Thursday, February 26, 2009

"Burung Apa Itu ... ?"

Suatu pagi yang cerah, seorang ayah yang sudah mulai beranjak tua dengan seorang puteranya yang telah dewasa, sedang duduk-duduk di kursi taman depan rumah mereka. Puteranya asyik membaca koran, sedangkan sang ayah menikmati sinar matahari pagi yang hangat sambil memperhatikan sekitar taman yang ditumbuhi berbagai tanaman hijau.

Tiba-tiba, si ayah melihat burung kecil hinggap di sebuah pohon bunga sambil bercericit riang. Sang ayah lalu bertanya pada puteranya yang sedang membaca koran. "Burung apa itu?". Si anak menoleh sebentar dan menjawab "burung gereja."


Burung kecil itu terbang mengitari pohon dan hinggap lagi. Sang ayah bertanya lagi,"Burung apa itu?". Kali ini tanpa menoleh dan dengan suara datar si anak menjawab "sudah saya bilang ayah, itu burung gereja."

Si ayah diam dan tetap memperhatikan burung kecil itu. Sekarang burung kecil itu hinggap di tanah tak jauh dari tempat ayah dan anak itu duduk. Sekonyong-konyong, si ayah bertanya lagi, "Burung apa itu?". Si anak yang sedang baca koran nampaknya terganggu dengan pertanyaan ayahnya yang berulang-ulang. Dengan kesal dikibaskannya koran itu. Sambil menatap tajam wajah ayahnya, si anak dengan nada agak tinggi berkata, "Ayah, itu burung gereja! burung ge-re-ja !"

Si ayah terlihat kaget dengan nada suara anaknya. Tapi ia tetap tenang dan kembali menga
lihkan pandangannya pada si burung kecil yang masih riang bercericit. Si anak kembali membaca koran.

Tak lama kemudian, burung kecil itu terbang dan hinggap di atas dahan sebuah pohon. Si ayah menengadah, memperhatikan burung itu dan bertanya lagi, "Burung apa itu?".

Kali ini, anaknya benar-benar kesal mendengar pertanyaan ayahnya yang itu-itu lagi. Ia bukan cuma berteriak tapi membentak ayahnya, "Kenapa sih Ayah
bertanya terus! Kan sudah saya bilang itu burung gereja! Tidakkan ayah mendengar kata-kata saya!"

Sang ayah terpana menatap anaknya yang marah. Ayah dan anak itu saling bertatapan untuk beberapa detik. Si ayah menatap anaknya dengan takjub, sementara si anak menatap ayahnya dengan pandangan kesal. Lalu, si ayah beranjak dari duduknya. Si anak ternyata belum hilang kekesalannya.

"Ayah ... Ayah ... Ayah mau kemana?! Ada apa Ini! " kata si anak sambil berusaha meraih tangan ayahnya agar duduk kembali. Tapi si ayah dengan halus memberikan isyarat dengan tangannya agar anaknya duduk saja dengan tenang dan meneruskan bacaan korannya. Ada sedikit rasa menyesal di hati sang anak, karena terlalu bersikap kasar pada ayahnya yang sudah tua. Tapi ia kembali membaca korannya, tanpa berusaha mengejar ayahnya untuk minta maaf.

Beberapa menit kemudian, ayahnya kembali dan duduk disampingnya sambil menyodorkan sebuah halaman buku tulis. Sepertinya sebuah buku harian. Sebelum kebingungan anaknya terjawab, sang ayah dengan tenang menyuruhnya membaca tulisan yang ada di halaman buku itu. "Bacalah dengan keras," kata si ayah dengan suara berwibawa.

Dengan raut wajah yang masih bingung, Anak itu lalu membaca baris demi baris kalimat yang tertulis dalam buku itu.

"Hari ini aku dan anakku yang baru beberapa hari lalu merayakan ulang tahunnya yang ketiga, bermain di taman. Tiba-tiba seekor burung gereja hingga di depan kami. Anakku melihat burung itu dan bertanya, "Ayah, itu apa?" Anakku mengulangi pertanyaan itu sampai 21 kali dan sebanyak 21 pula aku menjawabnya tanpa merasa bosan. Aku memeluknya setiap kali ia menanyakannya, dengan rasa kasih sayang yang begitu besar pada anakku yang masih lugu itu ..."

