Monday, December 28, 2009

Gaza Tak Pernah Sendiri


"We will not go down

In the night, without a fight
You can burn up our mosques
and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight ..."

Itulah sebagian bait lagu "We Will Not Go Down" yang ditulis musisi
AS keturunan Suriah, Michael Heart tahun 2008 lalu, untuk warga Jalur Gaza yang ketika itu dibantai dengan keji oleh pesawat-pesawat tempur Zionis Israel.

Ya, setahun yang lalu, antara akhir Desember sampai Januari 2008, masyarakat dunia menyaksikan bagaimana mesin-mesin pembunuh militer Israel membombardir wilayah Gaza dan membantai penduduknya yang ta
k berdosa. Israel menggelar "Operasi Cast Leads" dengan dalih memberangus gerakan Hamas yang menguasai wilayah itu sejak tahun 2007. Hamas adalah faksi perjuangan di Palestina yang gencar melakukan perlawanan terhadap penjajahan dan kebiadaban Zionis Israel di Palestina.

Sebelum menggelar operasi brutal itu, Israel sudah setahun memberlakukan isolasi terhadap Jalur Gaza yang berpenduduk 1,5 juta jiwa. Israel menutup semua perbatasan dengan Gaza, warga Gaza tidak diijinkan keluar masuk perbatasan, membatasi pasokan makanan dan obat-obatan, memutus aliran listrik ke Gaza dan pembatasan lainnya yang menyebabkan krisis kemanusiaan paling buruk di Gaza.

Dalam kondisi tidak berdaya akibat blokade itulah, Israel menggempur Gaza tanpa ampun, membunuh warga sipil tak berdosa dan tak bersenjata, bahkan petugas medis dan wartawan ikut menjadi korban keganasan
tentara-tentara Zionis. Sekitar 1.400 warga Gaza gugur syahid dalam pembantaian itu, termasuk anak-anak dan kaum perempuan, dan ribuan orang lainnya luka-luka dan cacat tubuh.

Setahun sudah tragedi kemanusiaan itu berlalu. Luka dan trauma war
ga Gaza belum lagi sembuh. Blokade Israel pun masih berjalan yang membuat warga Gaza makin menderita, mereka bukan cuma kesulitan makanan, air bersih, listrik dan obat-obatan, tapi juga kesulitan mendapatkan bahan bangunan untuk membangun kembali rumah mereka yang hancur oleh bom-bom Israel.



Tapi Gaza tak pernah sendiri. Di bagian dunia ini masih ada umat manusia yang memiliki hati dan kepedulian pada sesamannya. Itulah yang menggerakan aktivis-aktivis kemanusiaan di berbagai negara untuk menggalang aksi kemanusiaan dan solidaritas terhadap warga Gaza bulan Januari mendatang dengan menggelar aksi long march "Freedom Gaza March" di Jalur Gaza. Sekitar 1.000 aktivis dari 42 negara akan berpartisipasi dalam aksi yang bertujuan untuk menekan Israel agar mengakhiri blokadenya terhadap warga Gaza. Mereka adalah notabene orang-orang bule dan non-Muslim yang menunjukkan kepeduliannya yang besar pada warga Gaza.

Tapi apa lacur, negara Muslim bernama Mesir justeru ingin menggagalkan aksi damai tersebut. Mesir sengaja menutup perbatasan Rafah, satu-satunya pintu gerbang yang menjadi akses ke Jalur Gaza dan melarang masuk sebagian aktivis perdamaian yang sudah berkumpul di Kairo.

Sekarang, para aktivis itu membuka tenda di depan kantor perwakilan PBB di Kairo dan melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes atas sikap pemerintah Mesir. Mereka berharap PBB menekan Mesir agar mengijinkan mereka masuk ke Gaza dan bisa menggelar aksi solidaritas "Freedom Gaza March" bulan Januari 2010 mendatang.

Subhanallah, selayaknyalah kita yang muslim bercermin pada kepedulian mereka yang sampai rela melakukan mogok makan demi menunjukkan simpatinya pada warga Gaza. Bahkan mungkin rela mengorbankan acara tahun barunya, demi Gaza. Bagaimana dengan kita ?

"We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques
and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight ..."

Monday, December 14, 2009

Catatan Kecil Untuk Seorang Sahabat


Saat berangkat menuju Villa Q'za sepekan (5-6 Desember)yang lalu, perasaan saya biasa-biasa saja, kecuali rasa senang bakal ketemu lagi dengan teman-teman seperjuangan sewaktu masih di Pro2 dulu. Saya satu rombongan dengan Pak Yan , Erik dan Budi menuju ke lokasi "temu kangen" yang berada di puncak Gunung Salak, Bogor di atas ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut.


Tapi, begitu tiba di villa dan bertemu dengan teman-teman lainnya, perasaan aneh itu mulai muncul tiap kali melihat sosok Pak Yan, yang akhir pekan itu kelihatan bahagia betul karena keinginannya untuk mengumpulkan teman-teman Pro2 nya di Villa Q'za akhirnya terwujud. Yah, Pak Yan lah yang paling semangat untuk mewujudkan reuni itu dan kekeuh pengen ngadain reuninya di Villa Q'za.

Entahlah, setiap kali selintas melihat sosok Pak Yan, tiba-tiba perasaan itu muncul. Perasaan bahwa Pak Yan akan pergi untuk selama-lamanya dan untuk itu ia mengumpulkan teman-temannya di Villa ini. Tapi perasaan itu saya tepis meski selalu muncul dan muncul lagi setiap kali saya melihat sosok Pak Yan selama berada di villa. "Gak boleh ah, ngeduluin Tuhan," kata saya dalam hati, apalagi ketika itu, air muka pak Yan selalu keliatan ceria.

Hampir seminggu kemudian, tepatnya pada hari Sabtu (12/12/2009 ) dinihari, saya cuma bisa terpaku tak percaya membaca sms bertuliskan "Pak Yan dah enggak ada ...". Padahal baru Jumat siang, saya mendapat kabar Pak Yan masuk ICU RS Persahabatan.

Membaca sms Sabtu dinihari itu, saya kembali teringat perasaan aneh saat di villa kemarin. "Ya, Allah ... ternyata firasat itu benar. Engkau panggil sahabat kami untuk selama-selamanya. Innalillahi wa innaillaihi roji'un ..." bisik saya dalam hati.

Menurut isteri almarhum, Pak Yan menghembuskan napas terakhir karena serangan jantung.


Saya mengenal Yan Asril (dulu saya biasa memanggilnya Bang Yan) sejak beliau bergabung dengan Pro2 FM sebagai kontributor untuk laporan arus lalu lintas, kemudian ditugaskan untuk ikut meliput berita. Meski usianya sudah diatas 50 tahun, sosok Pak Yan yang juga aktif di ORARI ini, saya kenal sebagai pribadi yang selalu bersemangat, rendah hati, tidak banyak protes, siap membantu siapa saja, kooperatif dan selalu berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.  Saya masih ingat, waktu di Pro2 dulu, sering nebeng vespa nya Pak Yan ke lokasi liputan.

Reuni di villa Q'za kemarin ternyata menjadi pertemuan terakhir kami dengan Pak Yan. Beliau ibarat bapak, sahabat, perekat tali silaturahmi bagi kami semua yang ikut ke villa kemarin. Selamat jalan sahabat kami, beristirahatlah dengan tenang di sisiNya ...doa kami menyertaimu . Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi kekuatan dan ketabahan oleh Allah Swt.

catatan:

dan hari sabtu kemarin (12/12) menjadi hari yang kontras, menghadiri funeral dan wedding dalam satu hari yang sama. begitulah kehidupan berjalan. kematian, kelahiran dan pernikahan silih berganti. Subhanallah, Allahu Akbar.


Thursday, December 10, 2009

Mengapa Damai Tapi Perang Mr. President!


Kamis, 10 Desember 2009, menjadi catatan kelam bagi perdamaian dunia. Karena pada hari itu, bertempat di Oslo City Hall, Norwegia, Komite Nobel-sebuah lembaga yang selama ini dikenal prestisius-menganugerahkan hadiah Nobel Perdamaian pada Presiden AS, Barack Obama.

