisah tersebut saya baca dari sebuh buku perjalanan menapak tilas jejak Islam di Eropa, yang ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais--anak perempuan Amien Rais--yang pernah beberapa tahun menetap di Eropa dan menjelajahi sejumlah negara Eropa.

Kata-kata Fatma di buku itu, begitu membekas di hati saya "menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah, yang membawa keberkahan di komunitas non-Muslim. Dan itu tidak akan pernah mudah."

Ya, menjadi agen Islam seperti Fatma memang tidak mudah. Bahkan ketika posisi kita sebagai muslim adalah mayoritas diantara agama lain, atau di tengah kalangan muslim sendiri. Selalu ada pertentangan dan perbedaan, yang sejatinya adalah lumrah. Tapi yang jadi masalah, ada kecenderungan di tengah umat ini untuk merespon pertentangan dan perbedaan itu dengan aksi kekerasan dan anarkisme dengan dalih membela kesucian agama Islam.

Tak ada yang salah dengan alasan membela agama. Pertanyaannya, apakah membela agama harus dengan cara kekerasan dan perusakan?  Ketika yang bermain hanya nafsu belaka, meski berangkat dari niat yang baik, apakah Allah Swt. akan menyukai cara-cara kekerasan seperti itu?

Masih lekat dalam ingatan kita, bagaimana sebuah pesantren aliran agama tertentu diserang dan dirusak,  bagaimana sebuah ormas Islam merusak kantor pemerintah saat memprotes peraturan soal minuman keras yang ujung-ujungnya ormas Islam itu minta maaf karena salah informasi soal aturan tersebut, lalu, keributan di Bogor hanya karena melihat jamaah agama lain menjalankan kebaktian di trotoar, padahal kita sering menyaksikan kelompok-kelompok pengajian muslim juga sering menggelar pengajian di tengah jalan,  menutup akses jalan umum seenaknya, berkonvoi dengan kendaraan bermotor tanpa memperhatikan etika berlalu lintas dan kadang mengganggu pengguna jalan lain.

Alih-alih menjadi agen Islam seperti Fatma, yang kerap kita saksikan di negeri ini,  ada segelintir muslim yang gampang terprovokasi dan melakukan kekerasan dengan dalih demi membela Islam daripada memiliih berdialog dan melakukan pendekatan yang terus menerus tanpa lelah. Padahal pekerjaan dakwah adalah pekerjaan tanpa henti, yang membutuhkan kesabaran ekstra tinggi, dan yang lebih penting lagi adalah keteladanan yang tercermin dari sikap dan perilaku sehari-hari.

Tak bisa dipungkiri, sikap segelintir muslim yang melakukan kekerasan dan bersikap arogan dengan agamanya, hanya akan merusak citra Islam itu sendiri.  Jangankan non-Muslim, sebagian kita yang muslim kadang-kadang seringkali malu hati dan "mengelus dada" melihat aksi-aksi anarkisme yang dilakukan oleh saudara-saudara kita seiman, yang seharusnya tidak perlu terjadi. Kekerasan yang kadang berujung pada pemaksaan agar orang lain bertobat, bahkan pemaksaan untuk masuk Islam.
Siapakah diri kita? Apa hak kita sebagai manusia yang lemah,  memaksa orang lain bertobat dan memaksa mereka masuk Islam? Bukankah jika Allah Swt. berkehendak Dia bisa dengan mudah membuat semua manusia di dunia ini Muslim?

Entah apa yang terjadi dengan umat ini. Mengapa kita ber-Islam tapi beringas. Kemana perginya pada pemuka agama, da'i, ustaz di negeri yang seharusnya bisa memberikan bimbingan dan penyegaran akhlak pada umat. Apakah mereka juga terlalu sibuk dengan kelompok dan kepentingan sendiri-sendiri?

Jika kita merenung sejenak, dan menelusuri kembali bagaimana Islam pernah berjaya dan diterima sampai ke pelosok dunia, itu karena Islam disebarkan dengan cara yang damai dan santun, tidak memaksa.  Para pemeluk agama yang berbeda-beda, pernah merasakan kehidupan yang nyaman di bawah naungan Islam, tanpa pernah ditekan untuk pindah agama.

Tapi situasi seperti itu terasa sulit dirasakan di zaman sekarang. Niat mulia untuk menjaga martabat Islam, jadi kontra produktif karena dilakukan dengan cara-cara yang jauh dari islami. Jumlah umat Islam yang besar, belum membuat kita percaya diri bahkan cenderung ketakutan menghadapi ada komunitas agama lain yang begitu agresif menyebarkan agamanya. Kita lebih suka melakukan anarkisme untuk meredamnya, bukan berintrospeksi dan mencari strategi-strategi dakwah yang lebih efektif, efisien dan memberikan keteduhan, kedamaian serta keberkahan bagi umat beragama lainnya, seperti yang dilakukan Fatma.