Sampai disitu, si anak menghentikan bacaannya. Ia seperti sadar atas perbuatannya tadi. Ketika ia kecil, ayahnya begitu sabar menjawab semua pertanyaan-pertanyaannya, pertanyaan khas anak balita yang sering diulang-ulang, tanpa pernah menjawabnya dengan amarah. Tapi hari ini, balasan apa yang ia berikan pada ayahnya yang telah begitu menyayanginya? Ia menjawab pertanyaan ayahnya dengan sikap tak acuh, bahkan membentak ketika ayahnya menanyakan pertanyaan sama berulang-ulang, tanpa menyadari bahwa ayahnya kini sudah beranjak tua.

Si anak tergugu bisu. Menyesali sikapnya yang tidak sabar terhadap orangtuanya. Setetes air mata jatuh. Tak kuat menahan tangis, si anak lalu mencium dan memeluk ayahnya dengan kuat seolah meminta maaf atas perilakunya yang tak pantas. Si ayah mengelus bahu anaknya dengan penuh kasih sayang dan tersenyum.

***diambil dari video yang di posting ummi Ali
 (makasih ya ... ummi )

Ada Apa Dengan Facebook?


di beberapa postingan multiply, saya masih menemukan tulisan-tulisan tentang facebook, yang berisi informasi bahwa pemilik situs jaringan pertemanan ini adalah orang Yahudi yang kabarnya pro-Zionis dan ikut mendanai perang di Gaza. oleh sebab itu siapapun yang peduli dengan perjuangan rakyat Palestina melawan Israel, sebaiknya tidak menggunakan facebook atau yang sudah punya account di facebook, bagusnya di tutup ajah. semangatnya sih positif, sejalan gerakan boikot produk Zionis sebagai bentuk dukungan kita pada perjuangan rakyat Palestina.


saya punya account di facebook dan saya sangat mendukung gerakan boikot produk Zionis. tapi saya tidak akan menutup account di facebook. loh koq gituh? boikotnya enggak konsisten donk?  yah, saya sih menyerahkan penilaiannya pada khalayak saja. tapi saya punya pertimbangan bahwa seandainya facebook memang pro Zionis Israel, saya bisa menggunakan facebook untuk melawan balik Zionisme Israel. apalagi saya tidak perlu mengeluarkan dana untuk menggunakan facebook. jadi saya enggak rugi apa-apa malah mendapat wadah untuk melakukan gerakan moral mendukung rakyat Palestina.

caranya ... facebook bisa digunakan untuk menyebarluaskan kampanye anti-zionisme, kampanye boikot produk israel, mengupload foto-foto kekejaman israel di Palestina (selain foto narsis tentunya), menyebarluaskan berita tentang kekejian israel di Palestina dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan di facebook untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina, sampai Palestina benar-benar menjadi negara yang merdeka.


emang ngefek? saya yakin pasti ada efeknya. karena saya selalu percaya hak-hal yang besar biasanya terjadi dari hal-hal yang kecil. tinggal pintar-pintarnya kita menggunakan media yang ada ...

dan hari ini, saya mengupload foto-foto kekejian tentara Israel di Palestina di facebook, mudah-mudahan menjadi kontribusi kecil atas dukungan saya pada perjuangan rakyat Palestina dan perlawanan terhadap kejahatan kemanusiaan, penindasan dan penjajahan sebuah bangsa terhadap bangsa lain.

sok atuh yang mau lihat foto-fotonya, bagus kalau mau membantu menyebarluaskan, di www.facebook.com



Tuesday, February 24, 2009

Pedesnya Gak Seberapa, Baunya Itu ...


waktu menunjukkan pukul 15.00


baru selesai makan siang ... karena menunya pecel ayam, jadi makannya pake tangan (sejak kapan makan pake kaki?), maksudnya gak pake sendok biar lebih nikmat. memang benar-benar nikmat sih  ... meski sambelnya kurang pedes (menurut saya).

selesai makan siang, cuci tangan pake sabun ... (pengennya sih cuci kaki juga terus bobo tapi apa daya ...)  buruh harus kerja lagi.


tapi ... hmmm koq ada bau-bau yang enggak sedap yah. jangan nuduh dulu, bukan bau k*****t loh ... pas cium tangan ... lah ini dia, sisa bau sambel pecel ayam. parahnya, tangan kiri ikut kena baunya , padahal makannya cuma pake tangan kanan.