Nobel Perdamaian untuk Obama adalah sebuah ironi. Karena beberapa hari sebelumnya, Obama secara eksplisit mengumumkan "perang"nya di Afghanistan, dengan mengirimkan ribuan pasukan tambahan ke negeri itu dengan dalih untuk menumpas kelompok islamis Taliban. Bahkan sutradara kondang AS Michael Moore mencela kebijakan Obama itu dan menyebutnya sebagai "Presiden Perang".

Obama juga membatalkan penutupan kamp penjara Guantanamo, dimana banyak terjadi pelanggaran HAM yang dilakukan para prajurit AS terhadap para tahanan yang kebanyakan Muslim atas tudingan terlibat terorisme. Padahal dia sendiri yang menjanjikan kamp penyiksaan itu harus sudaha ditutup pada Januari 2010. Sampai detik ini, Obama yang oleh sebagian masyarakat Indonesia dibangga-banggakan hanya karena pernah sekolah di sebuah SD di Menteng ini, tidak pernah berani mengatakan kapan kamp penjara jahanam itu akan ditutup. Penyiksaan pun masih terus terjadi di sana.

Obama pun mengundur jadwal penarikan pasukan AS dari Irak, sementara Negeri 1001 Malam itu makin porak poranda oleh berbagai aksi kekerasan yang menelan banyak korban di kalangan rakyat sipil.

Dalam konflik Israel-Palestina, Obama gagal menekan Israel untuk menghentikan pembangunan pemukiman ilegalnya di wilayah Palestina di Tepi Barat. Dan Pemerintahan Obama secara terbuka menolak laporan tim investigasi Richard Goldstone yang menyimpulkan bahwa rejim Zionis itu telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan kejahatan perang dalam serangan brutalnya ke Jalur Gaza bulan Januari 2008 lalu.

Bahkan, dalam pidatonya di acara penyerahan hadiah Nobel Perdamaian, Obama masih membanggakan perang yang dikobarkan negaranya di pelosok dunia. "Perang terkadang diperlukan dan perang pada tingkat tertentu adalah ekspresi dari perasaan manusia," kata Obama.

"Saya bertanggung jawab atas pengerahan ribuan anak-anak muda Amerika ke negara yang jauh untuk berperang. Diantara mereka akan membunuh atau terbunuh," sambung Obama.

Lalu, akal sehat kita pun bertanya, prestasi apa yang sudah dicapai seorang Barack Obama dalam menciptakan perdamaian dunia? Layakkah seseorang diberi penghargaan sebagai "tokoh perdamaian" jika tangannya berlumuran darah manusia tak berdosa?

Nobel Perdamaian untuk Obama adalah skandal dunia yang memalukan. Makna perdamaian dijungkirbalikkan. Perdamaian adalah Perang, itulah Barack Obama.

Wednesday, December 2, 2009

Sayang .... Aku Bukan Dia ....


Baca status temen di fb soal belajar piano. Jadi keingetan, sejak kecil saya juga pengen banget bisa maen piano. Entah kenapa, alat musik yang satu ini membuat saya kesengsem, seneng banget mendengar dentingan suara dari piano. Tapi keinginan itu cuma bisa dipendam, karena buat keluarga saya, piano dan belajar piano itu sebuah kemewahan yang tidak terjangkau.

Tapi hasrat bahwa suatu saat kelak saya akan belajar memainkan tuts papan nada berwarna hitam putih itu tetap ada dan menggebu lagi puluhan tahun kemudian,  saat melihat sahabat lama saya Flora, yang kini entah dimana, bisa memainkan piano. Akhirnya ikhlas menguras tabungan buat beli keyboard standard merk Yamaha dan mendaftarkan diri ke sebuah tempat kursus. Ngambil kursus keyboard bukan piano klasik, dengan pertimbangan nantinya bisa main keyboard dan teknik piano juga, asal bukan lagu klasik ( kayaknya gak kuat juga belajar lagu klasik dalam usia menjelang uzur, hehehe...)

Meski harus pontang-panting, dari tempat kerja ke tempat kursus, dijabanin juga deh. Apalagi guru lesnya masih muda, cakep (tampangnya gak kalah sama pemaen sinetron), baeeekkk lagi. Namanya Wisnu (hah, masih inget, mudah2an dia baca tulisan ini ... hihihi). Enaknya, sama pak guru itu, lesnya bisa nego, kalo bosen belajar teknik keyboard, saya bisa minta belajar teknik piano lagu-lagu pop. Cuma paling sebel, kalo dah dikasih lagu yang chordnya ruwet, bisa berminggu-minggu baru dinyatakan lulus dan baru boleh pindah ke lagu laen. capeeek deh ....

Dalam satu kelas, sayalah yang paling tua. temen-temen saya anak-anak SD sampai SMA. Tapi belakangan, ada juga bapak-bapak paroh baya yang ikut belajar. Yang namanya belajar, memang tak perlu mikirin usia ya ... hayuuuk aja.

Tapi, yang penting dari belajar adalah, setelah niat harus istiqomah. Kalau enggak, nasibnya mungkin akan seperti saya. Karena terkena penyakit komplikasi pekerjaan yang bikin pulang malem dan a little bit boring, jadi keseringan gak masuk, akhirnya bener-bener mandeg. Jadi, meski belajarnya dah lumayan sampe level empat, jangan harap saya bisa main keyboard atau piano kayak Yovie Widiyanto atau Richard Clayderman. Soalnya, yang masih nyangkut di memori saya cuma kunci, C, F, G, Gm, no more ....

pianooo, mari mari .... *lagu dangdut bang Oma jaman dulu ...



Sunday, November 29, 2009

Tragedi di Dalam Angkot

Yang namanya copet memang banyak akalnya dan bisa beroperasi di mana aja di angkot sekalipun. Selama dua bulan pindah kantor ke Cibubur dan jadi pelanggan setia angkot, saya mencatat dua tragedi kecopetan.

Yang pertama sekitar pertengahan bulan lalu, pulang kerja sekitar jam setengah enam sore, naik angkot jurusan Cileungsi-Kp. Rambutan dari Cibubur Junction. Penumpang dalam angkot cuma empat orang, termasuk saya, semuanya perempuan. Tiba-tiba mbak-mbak yang duduk tepat di belakang sopir panik sambil mengaduk-aduk tasnya. Dengan raut wajah bingung dan menahan tangis, si mbak tadi bilang dia kecopetan, hp dan dompetnya raib. Menurut ceritanya, disebelahnya tadi duduk seorang lelaki yang sibuk buka tutup jendela angkot. Setelah lelaki itu turun, hp dan dompetnya lenyap dari dalam tas.

Yang kedua, pengalaman teman sekantor hari ini yang berhasil lolos dari upaya pencopetan di angkot jurusan Kranggan-Kp Rambutan.. Ia berhasil menyelamatkan hp dan dompetnya yang sedang "diakali" seorang lelaki yang duduk mepet-mepet di sampingnya, padahal tempat duduk di angkot pagi tadi, kata teman saya, masih relatif kosong (jadi, ngapain juga duduk mepet mepet ke orang). Hampir sama modusnya dengan kasus pencopetan pertama, si "tangan jahil" tadi berpura-pura sibuk buka tutup jendela angkot, mengalihkan perhatian orang, sementara tangannya yang satu lagi (biasanya ditutupi tas atau koran) beroperasi ke tas teman saya itu.Teman saya merasa ada yang janggal dengan tasnya dan memergoki tangan si pencopet itu sedang berusaha menarik tali tempat hp-nya. Alhamdulillah, tindakan kriminal itu gagal dan seluruh isi tas teman saya masih lengkap dan utuh.

