Monday, December 28, 2009

Gaza Tak Pernah Sendiri


"We will not go down

In the night, without a fight
You can burn up our mosques
and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight ..."

Itulah sebagian bait lagu "We Will Not Go Down" yang ditulis musisi
AS keturunan Suriah, Michael Heart tahun 2008 lalu, untuk warga Jalur Gaza yang ketika itu dibantai dengan keji oleh pesawat-pesawat tempur Zionis Israel.

Ya, setahun yang lalu, antara akhir Desember sampai Januari 2008, masyarakat dunia menyaksikan bagaimana mesin-mesin pembunuh militer Israel membombardir wilayah Gaza dan membantai penduduknya yang ta
k berdosa. Israel menggelar "Operasi Cast Leads" dengan dalih memberangus gerakan Hamas yang menguasai wilayah itu sejak tahun 2007. Hamas adalah faksi perjuangan di Palestina yang gencar melakukan perlawanan terhadap penjajahan dan kebiadaban Zionis Israel di Palestina.

Sebelum menggelar operasi brutal itu, Israel sudah setahun memberlakukan isolasi terhadap Jalur Gaza yang berpenduduk 1,5 juta jiwa. Israel menutup semua perbatasan dengan Gaza, warga Gaza tidak diijinkan keluar masuk perbatasan, membatasi pasokan makanan dan obat-obatan, memutus aliran listrik ke Gaza dan pembatasan lainnya yang menyebabkan krisis kemanusiaan paling buruk di Gaza.

Dalam kondisi tidak berdaya akibat blokade itulah, Israel menggempur Gaza tanpa ampun, membunuh warga sipil tak berdosa dan tak bersenjata, bahkan petugas medis dan wartawan ikut menjadi korban keganasan
tentara-tentara Zionis. Sekitar 1.400 warga Gaza gugur syahid dalam pembantaian itu, termasuk anak-anak dan kaum perempuan, dan ribuan orang lainnya luka-luka dan cacat tubuh.

Setahun sudah tragedi kemanusiaan itu berlalu. Luka dan trauma war
ga Gaza belum lagi sembuh. Blokade Israel pun masih berjalan yang membuat warga Gaza makin menderita, mereka bukan cuma kesulitan makanan, air bersih, listrik dan obat-obatan, tapi juga kesulitan mendapatkan bahan bangunan untuk membangun kembali rumah mereka yang hancur oleh bom-bom Israel.



Tapi Gaza tak pernah sendiri. Di bagian dunia ini masih ada umat manusia yang memiliki hati dan kepedulian pada sesamannya. Itulah yang menggerakan aktivis-aktivis kemanusiaan di berbagai negara untuk menggalang aksi kemanusiaan dan solidaritas terhadap warga Gaza bulan Januari mendatang dengan menggelar aksi long march "Freedom Gaza March" di Jalur Gaza. Sekitar 1.000 aktivis dari 42 negara akan berpartisipasi dalam aksi yang bertujuan untuk menekan Israel agar mengakhiri blokadenya terhadap warga Gaza. Mereka adalah notabene orang-orang bule dan non-Muslim yang menunjukkan kepeduliannya yang besar pada warga Gaza.

Tapi apa lacur, negara Muslim bernama Mesir justeru ingin menggagalkan aksi damai tersebut. Mesir sengaja menutup perbatasan Rafah, satu-satunya pintu gerbang yang menjadi akses ke Jalur Gaza dan melarang masuk sebagian aktivis perdamaian yang sudah berkumpul di Kairo.

Sekarang, para aktivis itu membuka tenda di depan kantor perwakilan PBB di Kairo dan melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes atas sikap pemerintah Mesir. Mereka berharap PBB menekan Mesir agar mengijinkan mereka masuk ke Gaza dan bisa menggelar aksi solidaritas "Freedom Gaza March" bulan Januari 2010 mendatang.

Subhanallah, selayaknyalah kita yang muslim bercermin pada kepedulian mereka yang sampai rela melakukan mogok makan demi menunjukkan simpatinya pada warga Gaza. Bahkan mungkin rela mengorbankan acara tahun barunya, demi Gaza. Bagaimana dengan kita ?

"We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques
and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight ..."

No comments:

Post a Comment