 Itu sambel, pedesnya gak seberapa, bau (terasi) nya koq ya gak ilang-ilang .  Dicuci pake apa yah?

gambar pinjem disini

Monday, February 23, 2009

... my little mujahidah ...



my little mujahidah


the words seem not enough
to describe ...
how wonderful you are
before my eyes ...

you bring gladness
in my sadness
you put a smile
in my restlessness
you give hopes
in my hopelessness
you send loves
in my emptiness

my little mujahidah

let the flower bloom
let the rain pour
let the wind blow
let the rainbow arch
let the moon radiant
let the stars sparkle
let the sun shine
let the them all know

that you are
my little mujahidah
who will conquer the world
with your affection
with your noble heart
with your pride on your faith
and your deen
... Insya Allah ...

(dedicated to my nieces salma and aisyah)

Friday, February 20, 2009

Happy Palestine's Day

.... again, a very interesting cartoon by Majid Badra, a well-known Palestinian cartoonist. while many people in the world celebrated Valentine's Day, he spread a peaceful message  "Palestine's Day" to support Palestinians. a very creative and genius work, i really love it and i will share his cartoon for everybody who cares ...




Majid's site: www.majedbadra.net


Thursday, February 19, 2009

... QuoTe of the DaY...




... Bismillahirohmanirohim ...


Meditation in God is my capital.
Reason and sound logic are the root of my existence.
Love is the foundation of my existence.
Enthusiasm is the vehicle of my life.
Contemplation of Allah is my companion.
Faith is the source of my power.
Sorrow is my friend.
Knowledge is my weapon.
Patience is my clothing and virtue.
Submission to the Divine Will is my pride.
Truth is my salvation.
Worship is my habit.
And in prayer lies the coolness of my eye and my peace of mind.
 
***ascribed to Ali (radiAllahu anhu)***



Jummah Mubarak and happy weekend to you all
with the blessing of Allah


Wednesday, February 18, 2009

Seandainya Saya Hillary Clinton

Semalam saya sempat menyimak pidato Hillary Clinton yang ditayangkan stasiun televisi Metro TV. Melihat penampilan dan gayanya bicara, patut diakui Mrs Clinton adalah sosok perempuan yang cerdas dan politisi yang handal. Sepanjang pidato, bibirnya lancar terkendali menyampaikan berbagai hal yang ingin diungkapkannya pada hadirin. Ia bahkan bisa menyelipkan pernyataan-pernyataan yang membuat hadirin tertawa dan tidak sedetik pun ia terlihat 'mikir' sejenak apa kalimat selanjutnya yang akan ia sampaikan.  Intinya, gayanya berpidato yang seperti sedang kampanye itu enak dilihat, enak didengar termasuk gerak tubuhnya, yang tidak cuma berdiri tegak sambil membaca naskah seperti kebanyakan pejabat pemerintah kita saat memberikan keterangan atau berpidato di atas mimbar, membuat orang tertarik dan betah menyimak 'omongan' Hillary.

Pidato Hillary semalam di Gedung Arsip Nasional memang membuat hati bangsa Indonesia berbunga-bunga, dengan segala pujian yang dilontarkan Hillary atas 'kemajuan' yang dicapai Indonesia. Tapi malam itu, beberapa kali saya tersenyum kecut (bisa juga dibilang sinis) mendengar pernyataan-pernyataan Hillary.

Misalnya saja ketika Hillary menyatakan komitmen AS untuk membantu pembangunan di Indonesia terutama fasilitas-fasilitas kesehatan dan sosial. Betapa pede nya Hilarry mengatakan itu, padahal pemerintah AS sendiri sekarang lagi pontang-panting menyelamatkan rakyatnya dari kemiskinan dan dari ketiadaan akses terhadap kesehatan dan jaminan sosial, akibat krisis keuangan yang melanda Negeri Paman Sam itu.

Begitu pula ketika Hillary menyinggung bahwa pemerintah Indonesia harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Secara gitu loh,  saat ini, pemerintah AS sendiri tidak bisa menanggulangi PHK besar-besaran yang terjadi negerinya akibat krisis global.