Saya jadi inget pengalaman sendiri beberapa tahun lalu, waktu naik angkot jurusan pasar minggu-Kp Melayu. Di dalam angkot yang relatif full penumpang, seorang lelaki yang duduk di depan saya minta tolong pada saya untuk membukakan jendela di belakang saya, gerah katanya. Tanpa curiga saya buka jendela. Untung jendelanya gampang dibuka dan saat itulah saya melihat tangan lelaki yang duduk di samping saya, mengambil hp yang saya simpan di bagian depan kantung tas saya. Kaget bercampur bingung, sudah pasti sampai saya sadar bahwa ada komplotan pencopet di angkot yang saya tumpangi. "Gila bener nih, copet. Tauk aja dimana gue nyimpen hp, secara tas yang gue pake banyak kantongnya di bagian depannya," dalem hati dengan perasaan mangkel dan setengah ngeri, takut komplotan copet itu nekad karena kepergok nyopet.

Dengan sok berani, saya cuma melototin tuh copet, sementara si copet melengos. Padahal mah, kalo dicopet juga saya enggak rugi-rugi amat, soalnya itu hp udah jadul dan jeleeek banget, baterenya juga sudah drop. Kalo dicopet, jadi dapet alesan buat beli yang baru ... hehehe. (btw, mungkin si copet tahu juga, hp gue hape jelek yang kalo dijual enggak ada harganya, jadi begitu kepergok langsung dia lepas tuh hp )

Anyway, Alhamdulillah hp jadul itu selamat dan saya juga selamat, karena tim pencopet itu turun begitu aksinya gatot (gagal total). Buat yang sering naek angkot, hati-hati kalo ada orang yang mencurigakan duduk mepet-mepet deket kita, trus pura-pura minta bukain jendela, baca koran dengan posisi ribet atau ada penumpang yang tiba-tiba heboh muntah atau ribut di dalam angkot. Itu semua kemungkinan besar modus operasi para pencopet untuk mengalihkan perhatian calon korbannya. Salam angkot-ers dan waspadalah ...!

Tuesday, November 17, 2009

Waktu Subuh Melindungi ... Terima Kasih Allah ...

menjelang adzan subuh ... tiba-tiba mendengar suara gaduh dan panik di luar kamar  "bangun ...! bangun ...! kebakaran ....!!!".

What! kebakaran ?!  terlonjak kaget dan langsung lompat dari tempat tidur. melongok dari jendela keluar rumah dan melihat nyala api di lampu jalanan yang berdempetan dengan tiang listrik persis di samping pager rumah.

Astagfirullahaladzim ... kenapa lagi sih, padahal baru dua hari yang lalu orang PLN ngebetulin itu lampu.

dengan satu gerakan reflek, sekring lampu rumah langsung diturunin. gelap gulita. adzan subuh sudah terdengar. nyari jilbab di tengah kegelapan. ngumpulin alat komunikasi sambil mikir letak tas berisi surat-surat penting yang musti diselamatkan lebih dulu jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

muter nomor telpon 108, nanya dinas kebakaran. petugasnya bilang, telpon 113 buat dinas kebakaran. okeh!

muter nomer 113 .... ampyun... gak ada yang ngangkat.

lari ke kamar, ngambil buku notes kecil di tas, karena disitu ada nomor telpon PLN yang kemarin dihubungi. Nah, ini dia nomernya ....

tut ... tut ... tut ... nunggu telpon diangkat.

"halo, pagi ....."

"pagi pak .... PLN yah, mo ngadu pak. ada kebakaran. ehh .. maksudnya ... mau ngasih tahu pak, lampu jalanan di deket rumah saya ... (nyebutin lokasinya) kebakar ... " jadi ikut panik.

"mbak, coba telp ke 781 XXXXX ..." jawab petugas PLN kalem.

"hahh?!!! ... oh, baiklahhh .... " sambil nyatet nomornya. di luar, api di lampu jalan masih nyala ...

muter nomor lagi. tut .... tut .... tut .... gak ada yang ngangkat. puter lagi ... gak ada yang ngangkat ... puter lagi gak ada yang ngangkat .... innalillahi ... pada kemana sih orang-orang bagian layanan pengaduan .... sambil berdoa dalem hati, semoga apinya gak membesar ....

20 menit berlalu ...

walhasil .... sampe nyala api di lampu jalan itu mati sendiri, telp pengaduan enggak ada yang ngangkat juga. yah sutralah ... alhamdulillah ... Allah Swt masih melindungi. apinya padam sendiri, enggak merembet kemana-mana.

Masih was-was dan penasaran. Paginya, coba menghubungi PLN lagi ... saya ceritakan duduk perkaranya, kali ini dengan suara lebih tenang. Dan si petugas PLN bilang, "kalo soal lampu jalanan itu soal orang PU buu.... coba deh ibu hubungi dinas PU (pekerjaan umum) kelurahan atau kecamatan yah ..."

"ohhh, gitu yah ... baiklaahhh," jawab saya.

Meletakkan ganggang telepon sambil tarik napas. langsung kebayang bakal berurusan dengan birokrasi yang lemot dan bertele-tele, secara pernah pengalaman ngadepin orang birokrasi yang suka mem-ping-pong orang kalau rakyat ngadu ada persoalan. Duh .... enggak banget deh ah ...

Sekarang mo berangkat kerja dulu ... ntar siang mau coba menghubungi orang PU, pengen tahu, bakal direspon apa enggak, masih lemot dan bertele-tele apa enggak ya .........

Monday, November 16, 2009

[Bukan Cuma] Emak Ingin Naik Haji


Terprovokasi dengan acungan jempol teman-teman di fb buat film Emak Ingin Naik Haji (EINH), akhir pekan kemarin saya menyempatkan diri nonton film ini. Meski sebenarnya Sabtu itu kepengennya nonton 2012, tapi apa daya semua jam dan hampir semua bioskop penuh semua.


Kembali ke film EINH, tidak banyak catatan yang ingin saya tulis tentang film ini. Satu-satunya yang membuat film ini istimewa cuma ide ceritanya, yang diangkat dari cerpen penulis kondang  Asma Nadia. Selebihnya, dari sisi sinematografi, biasa-biasa saja, hampir samalah kalau saya nonton film macam FTV di televisi.

Saya belum pernah membaca cerpennya, tapi visualisasinya yang ditampilkan di layar lebar cukup membuat siapa pun yang menyaksikan film ini tersentuh melihat semangat seorang
ibu penjual kue, yang penghasilannya tak seberapa, untuk bisa menunaikan rukun Islam yang kelima itu.

EINH adalah sindiran halus buat kita. Kita yang mungkin karena memiliki kelebihan uang, bisa berangkat haji berkali-kali, bahkan setiap tahun. Entah itu untuk haji besar atau haji ke
cil (umroh). Termasuk kita, yang mungkin sebenarnya sudah mampu dari sisi finansial, tapi belum juga berniat menunaikan ibadah haji dan lebih memilih menghabiskan kelebihan uang itu untuk sekedar berwisata ke luar negeri, tapi bukan untuk beribadah ke tanah suci. Sementara, banyak orang-orang seperti emak dalam EINH, yang begitu rindu dengan tanah suci tapi belum bisa berangkat karena keterbatasan biaya.

Menyaksikan film ini, membuat saya bersyukur karena Allah Swt telah memberikan kesempatan, bahkan kemudahan bagi untuk menunaikan ibadah haji meski dengan status Abidin a
lias "atas biaya dinas". Mengalami sendiri bagaimana menjalankan haji di tanah suci dengan segala suka dukanya, sulit dipungkiri ada rasa rindu untuk selalu kembali ke sana dan saya memaklumi jika mereka yang mampu sampai berkali-kali ke tanah suci untuk melepas kerinduan itu. Kerinduan emak (EINH) adalah kerinduan saya juga dan banyak orang-orang seperti emak. Tapi saya tidak tahu, jika saya pada posisi emak, apakah saya bisa seperti emak, yang rela memberikan tabungan hajinya yang ia kumpulkan dengan susah payah untuk pengobatan cucunya yang sedang sakit.

EINH menyampaikan pesan penting tentang mak
na ibadah haji yang sesungguhnya, yaitu ketaqwaan, kesabaran dan jiwa sosial. Makna yang kadang luput dari perhatian kita, yang sudah menunaikan ibadah haji atau kita yang begitu rindu tanah suci tapi belum terwujud karena keterbatasan dana.



