Thursday, January 19, 2012

Ini Kritik Bukan Memaki



"Hanya satu yang harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah, yang membawa keberkahan di komunitas non-Muslim. Dan itu tidak akan pernah mudah."


Itulah petikan kata-kata Fatma, seorang imigran muslim asal Turki di Jerman saat ditanya mengapa ia tidak tersinggung ketika ada orang yang menghina negara asalnya, Turki sekaligus menghina Islam. Fatma bahkan membayari makan orang yang menghina negaranya dan mengolok-olok Islam itu, dan meninggalkan alamat emailnya, dengan harapan orang-orang yang menghina tadi jadi malu hati.  Padahal bisa saja Fatma langsung melabrak orang-orang itu karena telah menghina negaranya dan agamanya. Tapi itu tidak ia lakukan. Dan benar, beberapa waktu kemudian, Fatma menerima email dari salah satu orang tersebut, mengucapkan terima kasih dan meminta maaf atas perkataannya tentang negara Turki dan Islam.

Kisah tersebut saya baca dari sebuh buku perjalanan menapak tilas jejak Islam di Eropa, yang ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais--anak perempuan Amien Rais--yang pernah beberapa tahun menetap di Eropa dan menjelajahi sejumlah negara Eropa.

Kata-kata Fatma di buku itu, begitu membekas di hati saya "menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah, yang membawa keberkahan di komunitas non-Muslim. Dan itu tidak akan pernah mudah."

Ya, menjadi agen Islam seperti Fatma memang tidak mudah. Bahkan ketika posisi kita sebagai muslim adalah mayoritas diantara agama lain, atau di tengah kalangan muslim sendiri. Selalu ada pertentangan dan perbedaan, yang sejatinya adalah lumrah. Tapi yang jadi masalah, ada kecenderungan di tengah umat ini untuk merespon pertentangan dan perbedaan itu dengan aksi kekerasan dan anarkisme dengan dalih membela kesucian agama Islam.

Tak ada yang salah dengan alasan membela agama. Pertanyaannya, apakah membela agama harus dengan cara kekerasan dan perusakan?  Ketika yang bermain hanya nafsu belaka, meski berangkat dari niat yang baik, apakah Allah Swt. akan menyukai cara-cara kekerasan seperti itu?

Masih lekat dalam ingatan kita, bagaimana sebuah pesantren aliran agama tertentu diserang dan dirusak,  bagaimana sebuah ormas Islam merusak kantor pemerintah saat memprotes peraturan soal minuman keras yang ujung-ujungnya ormas Islam itu minta maaf karena salah informasi soal aturan tersebut, lalu, keributan di Bogor hanya karena melihat jamaah agama lain menjalankan kebaktian di trotoar, padahal kita sering menyaksikan kelompok-kelompok pengajian muslim juga sering menggelar pengajian di tengah jalan,  menutup akses jalan umum seenaknya, berkonvoi dengan kendaraan bermotor tanpa memperhatikan etika berlalu lintas dan kadang mengganggu pengguna jalan lain.

Alih-alih menjadi agen Islam seperti Fatma, yang kerap kita saksikan di negeri ini,  ada segelintir muslim yang gampang terprovokasi dan melakukan kekerasan dengan dalih demi membela Islam daripada memiliih berdialog dan melakukan pendekatan yang terus menerus tanpa lelah. Padahal pekerjaan dakwah adalah pekerjaan tanpa henti, yang membutuhkan kesabaran ekstra tinggi, dan yang lebih penting lagi adalah keteladanan yang tercermin dari sikap dan perilaku sehari-hari.

Tak bisa dipungkiri, sikap segelintir muslim yang melakukan kekerasan dan bersikap arogan dengan agamanya, hanya akan merusak citra Islam itu sendiri.  Jangankan non-Muslim, sebagian kita yang muslim kadang-kadang seringkali malu hati dan "mengelus dada" melihat aksi-aksi anarkisme yang dilakukan oleh saudara-saudara kita seiman, yang seharusnya tidak perlu terjadi. Kekerasan yang kadang berujung pada pemaksaan agar orang lain bertobat, bahkan pemaksaan untuk masuk Islam.
Siapakah diri kita? Apa hak kita sebagai manusia yang lemah,  memaksa orang lain bertobat dan memaksa mereka masuk Islam? Bukankah jika Allah Swt. berkehendak Dia bisa dengan mudah membuat semua manusia di dunia ini Muslim?

Entah apa yang terjadi dengan umat ini. Mengapa kita ber-Islam tapi beringas. Kemana perginya pada pemuka agama, da'i, ustaz di negeri yang seharusnya bisa memberikan bimbingan dan penyegaran akhlak pada umat. Apakah mereka juga terlalu sibuk dengan kelompok dan kepentingan sendiri-sendiri?

Jika kita merenung sejenak, dan menelusuri kembali bagaimana Islam pernah berjaya dan diterima sampai ke pelosok dunia, itu karena Islam disebarkan dengan cara yang damai dan santun, tidak memaksa.  Para pemeluk agama yang berbeda-beda, pernah merasakan kehidupan yang nyaman di bawah naungan Islam, tanpa pernah ditekan untuk pindah agama.

Tapi situasi seperti itu terasa sulit dirasakan di zaman sekarang. Niat mulia untuk menjaga martabat Islam, jadi kontra produktif karena dilakukan dengan cara-cara yang jauh dari islami. Jumlah umat Islam yang besar, belum membuat kita percaya diri bahkan cenderung ketakutan menghadapi ada komunitas agama lain yang begitu agresif menyebarkan agamanya. Kita lebih suka melakukan anarkisme untuk meredamnya, bukan berintrospeksi dan mencari strategi-strategi dakwah yang lebih efektif, efisien dan memberikan keteduhan, kedamaian serta keberkahan bagi umat beragama lainnya, seperti yang dilakukan Fatma.

Ini adalah pekerjaan rumah kita semua, kaum Muslimin, terutama di negeri ini. Saya, kita, dan Anda, bertanggung jawab menjadi agen Islam dan menjaga citra serta kemuliaan agama Islam dengan cara-cara yang islami dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw.  Saya tetap yakin dan percaya, bahwa Allah Swt, lebih meridai perjuangan membela Islam dengan cara-cara dan akhlak mulia, bukan dengan cara yang justru membuat Muslim dan Islam dicaci maki dan dipandang dengan sinis.Dan jalan yang diridai, kadang memang tidak mudah.

5 comments:

  1. Jangan mengajarkan anak-anak muslim kebencian, melainkan kasih sayang.

    ReplyDelete
  2. 99 Cahaya di Langit Eropa Nop yang nulis anaknya Amien Rais, Salsabiela Rais.

    ReplyDelete
  3. iya ... seberapapun berbedanya orang dalam keyakinan, tugas kita cuma memberitahu bukan memaksa, lebih bagus bisa memberi teladan yang baik

    ReplyDelete
  4. Iya, sok kuasa, mentang2 mayoritas, beraninya rame2. Miris jg ngeliatnya. Beberapa kali sering dtanyain sama teman2 noni, knp islam itu cenderung anarkis?

    ReplyDelete