Yang tak kalah mirisnya, saat Hillary ngomong panjang lebar tentang penegakkan demokrasi dan HAM. Padahal dia sendiri adalah salah satu pejabat AS yang mendukung invasi AS ke Irak. Buat Hillary, invasi negaranya ke sejumlah negara seperti Irak dan Afghanistan serta sikap keras kepala AS yang ingin menghentikan proyek nuklir Iran mungkin bentuk demokrasi ala Amerika yang sedang ia banggakan.

Mendengar pidato Hillary semalam, saya cuma bergumam "Amerika Serikat ternyata belum berubah". Pujian-pujian Hillary pada Indonesia terdengar manis tapi mengandung bisa. Saya cuma berharap, pemerintah Indonesia tidak terbuai dengan segala pujian itu dan bisa menunjukkan diri sebagai negara yang bermartabat dan mandiri.

Seandainya saya Hillary Clinton, saya akan berterus terang bahwa AS kini sedang dalam kesulitan besar, AS sedang mengalami kemunduran dalam berbagai lini kehidupan, AS salah telah melakukan agresi dan menimbulkan kekacauan di negara lain, dan AS dibawah pemimpin yang baru ingin bertobat, setobat-tobatnya ...  karena sebagai pejabat negara yang katanya paling demokratis di dunia, saya harus jujur pada Anda semua, ya gak sih ...


Tapi sayang, saya bukan Hillary Clinton ....

"Contest 2" and The Life of British Muslims


I think Muslim in Britain will face more pressures and their life will me more tougher as British government finalized their new counterterrorism strategy with code name "Contest 2".  This strategy widen the extremist definition to those who hold views that clash with what the government defines as shared British values.


According to a draft of "Contest 2" British Muslims will be considered as extremist if they :

1.promote syariah

2 say that homosexuality is a sin
3.advocote caliphate
4.believe in concept about jihad
5.support the right of Palestinian to fight against the Israel's occupation of their land

6.failing to condemn the killing of British soldiers in Iraq or Afghanistan

I wonder how can British government make such catagories for extremism. The strategy seems not to counter terrorism but t
o alienate almost two millions Muslims in the country who repeatedly complained of maltreatment by police for no apparent reason other than being Muslim.




Hope British government will review their new strategy and invite Muslim figures to discuss it before it puts into effect next month or Muslims will again and again become a target of an unfair and unilateral policy made by western countries. However, Britain needs much support from Muslim society to fight against extremism.

souce: islamonline

Monday, February 16, 2009

Wonderful Weekend at Jagabita Village




 



Better Late (posting) then never ...

Multiply Indonesia- a blogger group of multiply user-launched public health services to poor-living condition comunity in Jagabita village which is located in a remote place in western part of West Java Province last saturday. It was an annual offline-event of multiply-blogger community.


Some thirty multipliers, doctors and dentists got involved as volunteers in this social activity. We gave free health services, including medicines and medical consultation for more than 400 inhabitans in Jagabita village. We also distributed healthy foods and some aids such as clothess, stationary and books for children there.

The people in Jagabita according to local volunteer lack of accsess for health sevices as the Community Health Center  there is only giving healthcare treatment every once in a week. it's very ironic as the place though located in remote area actually not far from capital city and easy to reach out.

i personally admired all the multipliers who spiritfully and volunterily arranged and created this event. i am happy to know those wonderful people whose admireable social awareness. keep good works guys !



Tuesday, February 10, 2009

A Beautiful Gift From Canada











i am s
peechless to see what before my eyes when i open a gift from my friend, Sis Maryam in Canada. before that, i received a letter from Fatmawati Post Office on Saturday last week, asked me to take the package sent from abroad, it comes when i feel maybe it has gone anywhere in the world cos it has been months since my friend, Sis Maryam  told me that she send it to me.

so i think the package really has done a very long jou
rney cos it took almost five months to arrive in my country ... but alhamdulillah, finally it comes save and sound ...

i took that packet from Post Office yesterday on my way to work. i keep it cos it's impossible for me to open it at my office. nevertheless , i fell asleep last night when i got home so i opened that packet this morning ...

when it's disclosed ...

there two small package with beautiful wrapping and ... subhanallah  ... a letter with handwriting.  i read the letter frist and  i am so touched when i read that short letter for i am feeling more than beautiful long distance friendship but i am feeling a very strong relationship. i did'n know what to say after i read it and hold the letter in my hand still do not believe that it all happened ...




for sister Maryam thank you so much for everything, for the gift you have sent me and most of all for the friendship you have given to me ... thank you to  bring me closer to Allah. hugs and hugs.