Dalam sebuah artikel tentang haji yang ditulis oleh H. Tutty Alawiyah AS, ustadzah kondang itu mengutip kisah seorang haji bernama Abdullah Al-Jauhary yang tahun itu sedang menunaikan ibadah haji. Saat wukuf di Arafah, Abdullah tertidur dan bermimpi melihat dua orang malaikat yang turun dari langit.

Salah satu malaikat bertanya, "Berapa banyak orang yang wukuf di Arafah tahun ini?". Malaikat yang satunya menjawab,"Hampir 600.000 ribu orang, tapi wukuf mereka tidak diterima semua kecuali enam orang saja dan setiap orang telah membebaskan hak setiap 100.000 orang."

Abdullah terbangun dan merenungkan mimpinya itu. Ia bertanya-tanya siapa enam orang yang diterima wukufnya dan menjadi haji mambrur itu. Seorang jamaah di Masjidil Haram mengatakan padanya, bahwa salah satu dari enam orang yang ia cari itu bernama Ibnu Muaffaq dan tinggal di Yaman.

Ibnu Muaffaq ternyata orang kaya yang hampir setiap tahun pergi haji tapi tidak pernah puas. Tahun itu, ketika akan berangkat ke tanah suci, mendadak istrinya yang hamil jatuh sakit dan meminta sekerat daging yang sulit dicari pada malam itu.

Di saat kebingungan, Ibnu Muaffaq mencium bau harum rebusan daging. Ia mendatangi arah bau harum itu dan mendapati seorang tua dan beberapa anak yatim sedang menunggui rebusan daging tersebut. Ibnu Muaffaq menceritakan keinginan istrinya pada orang tua itu, tapi orang tua mengatakan bahwa haram bagi istrinya makan daging yang menjadi hak anak-anak yatim itu. Ibnu Muaffaq pun dipersilakan pulang. Tapi ketika sampai di rumah, ia mendapati istrinya sudah sembuh.

Melihat kesembuhan istrinya, Ibnu Muaffaq tergugah hatinya dan memutuskan untuk menyerahkan seluruh perbekalan hajinya pada orang tua dan anak-anak yatim yang semalam ditemuinya. Allah Swt meridhai apa yang dilakukan Ibnu Muaffaq dan meski ia tidak jadi berhaji, Allah mencatat niatnya dan menjadikannya haji yang mambrur.

Betapa indahnya, jika apa yang dilakukan Ibnu Muaffaq ini dicontoh oleh mereka yang mampu dan sudah berkali-kali pergi haji dan biaya hajinya digunakan untuk menghajikan mereka yang tidak mampu. Karena tidak banyak orang miskin yang seberuntung emak dalam EINH, yang akhirnya mendapatkan hadiah berangkat haji karena nazar tetangganya yang kaya, yang selamat saat melahirkan.

“Labbaik Allahumma Labbaik. Labbaika La syarika laka labbaik. Innal hamda wa nikmata laka wal-mulka laa syarii kalak.”

(Aku datang ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku datang, dan Kau tidak memiliki tandingan, dan aku penuhi panggilan-Mu. Segala pujii dan segala nikmat adalah milik-Mu dan juga segala kekuasaan adalah milik-Mu. Kau tidak memiliki tandingan).


note: buat "pak haji" makasih yah udah ditemenin (dibayarin lagi) nonton ...

Thursday, October 22, 2009

"Jangan Cari Musuh ..."

Begitu membuka yahoo messenger pagi ini, muncul offline message dari seorang teman, pesan panjang yang menghentak kesadaran saya tentang makna pertemanan dan makna memperjuangkan prinsip dalam hidup. Begini isi pesannya;

"Jangan cari musuh, carilah teman" Sejenak motto ini tampak benar, tapi sebenarnya naif dan tidak berdasar.
Kawan-Lawan adalah sebuah keniscayaan yang akan dengan sendirinya muncul ketika kita memperjuangkan suatu prinsip dalam hidup.

Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rosul, semua orang Quraish menyukai dan menganggap beliau sebagai kawan. Namun sejak beliau memperjuangkan tau
hid, sebagian kaumnya memutuskan menjadi lawan dan sebagian lain menjadi kawan.

Begitulah, ketika tidak ada sesuatupun yang kita perjuangkan dalam hidup, semua orang adalah kawan, tapi hidup itu sendiri menjadi tidak bermakna."


Beberapa saat saya mencerna isi pesan itu. Mungkin tak sepenuhnya benar. Kenyataannya,  kadang kita harus siap
kehilangan teman, dijauhi bahkan ditertawakan dengan sinis ketika kita mencoba mempertahankan-jika terlalu berat disebut memperjuangkan-sebuah prinsip dalam hidup kita.

Pada akhirnya, kita akan melihat siapa sahabat-sahabat terbaik kita. Mereka adalah sahabat seperti yang diamanatkan sah
abat Rasulullah Saw, Ali bin Abi Talib. Beliau mendefiniskan seorang sahabat dengan kalimat pendek yang begitu indah dan dalam maknanya ...

"A friend cannot be considered a friend until he is tested in three occasions: in time of need, behind your back, and after your death." Ali ibn abi Talib (radiAllah anhu)




terimakasih buat semuanya yang telah menjadi dan pernah sahabat terbaikku ... just remember a ship that never sink, it's FriendShip ...


Tuesday, October 20, 2009

At New Office, Not At the Corner Anymore


di kantor baru
di sinilah aku duduk sekarang
enggak di pojokkan lagi
tapi diapit oleh dua meja
tepat di depan anak tangga
lumayan,
sekarang dapet kursi
yang senderannya cukup nyaman
dari posisi duduk
bisa memandang ke luar jendela
yang kelihatan cuma langit biru
dan puncak bangunan toko
Index dan ACE
( bukan promosi loh )
kalau enggak ada Indah (reporter baru)
jadi satu-satunya perempuan
di ruang redaksi
(atau satu-satunya lelaki yah, hehehe)
dari tempat duduk ini
berharap bisa nulis-nulis
coret-coret puisi
untuk sementara
baru bisa nulis status dan notes di facebook
karena AC yang nyala di ruangan baru satu
rada gerah ...
mau bikin kopi juga masih harus minta
air panas ke "kantor" sebelah :)
udah ah ... gak penting banget ni tulisan
siap-siap pulang jam 5
go racing with angkot di jalan tol
bismillah ...
semoga selamat sampai rumah ...

Sunday, October 11, 2009

Qory Oh Qory, Jilbab itu Remeh Yah ...


Jumat malam saya menyaksikan tayangan pemilihan Puteri Indonesia 2009 di sebuah televisi swasta. Well, sekedar menghilang ke-bete-an karena tidak ada acara tv yang menarik malam itu. Acara pemilihan itu pun sebenarnya kurang menarik dan cenderung membosankan, apalagi salah satu
pembawa acaranya, Dian Krisna yang menurut saya kelewat cerewet dan terlalu banyak komentar. Beda betul dengan gaya Tantowi Yahya yang cerdas dan elegan saat membawakan acara serupa tahun-tahun sebelumnya.  

Tapi ada yang menarik perhatian saya ketika pemilihan sampai pada 10 besar finalis, saat Dian Krisna bertanya pada salah seorang finalis asal provinsi Nangroe Aceh Darusalam-NAD, Qory Sandioriva. Intinya Dian menanyakan apa betul Qory sampai minta ijin pada Pemda NAD untuk tidak mengenakan kerudung dalam kontes pemilihan Puteri Indonesia 2009. Si finalis yang cantik itu membenarkan dan bercerita bahwa ia memang meminta dan sudah mendapatkan ijin dari pemda NAD agar dibolehkan tidak mengenakan kerudung saat mengikuti kontes.  

Jawaban itu membuat saya tercengang.  Memangnya kenapa kalau Qory mengenakan kerudung untuk menampilkan karakter khusus prov
insi yang diwakilinya? Tapi saya positif thinking saja, karena Qory dari informasi yang saya baca, memang tidak mengenakan kerudung sebelum mengikuti kontes puteri kecantikan itu. Jadi ia mengenakan kerudung cuma untuk mematuhi aturan provinsi NAD yang mewajibkan perempuan mengenakan kerudung karena NAD memberlakukan hukum Syariah Islam.  

