Monday, December 14, 2009

Catatan Kecil Untuk Seorang Sahabat


Saat berangkat menuju Villa Q'za sepekan (5-6 Desember)yang lalu, perasaan saya biasa-biasa saja, kecuali rasa senang bakal ketemu lagi dengan teman-teman seperjuangan sewaktu masih di Pro2 dulu. Saya satu rombongan dengan Pak Yan , Erik dan Budi menuju ke lokasi "temu kangen" yang berada di puncak Gunung Salak, Bogor di atas ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut.


Tapi, begitu tiba di villa dan bertemu dengan teman-teman lainnya, perasaan aneh itu mulai muncul tiap kali melihat sosok Pak Yan, yang akhir pekan itu kelihatan bahagia betul karena keinginannya untuk mengumpulkan teman-teman Pro2 nya di Villa Q'za akhirnya terwujud. Yah, Pak Yan lah yang paling semangat untuk mewujudkan reuni itu dan kekeuh pengen ngadain reuninya di Villa Q'za.

Entahlah, setiap kali selintas melihat sosok Pak Yan, tiba-tiba perasaan itu muncul. Perasaan bahwa Pak Yan akan pergi untuk selama-lamanya dan untuk itu ia mengumpulkan teman-temannya di Villa ini. Tapi perasaan itu saya tepis meski selalu muncul dan muncul lagi setiap kali saya melihat sosok Pak Yan selama berada di villa. "Gak boleh ah, ngeduluin Tuhan," kata saya dalam hati, apalagi ketika itu, air muka pak Yan selalu keliatan ceria.

Hampir seminggu kemudian, tepatnya pada hari Sabtu (12/12/2009 ) dinihari, saya cuma bisa terpaku tak percaya membaca sms bertuliskan "Pak Yan dah enggak ada ...". Padahal baru Jumat siang, saya mendapat kabar Pak Yan masuk ICU RS Persahabatan.

Membaca sms Sabtu dinihari itu, saya kembali teringat perasaan aneh saat di villa kemarin. "Ya, Allah ... ternyata firasat itu benar. Engkau panggil sahabat kami untuk selama-selamanya. Innalillahi wa innaillaihi roji'un ..." bisik saya dalam hati.

Menurut isteri almarhum, Pak Yan menghembuskan napas terakhir karena serangan jantung.


Saya mengenal Yan Asril (dulu saya biasa memanggilnya Bang Yan) sejak beliau bergabung dengan Pro2 FM sebagai kontributor untuk laporan arus lalu lintas, kemudian ditugaskan untuk ikut meliput berita. Meski usianya sudah diatas 50 tahun, sosok Pak Yan yang juga aktif di ORARI ini, saya kenal sebagai pribadi yang selalu bersemangat, rendah hati, tidak banyak protes, siap membantu siapa saja, kooperatif dan selalu berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.  Saya masih ingat, waktu di Pro2 dulu, sering nebeng vespa nya Pak Yan ke lokasi liputan.

Reuni di villa Q'za kemarin ternyata menjadi pertemuan terakhir kami dengan Pak Yan. Beliau ibarat bapak, sahabat, perekat tali silaturahmi bagi kami semua yang ikut ke villa kemarin. Selamat jalan sahabat kami, beristirahatlah dengan tenang di sisiNya ...doa kami menyertaimu . Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi kekuatan dan ketabahan oleh Allah Swt.

catatan:

dan hari sabtu kemarin (12/12) menjadi hari yang kontras, menghadiri funeral dan wedding dalam satu hari yang sama. begitulah kehidupan berjalan. kematian, kelahiran dan pernikahan silih berganti. Subhanallah, Allahu Akbar.


4 comments:

  1. bukan di puncak, tapi di lerengnya kali len.

    innalillahi wainna ilaihi rajiun. katanya, 40 hari sebelum meninggal, seseorang itu jadi "beda". wallahualam.

    ReplyDelete
  2. yah, mungkin masih di lerengnya mas tian ...

    soal 40 hari itu, katanya sih begitu, wallahualam ...

    ReplyDelete
  3. innalillahi wainna ilaihi rajiun, turut berduka mba

    ReplyDelete
  4. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.. Turut berduka..

    ReplyDelete