Ini adalah pekerjaan rumah kita semua, kaum Muslimin, terutama di negeri ini. Saya, kita, dan Anda, bertanggung jawab menjadi agen Islam dan menjaga citra serta kemuliaan agama Islam dengan cara-cara yang islami dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw.  Saya tetap yakin dan percaya, bahwa Allah Swt, lebih meridai perjuangan membela Islam dengan cara-cara dan akhlak mulia, bukan dengan cara yang justru membuat Muslim dan Islam dicaci maki dan dipandang dengan sinis.Dan jalan yang diridai, kadang memang tidak mudah.

Monday, January 9, 2012

Hanya Sebatas Mimpi kah, Tidak Lebih?



Mimpi. Saya yakin semua orang pernah bermimpi atau punya mimpi. Menurut kamus Bahasa Indonesia (dalam jaringan), kata "mimpi"  punya dua arti, yang pertama; sesuatu yang kita lihat atau kita alami saat tidur, dan arti kedua adalah angan-angan. Tapi kali ini, saya ingin berbagi tentang mimpi dalam arti kata pertama, sesuatu yang kita lihat atau kita alami saat tidur.


Kata orang, mimpi adalah bunga tidur, jadi jangan terlalu serius dengan apa yang kita lihat dan kita alami saat tidur, apa lagi kalau itu adalah hal-hal yang buruk. Meski dalam pandangan agama Islam, ada orang-orang yang memang diberi "kemampuan lebih" untuk menafsirkan mimpi, seperti yang Allah Swt. berikan kepada Nabi Yusuf ‘alaihi salam, dikenal memiliki mu’jizat menafsirkan mimpi.

Tapi bagaimana dengan kita, orang biasa, dalam menyikapi mimpi? Karena ada lho orang yang percaya banget sama mimpi yang dihubungkan dengan mitos-mitos tertentu. Padahal sikap seperti itu bisa menjerumuskan orang pada ke-syirik-an.

Dari hasil penelusuran ke Mbah Google, ada hadis Rasulullah Saw. tentang bagaimana kita sebagai orang muslim menyikapi sebuah mimpi, terutama kalau kita bermimpi buruk. Hadisnya begini;

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa sesungguhnya dia mendengar Nabi Saw. bersabda:

“Apabila sesorang dari kamu memihat suatu mimpi yang menyenangkan maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah Swt., maka hendaknya ia memuji Allah Swt. (bertauhid) atas mimpinya dan hendaknya ia memberitahukannya. Dan apabila ia melihat tidak demikian dari yang tidak menyenangkannya maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka hendaklah ia memohon perlindungan (ta’awwudz kepada Allah Swt.) dari keburukannya dan janganlah menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak membahayakannya (madharat).” (HR : Bukhari)

Saya tidak ingin mengkaji hadis soal mimpi ini, tapi saya cuma ingin berbagi sekira ada teman-teman yang juga sering mengalami hal-hal seperti yang saya alami. Pernahkah teman-teman bermimpi bertemu dengan orang yang cuma Anda kenal saja, dalam artian, orang itu tidak ada hubungan khusus dengan Anda bahkan sebagai teman. Dengan kata lain, Anda pernah bertemu orang itu cuma dalam hitungan jam, dan selanjutnya Anda sendiri sudah menganggapnya sebagai orang yang Anda kenal saja. Tidak lebih.

Tapi orang-orang seperti ini, kadang, tiba-tiba saja, tidak ada angin tidak ada hujan, hadir dalam mimpi kita. Dan saya sering mengalami hal seperti ini. Beruntung, dalam mimpi saya, gambaran yang saya lihat adalah hal-hal yang baik. Jadi, begitu terbangun dari mimpi, jantung saya gak deg-degan. Saya cuma teringat dengan orang yang pernah saya kenal dan hadir dalam mimpi saya itu, dan berdoa semoga orang itu sehat-sehat saja.

Itulah mimpi saya semalam, yang entah sudah keberapa kalinya. Pernahkah teman-teman mengalami mimpi seperti ini? Apa yang teman-teman lakukan jika mengalaminya? Membiarkan mimpi itu pergi begitu saja, atau menghubungi orang yang hadir dalam mimpi itu, sementara kita tidak punya hubungan dekat dengannya, karena ia cuma orang yang kita kenal saja. Tidak lebih.