Tapi pertanyaan di benak saya terwakili oleh Dian Krisna yang lalu menanyakan,  mengapa Qory tidak memilih tetap mengenakan kerudung karena dalam pemilihan Puteri Indonesia sebelumnya ada kontestan yang tetap mengenakan jilbabnya.   Dan dengan pede-nya si puteri asal NAD itu sambil mengumbar senyum memberikan jawaban yang intinya begini;
“karena rambut adalah keindahan bagi perempuan dan saya suka dengan keindahan.” 


Jawaban Qory kali ini membuat saya tersenyum miris, apalagi jawaban itu konteksnya dalam masalah jilbab, kerudung atau apapun istilahnya.  Terlebih lagi jawaban itu terlontar dari seorang perempuan muslim, mewakili bumi Serambi Mekkah pula dan calon puteri yang bakal mewakili nama bangsa Indonesia !  

“Aduh tuan puteri … rambut memang bagian keindahan kaum perempuan. Tapi tahukan engkau puteri … bagi perempuan Muslim rambut adalah aurat yang wajib ditutup. Tak tanggung-tanggung, Tuhan menetapkan perintah menutup aurat itu dalam kitab suci Al-Quran,” gumam saya dalam hati. Bagaimana bisa seorang wakil dari provinsi yang membelakukan syariah Islam tidak paham hukum Islam yang bisa dibilang paling mendasar buat kaum perempuan.      

Buat saya, jawaban Qory adalah sebuah ironi. Ironi buat NAD, buat para muslimah yang mengenakan jilbab maupun yang tidak mengenakan jilbab. Secara tidak langsung Qory mengatakan bahwa keindahan bagian tubuh perempuan memang untuk dipamerkan dan jadi konsumsi orang banyak.  

Lebih dari itu, jawaban Qory menimbulkan kesan bahwa jilbab menjadi penghambat seorang perempuan untuk maju, dalam konteks ini untuk menjadi seorang puteri yang memiliki brain, beauty dan behaviour (seperti moto pemilihan Puteri Indonesia). Bukankah seharusnya ia bersikap sebaliknya, menunjukkan dan membuktikan pada khalayak bahwa perempuan berjilbab juga berkualitas.  

Jawaban Qory sebenarnya menunjukkan rendahnya pemahaman Qory tentang keindahan dan kecantikan bagi kaum perempuan. Betapa mirisnya mendengar pernyataan Qory, karena sementara para muslimah berjilbab di negara-negara non-Muslim berjuang keras untuk mempertahankan jilbabnya bahkan sampai ada yang meregang nyawa. Di Indonesia, negeri mayoritas Muslim dan relatif memberi keleluasaan untuk mengenakan busana muslimah, ada perempuan Muslim yang dengan entengnya meremehkan jilbab demi kepentingan dunia yang sifatnya hanya sementara.  

Qory mungkin lupa, hakekat kemuliaan yang sesungguhnya bagi manusia adalah,  menjadi mulia di mata Allah Swt, Sang Pencipta yang telah memberikannya berbagai nikmat termasuk kecantikan wajahnya sehingga ia bisa terpilih sebagai kontestan ratu kecantikan. Bahkan Qori terpilih sebagai Puteri Indonesia 2009 !  

Karena pemenang puteri Indonesia akan mewakili Indonesia dalam Miss Universe, jadi, nanti kita akan melihat seorang muslimah Indonesia, wakil dari provinsi yang begitu ketat menerapkan hukum Islam, memperlihatkan keindahan tubuhnya dalam busana pakaian renang di kontes Miss Universe. Sejatinya, ini kemunduran peradaban buat bangsa Indonesia ...  Qory oh Qory ...

Nobel Peace Prize for Obama, Does He Deserve it?


Seorang Barack Obama sama sekali tidak pantas (atau belum pantas?) disebut telah berperan dalam menciptakan perdamaian dunia. Apalagi dinobatkan sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian, selama  Obama masih membuat kebijakan dan membiarkan AS, negara yang kini dipimpinnya,  mencecerkan darah di mana-mana.  

*****  

“US President Barack Obama Wins Nobel Peace Prize”  itulah kepala berita yang saya baca di sebuah situs berita di internet, Jumat sore. Antara percaya dan tidak percaya, saya baca berita lengkapnya dan memang betul, Presiden AS yang pernah tinggal dan sempat sekolah dasar di Indonesia itu memang ditetapkan menjadi salah satu penerima penghargaan bergengsi itu untuk katagori perdamaian.  

Menurut berita yang saya baca, penghargaan Nobel Perdamaian itu diberikan pada Obama atas pertimbangan “for his ‘extraordinary’ efforts in international diplomacy and hastening nuclear disarmament.” 

Berita ini  langsung memicu kontroversi bahkan di Amerika sendiri yang mempertanyakan darimana panitia pemberian hadiah Nobel bisa sampai pada kesimpulan bahwa seorang Obama sudah berperan besar dalam perdamaian dunia? Apalagi Obama baru 10 bulan menjabat sebagai presiden AS dan ia baru 12 hari menjadi presiden AS saat panitia Nobel menetapkan nominator calon penerima hadiah Nobel tersebut.  

Pertanyaan yang sama juga muncul di kepala saya, karena melihat sepak terjang Obama selama 10 bulan memimpin Negeri Paman Sam.

Presiden yang satu ini cuma pandai beretorika soal perdamaian, pada prakteknya Obama tak jauh beda dengan pendahulunya yang haus darah dan gemar mengobarkan perang, George W. Bush.   Diplomasi perdamaian yang selalu digembar gemborkan Obama dalam pidatonya cuma basa-basi. Belum terbukti, bahkan dalam banyak hal bertentangan dengan prinsip perdamaian itu sendiri.  

Diplomasi Basa-Basi  

Janji Obama untuk menutup Kamp Guantanamo misalnya, sampai sekarang masih belum jelas. Jaksa Agung AS beberapa waktu lalu bahkan terang-terangan mengatakan bahwa penutupan kamp yang menjadi lambang “kejahatan kemanusiaan” yang dilakukan AS itu kemungkinan tidak bisa dilakukan pada bulan Januari mendatang, sesuai batas waktu yang ditetapkan Obama karena otoritas berwenang AS sendiri bingung mau dikemanakan para tahanan yang masih tersisa, yang dipenjarakan dan ditangkap secara ilegal oleh AS dari berbagai negara di dunia pasca serangan 11 September 2001.   

Padahal selama dalam penjara, para tahanan yang oleh AS dicurigai terlibat atau menjadi anggota jaringan terorisme dan kebanyakan Muslim itu mengalami penyiksaan, pelecehan seksual dan tidak pernah diproses secara hukum !  

Soal lainnya adalah retorika Obama soal perdamaian di Timur Tengah. Terutama menyangkut konflik Israel-Palestina. Sama dengan pendahulunya, Presiden Obama tidak pernah mampu bersikap tegas atas pelanggaran-pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan rejim Zionis Israel terhadap rakyat Palestina.

Obama, belakangan ini memang terkesan ingin bersikap tegas terhadap Israel dengan mengkritik dan mendesak Israel agar menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi ilegal di wilayah Palestina di Tepi Barat dengan dalih demi mencapai perdamaian Israel-Palestina.   Tapi apalah artinya perkataan tanpa disertai tindakan. Seorang Obama, tidak pernah berani memelopori penjatuhan sanksi tegas terhadap Israel yang tetap saja membangun pemukiman ilegal di Palestina, bahkan dengan cara merampas tanah dan menghancurkan rumah-rumah milik warga Palestina. Obama cuma bisa NATO, No Action Talk Only.  

Basa-basi Obama yang pura-pura mengkritik Israel sebenarnya bisa dipahami. Karena sejak masa kampanye presiden lalu, Obama sudah mendeklarasikan dirinya “I am a true friend of Israel”. Obama juga menyatakan mendukung Israel yang ingin menjadikan Yerusalem (kota yang dirampas Israel dari Palestina dimana terdapat kompleks Masjid Al-Aqsa) sebagai ibukota “negara Yahudi” kelak.  

Pertanyaannya, bagaimana bisa seorang Obama bicara soal perdamaian sementara di sisi lain ia mendukung penjajahan Israel atas tanah Palestina.  

Ini juga berlaku dengan kebijakan-kebijakan luar negeri AS di Irak, Afghanistan dan Pakistan. Dengan dalih memberangus jaringan Al-Qaida, militer AS seenaknya mengerahkan pesawat tanpa awak untuk menjatuhkan bom-bom mematikan di wilayah Pakistan. Korban yang jatuh, kebanyakan dari warga sipil dan hanya sedikit yang dari kalangan militan.  

Obama juga menyatakan akan menarik mundur pasukannya dari Irak, tapi di sisi lain ia menambah lebih dari 30.000 pasukannya ke Afghanistan dan tetap melanjutkan invasi dan penjajahannya, kalau tidak boleh disebut pembantaian dan pembunuhan terhadap Muslim di Afghanistan. Jika demikian, apa arti perdamaian buat seorang Obama?  

Soal Nuklir  

Lagi-lagi Obama sama sekali tidak pantas jika disebut berperan dalam perlucutan senjata nuklir. Obama cuma meneruskan kebijakan “standar ganda” pemerintahan AS sebelumnya terkait isu nuklir. Terutama terkait persoalan nuklir Iran karena Iran  negara yang paling sulit ditundukkan AS dalam masalah nuklir.  

Sikap Obama “mendua” dalam menyikapi persoalan nuklir Iran. Dialog langsung yang ditawarkan Obama pada Iran  untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran, tidak  didasarkan pada semangat saling menghormati hak setiap negara untuk membangun fasilitas nuklirnya untuk keperluan damai, tapi lebih paksaan agar Iran mau tunduk pada perintah dan kemauan AS.

Alih-alih dialog, pemerintahan Obama malah memperluas embargonya terhadap Iran. AS tetap berkeyakinan bahwa Iran sedang menggunakan pengembangan nuklirnya untuk membuat persenjataan nuklir, sebuah tuduhan yang AS sendiri tidak pernah bisa membuktikannya.   Anehnya, Obama tidak pernah meributkan pengembangan nuklir yang dilakukan Israel. Padahal indikasi bahwa justeru Israel yang sedang mengembangkan senjata nuklir sudah terungkap sejak pengakuan Mordechai Vanunu, orang Israel yang bekerja sebagai teknisi di fasilitas nuklir Israel, Dimona.  

Fakta-fakta diatas mungkin cuma sedikit bukti bahwa seorang Barack Obama sama sekali tidak pantas (atau belum pantas?) disebut telah berperan dalam menciptakan perdamaian dunia. Apalagi dinobatkan sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian, selama  Obama masih membuat kebijakan dan membiarkan AS, negara yang dipimpinnya,  mencecerkan darah di mana-mana.       

Friday, October 2, 2009

Believe it Or Not, Verses of Qur'an in Sumatra Earthquake Time Line


Everything happened on earth is the command of Allah Swt, similarly with any disaster such earthquake. A day after 7,6 Richter scale eartquake in Padang and its surroundings,  rumors are spreading via a short message services said that the time of the earthquake relates with the verses of holy book of Qur'an.


"The earthquake in Padang at 17:16, and the the aftershocks at 17:58, next earthquake in Jambi happened at 8:52. Take a look at the Qur'an! " the sms said.

Belive it or not, when we check that message with the verses of Quran, we will find the time of those earthquakes coincided with the verses of Qur'an that talk about the punishment Allah Swt. Those verses talk about destruction, death and its connection with luxurious life-style and human perfidy. Let's see them one by one ;

17.16 (QS Al-Israa' 16) "When We desire to annihilate a village, We command those who live in ease, but they commit evil therein, then the Word is realized against it and it is utterly annihilated."

17.58 (QS Al-Israa'; 58) "There is no village except that it shall be destroyed or that We will punish it with a stern punishment before the Day of Resurrection. That is inscribed in the Book."

8.52 (QS Al-Anfaal;52) "Like Pharaoh's family and those who have gone before them, they disbelieved the signs of Allah. Therefore, Allah seized them in their sinfulness. Mighty is Allah and stern in retribution."

I don't mean to say that people where the earthquakes happened were being punished by God because they have many sins. People may say that it's just only coincidences. But all i know in islamic knowlegde there is no "coincidence",  this is only we as human beings with limited knowledge. Wallahu'alam.

Thursday, October 1, 2009

Batik itu Norak !


Terimakasih buat Malaysia yang sudah mengklaim batik sebagai bagian dari budayanya, karena kalau tidak karena klaim ini, mungkin kesadaran kita untuk menjaga dan melindungi warisan budaya nasional tetap rendah, salah satunya batik.


Meski hari ini saya pake batik model rompi, dipadu kaos dan jean
s, saya tidak terlalu antusias dengan kampanye mengenakan batik pada hari ini, yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk merayakan keputusan UNESCO, yang katanya pada 2 Oktober 2009 ini secara resmi mengakui batik sebagai warisan budaya asal Indonesia.

Tidak antusias bukannya karena tidak peduli, karena jauh sebelum ada kampanye atau kewajiban memakai batik buat anak sekolah dan pegawai negeri setiap hari Jumat, saya memang sudah kadung cinta sama batik. Entahlah, sejak kecil saya selalu terpesona melihat motif-motif batik dan selalu takjub melihat perempuan-perempuan yang duduk membatik. Apalagi dengan jenis batik yang kainnya rada kumal atau motif batik yang warnanya cerah ceria.





Dulu, kalau saya pake batik. Selalu ada yang berkomentar, "Seneng banget sih pake batik", "Pake batik, kayak nenek-nenek", "Norak ah pake batik", padahal batik yang saya kenakan modelnya tergolong "trendi" (setidaknya menurut saya) bukan model baju batik yang suka dipake dalam acara resmi.

Seingat saya, baru beberapa tahun ini saja, batik mulai "booming" lagi. Justeru ketika "booming" batik, saya malah males pake batik lagi. Soalnya koq jadi pasaran yah, gak unik lagi, secara jadi banyak banget orang yang pake batik. hehehe. But still, i love batik. Cuma sekarang senengnya cari motif batik yang unik atau yang motifnya klasik sekalian. Sayangnya batik-batik yang bagus semisal batik tulis (sebenarnya inilah yang disebut batik sebagai kebudayaan asli, bukan batik pabrikan) harganya mahal.

Mudah-mudahan kampanye batik ini bukan sebuah kampanye yang cuma "fleeting enthusiasm" (anget-anget tahi ayam), karena mengutip pernyataan Farid Gaban, seorang jurnalis senior dalam sebuah milis yang mengatakan, "Memelihara batik adalah menghidupi para pembuatnya. Itu lebih penting dari slogan dan perayaan."

Alih-alih kampanye pake batik untuk menjaga warisan budaya nasional, sewaktu pelatikan anggota DPR kemarin, para wakil rakyat yang dilantik ternyata enggak ada yang pake batik, tapi pake jas semua. Paradoks.

Wednesday, September 30, 2009

Malaysian Amazed by "Allah Meat"


A family of Malaysian villagers became the talk of the town after they found the word Allah, meaning God in Arabic, inscribed on meat bought from the local market, the country's press reported on Tuesday.


Housewife Rashadah Abdul Rani, 57, said her son bought the meat from a market in the village and it was her daughter who discovered the inscription.

"I cut the meat into six pieces and soaked them in the water. It was my daughter, who was helping me in the kitchen, who saw the word "Allah" on all six pieces of the meat," Rani told reporters at her house in Kampung Alur Gunung.

Rani said the discovery had changed her plans of cooking the meat for feast and said she would now dry the meat and keep it to use for medicinal purposes.

In 2008, a similar story was reported from northern Nigeria where a restaurant served a piece of meat inscribed with Allah. The customer who discovered the meat said he was about to eat it when he suddenly noticed the words.

Two fish inscribed with the names Allah and Muhammad

Also a similar incident was reported in 2006 when hundreds of Muslims flocked to a pet shop in Liverpool, England to see two gold fish hailed a "miracle" as one's scales spelled Allah and the other Muhammad, Islam's prophet.