***untuk perhatian: gambarnya cuma ilustrasi aja yah, bukan beneran itu mimpi saya  .... hehehehe

Wednesday, January 4, 2012

[Suka Duka Angkoter] I Hate You, But I Love You

Meski naik angkot kebanyakan enggak enaknya daripada enaknya, tapi kadang saya menikmati perjalanan dengan angkot. Terutama kalau sopirnya enggak ngerokok, dan bawa angkotnya kayak bawa mobil mercy, jalannya santai, mulus dan gak grasak grusuk, lebih bagus kalau angkotnya full music dengan lagu-lagu era tahun 70-an, 80-an, 90-an yang easy listening, bukan lagu dangdut dengan aliran musik techno yang bikin kuping pengeng.

Hmmm, tapi sampai sekarang, saya belum pernah naik angkot yang full music, muter lagu K-Pop (pop Korea) yang di Indonesia lagi nge-trend itu. Kayaknya badai Hallyu memang belum menerpa para sopir angkot. Ngebayangin, alangkah asyiknya kalau sopir-sopir angkot itu muter lagu OST-OST K-Drama yang kata banyak orang 'maknyuuss' itu (kata saya juga begitu).

Balik ke topik semula, dalam perjalanan di angkot nyaman, saya bisa sejenak memejamkan mata, alias tidur. Apalagi kalau posisinya enak, di pojok paling belakang, dengan angin sepoi-sepoi dari jendela angkot yang terbuka, baca buku, atau sekedar nguping obrolan penumpang lainnya, yang kadang isinya cuma gosip enggak penting. Tapi kadang, ada juga angkot yang semua penumpangnya kalem, kepalanya nunduk terus sambil mencet-mencet hp, hingga suasana angkot begitu hening, berasa naik angkot hantu.

Tapi buat saya, yang paling nikmat adalah naik angkot dengan penumpang yang sedikit. Ambil duduk di pojok belakang, buka jendela sedikit, sambil angkot jalan, menikmati gorengan plus teh kotak dingin. wuihhh, sarapan pagi yang nikmat, meski rada gak sehat. Angkot ... angkot .... menyebalkan tapi dirindukan (karena terpaksa, gak ada pilihan lain selain angkot).

*tulisan iseng buat menghilangkan kebosanan

Tuesday, January 3, 2012

[Suka Duka Angkoter] Dua Hari yang Bikin Senewen

Dua hari belakangan ini, bener-bener lagi senewen sama sopir angkot, setelah sebelumnya puas membanting pintu angkot, gara-gara sopir angkot yang ngeyel dengan rokoknya.

Gimana enggak senewen, hari pertama, si sopir angkot jurusan Kampung Rambutan-Cileungsi yang saya tumpangi, asyik ngobrol pake telepon genggamnya sambil nyetir di jalan tol. Hari kedua, lebih parah, si sopir angkot jurusan yang sama, asyik baca sms dan bales sms saat nyetir di jalan tol.

Dari jok belakang, dengan perasaan resah, saya perhatikan mata si sopir sebentar-sebentar tertuju ke hp-nya, terus ke kaca spion, begitu beberapa kali. Saya sudah berniat bakal menegur si sopir kalau tidak juga menghentikan kegiatannya ber-sms ria sambil nyetir. Syukur alhamdulillah, sebelum saya melaksanakan niat itu, si sopir sudah meletakkan hp-nya.

Tapi, tetap aja, jengkel banget rasanya ngeliat sopir angkutan umum yang jelas-jelas sedang berada di jalan raya dan membawa banyak nyawa, seenaknya sms-an atau telpon-telponan pake hp. Saya yakin, masih banyak yang belum sadar bahayanya menggunakan hp saat sedang menyetir kendaraan. Dari hasil penelitian, menggunakan hp saat mengemudi meningkatkan resiko kecelakaan empat kali lipat, yang bukan cuma membahayakan diri sendiri tapi juga orang lain.

Tapi, jangankan sopir angkot, pengguna mobil pribadi saya lihat juga masih banyak yang sering menggunakan hp saat mengemudi.  Padahal sudah ada UU No.22  tahun 2009 yang melarang menggunakan hp saat mengemudi. Tapi, lagi-lagi saya tidak mau menyalahkan penegakkan hukumnya, karena masalah ini membutuhkan kesadaran pribadi. Kesadaran untuk menjaga nyawa sendiri dan nyawa orang lain.

Memang sih, hidup dan mati di tangan Tuhan. Tapi kalau sampai mati atau bonyok gara-gara sopir angkot yang teledor sms-an atau teleponan pake hp sambil nyetir, amit-amit deh, jangan sampe.