In Januari 2008, a photo journalist from Kashmir accidentally saw clouds that shape as word "Allah" in the city of Barramulla, northern Kashmir. You can see the pictures here

For Muslims such occurrences only further signal the greatness of their Lord as Islam teaches that everything in the world from the sun and moon to everything with a soul is commanded by God. Subhanallah ...

source: Al-Arabiya

Thursday, September 24, 2009

Setiap Habis Ramadan


Tak terasa, sudah beberapa hari kita lewati bulan suci Ramadan, berganti dengan bulan Syawal, dimana kaum Muslimin sedunia bergembira merayakan hari Idul Fitri, hari lebaran, bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.

Ditengah kegembiraan itu, adakah yang tersisa dari bulan Ramadan yang baru saja kita lewati? Jika sebagian kita bergembira dengan berakhirnya Ramadan, sahabat-sahabat Rasulullah justeru merasa sedih dan cemas menjelang berakhirnya bulan Ramadan. Para sahabat Rasulullah sedih karena mereka harus menunggu setahun lagi untuk bertemu kembali dengan Ramadan, bulan yang penuh keistimewaan karena Ramadan menjadi satu-satunya bulan dalam penanggalan Islam yang disebut dalam Al-Quran (Al-Baqarah;185), bulan yang penuh berkah dan ampunan dimana pahala untuk setiap perbuatan baik dilipatgandakan.

Itulah sebabnya, para sahabat Rasulullah cemas dan gundah gulana menjelang berakhirnya bulan Ramadan karena mengkhawatirkan kualitas ibadah puasa mereka selama satu bulan penuh. Mereka takut ibadah puasa yang mereka jalani hanya mendapatkan “haus dan lapar”, tidak bernilai apalagi diterima di sisi Allah Swt.

Kita mungkin tidak pernah bersedih seperti para sahabat Rasulullah menjelang berakhirnya Ramadan. Tak pernah merasa cemas dengan kualitas puasa kita dan bertanya-tanya apakah Allah Swt menerima ibadah puasa kita selama Ramadan. Kita justeru cenderung gembira jika Ramadan usai, karena setelah Ramadan kita tidak perlu menahan lapar dan haus lagi setiap hari, tidak perlu salat tarawih di malam hari, tidak perlu bangun di pagi buta untuk sahur. Tak pelak, ibadah puasa Ramadan jadi seperti rutinitas tahunan yang dijalankan semata-mata karena beban kewajiban, tanpa makna, tanpa membawa perubahan dari sisi mental maupun spiritual.

Begitu Ramadan berlalu, berakhir pula kebiasaan-kebiasaan baik yang kita lakukan secara rutin selama bulan Ramadan yang jarang bahkan tidak pernah kita lakukan di bulan-bulan selain Ramadan, seperti kebiasaan salat malam, tadarus Al-Quran, memperbanyak sedekah, salah berjamaah di masjid dan kegiatan amaliyah lainnya. Padahal idealnya, seusai Ramadan, setiap manusia mencapai kesempurnaan diri yang tercermin dari makin meningkatnya ketaqwaaan, dan itu terlihat dari kebiasaan baik di bulan Ramadan yang tetap terpelihara seusai Ramadan, bahkan lebih baik kualitasnya. Karena inti dari perintah berpuasa di bulan Ramadan yang dititahkan Allah Swt, adalah “supaya kamu bertaqwa” (Al-Baqarah;183).

Jika seusai Ramadan kebiasaan baik itu juga ditinggalkan, kita mungkin perlu merenungkan kembali apakah puasa Ramadan kita memberikan pengaruh dan menambah nilai positif bagi keimanan kita. Apakah Allah Swt menganugerahkan ampunan dan jaminan terbebas dari api nerja seperti yang dijanjikanNya untuk mereka yang puasanya diterima.

Tak ada hal yang paling berharga dari seisi dunia selain kita mendapatkan ampunan atas dosa-dosa kita dan ampunan itu dijanjikan Allah Swt di bulan Ramadan. Alangkah ruginya jika ibadah puasa Ramadan kita hanya mendapatkan “lapar dan dahaga” karena belum tentu kita akan berjumpa kembali di Ramadan berikutnya.

Semoga Allah Swt menerima amal ibadah puasa kita dan memberi kekuatan bagi saya, Anda dan kita semua untuk tetap menjaga dan menciptakan suasana Ramadan di bulan-bulan selanjutnya. Taqabbal-llahu minnaa waminkum. Semoga Allah Swt menerima (amaliyah Ramadan) diriku dan dirimu.

Setiap habis Ramadhan
Hamba rindu lagi Ramadhan
Saat - saat padat beribadah
Tak terhingga nilai mahalnya

Setiap habis Ramadhan
Hamba cemas kalau tak sampai
Umur hamba di tahun depan
Berilah hamba kesempatan

Setiap habis Ramadhan
Rindu hamba tak pernah menghilang
Mohon tambah umur setahun lagi
Berilah hamba kesempatan

Alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan
Sekeluarga, sekampung, senegara
Kaum muslimin dan muslimat se-dunia
Seluruhnya kumpul di persatukan
Dalam memohon ridho-Nya

(Setiap Habis Ramadan, Bimbo)

*Disarikan dari khutbah Idul Fitri, di Lapangan Kampus IISIP, Lenteng Agung, Jakarta

Wednesday, September 16, 2009

[movie] KCB 2, Apanya Yang Istimewa?


Sekuel film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) akhirnya keluar juga. Gala Premier film KCB 2 berlangsung di Sinema XXI, Plaza ex hari Selasa (15/9) malam. Meski tidak terlalu antusias pengen nonton KCB 2- karena KCB 1 yang 'garing' itu-saya bersama dua orang teman tetep datang ke Plaza ex untuk ikut menyaksikan penayangan perdana (Gala Premier) KCB 2. Alasannya, karena sayang kalau undangan gratis tidak dimanfaatkan (hehehe) dan ingin membuktikan ucapan seorang teman yang bilang kalau KCB 2 lebih bagus dari KCB 1. Betulkah?

Sebelum saya bilang betul atau tidak. Saya ingin menceritakan sedikit film KCB 2. Sesuai tag line yang tertulis dalam promo filmnya "It's A Love Story", KCB 2 memang film melodrama cinta-cintaan yang menceritakan lika-liku seorang Khairul Azzam menemukan cinta sejatinya. Cinta yang ia semai pada seorang puteri kyai sejak masih berada di Kairo.

Seperti goresan pena Khalil Gibran dalam puisi cintanya, "Apabila cinta memanggilmu, ikutilah ia meski jalannya terjal dan berliku. Pabila sayapnya merengkuhmu, pasrahlah serta menyerah, meski pedang yang tersembunyi di balik sayap itu melukaimu."

Seperti itulah kisah seorang Azzam sebelum akhirnya sampai pada cinta sejatinya. Ia harus menempuh jalan berliku, merasakan dulu banyak kekecewaan, bahkan kepedihan karena harus kehilangan orang yang paling dikasihinya. Semuanya dikemas oleh sutradara Chaerul Umam dalam KCB 2 yang menjadi klimaks dari keseluruhan cerita Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburahman El Shirazy.

Kalau di KCB pertama banyak adegan dan dialog yang mengundang tawa, di KCB 2 sebaliknya, banyak scene yang mengharu biru atau paling tidak membuat mata penonton berembun. Untuk kali ini, Chaerul Umam berhasil membuat saya "nyaman" menonton film ini dari awal hingga akhir, meski masih ada beberapa "cacat" yang agak mengganggu, dan itu cuma terkait dengan "pesan sponsor" dan akting figurannya yang sepertinya lepas dari perhatian sang sutradara. Lepas dari itu, saya suka dengan gaya (baca:akting) Niniek L. Karim dan Deddy Mizwar yang telah "mewarnai" film ini.

Rasa "nyaman" yang saya rasakan sepertinya juga dirasakan penonton lainnya malam itu. Begitu film selesai, terdengar tepuk tangan dari penonton-meski tidak terlalu bergemuruh-yang nampaknya puas menyaksikan akhir cerita KCB 2.  Apa boleh buat, saya harus mengatakan KCB 2 memang lebih baik dari KCB 1, jika tidak bisa disebut bagus. Karena dari sisi cerita dan kualitas sinematografinya sebenarnya biasa-biasa saja. Beda ketika saya menyaksikan film macam The Kite Runner, Children of Heaven atau Turtle Can Fly. Film-film yang membuat saya betul-betul bukan hanya menikmati jalan ceritanya, tapi juga kepiawaian dan kreativitas seorang sutradara menggunakan teknik-teknik sinematografi, mengambil sudut pandang lewat lensa kamera, sehingga menghasilkan gambar visual yang enak dipandang mata serta eksplorasi tempat dan lingkungan tempat film dibuat.

Tapi tak apalah, KCB semoga menjadi batu loncatan film-film bergenre islami yang layak dan sehat dikonsumsi para pecinta film di negeri ini. Semoga.

 

 

 

Monday, September 14, 2009

Multiply Indonesia Bloggers "Ramadan With Love"


Being a blogger in cyber world it doesn't mean that we just keep ourselves busy with articles or photos we are posting in our respective blogs and get the comments. Bloggers also can give a positive contribution in a real world by doing meritorious social activities to help other people w
ho need a helping hand or are less fortunate.



That's what Multiply Indonesia Bloggers (MPID) did on Saturday (12/
9). They held Ramadan Charity Works that becomes an annual program of MPID. Dozens of Multiply blogger and some volunteers got involved on this social activities. We raised donation from MPID bloggers or non-bloggers who want take a part on the program.



All participants divided into some teams to carried out  four social services we did simultaneously on Saturday. The first team distributed a pac
ket of groceries to people on the road (Parcel Lebaran on the Road)  that we consider poor or duafa such as garbage man, the hawkers, shoeshine, etc. The second team visited nursing home for old people in Cipayung, gave the lebaran parcel for the workers there and also held iftar (breakfasting) with them. The other teams carried out what we called it Sahur on the Road.




Alhamdulillah ... all the activities ran well. I am happy to be a part of multiply blogger community, a place where i meet many wonderful pe
ople whose big attention to humanity and solidarity to other people. May Allah blessed what we have done on this Ramadan. Viva Multiply Indonesia ...



*special thank to tity and yogi for the pictures ...

Thursday, September 10, 2009

Demi Malam MuliaMu

Demi Malam MuliaMu
created by.MgLena.K

aku menanti senjaMu turun hari ini

dalam sujudku ashar tadi
aku memohon kasih sayangMu
untuk meneguhkan hati ini
menguatkan langkah kaki ini
melapangkan niat ini
untuk menuju rumah suciMu
 ...ya Robbi ...

20 hari yang telah terlalui
akan datang malam yang dinanti
di waktu yang telah Engkau tentukan
untuk menyempurnakan jihad di bulan ini
Ramadan bulan suci

ya Robbi ...
hamba adalah butiran debu di hadapanMu
yang tak sempurna dalam mencintaiMu
dengan sepenuh harap aku menengadahkan
kedua tanganku padaMu
ijinkan hamba melewati 10 malam terakhir ini
menyaksikan malaikat-malaikatmu
memenuhi langit dan bumi
yang dengan sayap-sayapnya
akan memercikkan kemuliaan
di hati hamba-hambaMu yang terpilih

ya Robbi ..
hampirilah hamba dengan malam muliaMu
malam yang lebih mulia dari 1000 bulan
malam laylatul qadar ...

20 Ramadan 1430 H/Kamis, 10 September 2009

Sunday, September 6, 2009

[Book Review] Seribu Mentari Surga


Mariam terlahir sebagai Harami (anak haram). Status Harami ibarat kutukan buat Mariam yang karenanya harus selalu disisihkan dan menanggung penderitaan seumur hidupnya. Sementara Laila, berlatar belakang keluarga yang cukup berpendidikan, terutama didikan dari ayahnya, membuat Laila menjadi seorang perempuan yang berani mengungkapkan pendapat dan pikiran-pikirannya dan berani berpikir untuk melakukan perubahan.

Garis nasib dan peperangan, membawa kedua perempuan yang berbeda generasi dan berbeda latar belakang ini, bertemu dalam satu ikatan 'perkawinan yang dipaksakan' dengan seorang lelaki bernama Rashid, lelaki Afghan yang cuma menginginkan anak laki-laki, yang memaksa Mariam dan Laila mengenakan burqa, yang tidak segan-segan menganiaya kedua isterinya dan berkonspirasi untuk membuat Laila percaya bahwa kekasihnya bernama Tariq sudah mati dalam perjanalan ke kamp pengungsian.

Hubungan antara Mariam dan Laila awalnya tidak harmonis. Mariam menganggap Laila sebagai perempuan yang tidak tahu terimakasih dan hanya membuatnya bertambah menderita oleh penganiayaan yang dilakukan Rashid. Tapi Laila, dengan sabar berhasil mengikis kebencian di hati Mariam dan berhasil meyakini Mariam bahwa mereka senasib dan harus bersama-sama melawan ketidakadilan, kekejaman dan penderitaan yang diciptakan oleh Rashid dan oleh perang yang berkepanjangan. Laila berhasil meyakini Mariam bahwa mereka harus berani bersikap untuk keluar dari semua kemelut itu, mencari kehidupan yang lebih baik di luar Afghanistan. Menggapai seribu mentari surga. Meski untuk itu, Mariam harus menebusnya dengan hukuman mati yang harus ditanggungnya.
 
Mariam dan Laila adalah adalah tokoh sentral dalam novel A Thousand Splendid Suns (Seribu Mentari Surga) karya penulis asal Afghanistan Khaled Hosseini.  Novel ini merupakan novel kedua Hosseini yang menjadi best seller internasional setelah novel pertamanya The Kite Runner yang fenomenal dan berhasil terjual 8 juta kopi di seluruh dunia. The Kite Runner bahkan sudah diangkat ke layar lebar dan memenangkan berbagai penghargaan, sama seperti bukunya. reviewnya di sini 

Film The Kite Runner yang begitu menyentuh hati, yang sebenarnya membuat saya penasaran untuk membaca karya Hosseini lainnya, A Thousand Splendid Suns. Dan ternyata, kehebatan Hosseini menulis plot dan merangkainya dalam jalinan kisah, berhasil memaksa saya membaca novel itu dalam setiap kesempatan, bahkan membawa novel yang lumayan tebal itu ke dalam tas saya, agar bisa dibaca di bis dalam perjalanan menuju kantor.

Sebagai penulis, Hosseini mampu menciptakan emosi pembacanya lewat karakter,  dialog tokoh-tokohnya serta rangkaian peristiwa yang ia jalin dalam satu cerita utuh. Bukan cuma itu, Hosseini juga memberikan gambaran keindahan alam Afghanistan, tentang kehidupan multi etnis masyarakat Afghan, budaya patriarki dan memahami konflik panjang yang telah melululantakkan hampir seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakatnya.

Novel A Thousand Splendid Suns adalah sebuah novel tragedi kehidupan perempuan Afghanistan yang menjadi korban tradisi dan korban kecamuk perang yang tiada henti di negeri itu.  Berlatar belakang Afghanistan sebelum masa invasi Soviet sampai masa kekuasaan Taliban, dilanjutkan dengan masa  agresi pasukan koalisi AS ke negeri itu, pasca serangan 11 September 2001.

Seperti The Kite Runner, benang merah A Thousand Splendid Suns bercerita tentang persahabatan, cinta sejati dan pengorbanan anak manusia untuk memberi arti dalam kehidupannya. Hosseini begitu kreatif mengangkat tema ini dalam sebuah cerita novel yang menyentuh, menegangkan, mengharukan dan tragis sekaligus membuka mata hati kita bahwa perang hanya menyisakan kehancuran, duka dan penderitaan. Bahwa masih banyak kaum perempuan yang termarginalkan dan direndahkan martabatnya karena tradisi yang mengatasnamakan ajaran agama.