*yang kemarin penasaran, dah gak penasaran lagi kan ...

Monday, February 9, 2009

Akhirnya Datang Juga !


setelah menunggu lamaaaa ... banget, akhirnya paket itu datang juga. tadinya saya pikir paketnya nyasar kemana gituh dan enggak bakal sampe.


alhamdulillah, pagi tadi ke kantor pos Fatmawati buat ngambil paketnya dengan sambutan sumringah dari petugas kantor pos. bayar biaya administrasi 5.000 rupiah saja, paket pun bisa dibawa pulang.

dari siapa dan apa isinya sih? saya juga belum liat isinyah ... gak mungkin kan kalo bongkar-bongkar paketnya di kantor. jadi  bersambung besok yah ... hehehe

*lebayyy dot com

Sunday, February 8, 2009

Sehari Bersama Ummi Nadia Mousa Abu Marzuk

Jumat malam, ditelpon sama Mbak Atie, temen kerja di kantor. Nawarin, mau ikut ke Bandung enggak nemenin tamu dari Palestina karena kebetulan tamunya perempuan. Kebetulan Sabtu enggak ada acara kemana-kemana, saya iyakan ajakan itu.

Akhirnya Sabtu pagi, di tengah hujan lebat kami bertemu dan langsung menuju tempat menginap tamu dari Palestina itu di hotel Sultan. Saat itu saya masih blank, dengan tamu dari Palestina ini, yang saya tahu namanya Nadia, istri salah seorang petinggi Hamas. that's it. Ummi Nadia, begitu saya memanggil beliau setelah bertemu, akan ke Bandung menghadiri acara yang tentu saja berkaitan dengan Palestina.  

Agak suprise juga ketika saya tahu bahwa Ummi Nadia ini ternyata istri dari Mousa Abu Marzuk, ketua biro politik Hamas setingkat sekjen.Buat orang lain mungkin enggak ada istimewanya, tapi buat saya bertemu dengan anggota keluarga Abu Marzuk setengah tidak percaya. Saya yang hampir setiap hari bergelut dengan berita Palestina, sering mengetikkan nama Abu Marzuk dan memuat fotonya untuk keperluan berita. Tapi hari itu, saya bertemu langsung dengan istri dan putera beliau bernama Muhammad. Subhanallah, hidup memang terkadang penuh kejutan.  

Sehari bersama Ummi Nadia, saya jadi lebih tahu bagaimana kehidupan sebuah keluarga pejuang Palestina, terutama Hamas yang bersama jutaan rakyat Palestina lainnya terusir dari tanah airnya sendiri akibat penjahahan Israel. Mereka tidak diizinkan pulang ke tempat kelahiran mereka di Palestina. Saya kagum dengan keluarga Ummi Nadia yang well-educated dan memengang teguh ajaran Islam.

Ummi Nadia juga mengungkapkan kisah-kisah keajaiban yang dialami rakyat Palestina dalam melawan penjajahan dan penindasan Israel yang tidak banyak diketahui dan diungkap media massa. "Semuanya karena pertolongan Allah, Al-Quran adalah sumber kekuatan kami," begitu kata Ummi Nadia yang juga menceritakan bagaimana cara dan taktik perjuangan Hamas serta kecanggihan mereka membuat terowongan-terowongan di bawah tanah. Tentu saja ada bagian-bagian yang off the record demi keselamatan dan keamanan para pejuang di sana.     

Sehari bersama Ummi Nadia, meninggalkan kesan tersendiri buat saya. Membuat saya berintrospeksi dan mengukur diri bahwa segala kesulitan dan ujian yang saya alami, enggak ada seujung kuku pun jika dibandingkan dengan ujian dan kesulitan yang dialami rakyat Palestina di bawah keganasan rezim Zionis Israel, terutama kehidupan para perempuan dan istri-istri pejuang, yang membuat saya termotivasi untuk lebih menebalkan iman, lebih mendekatkan diri dan berserah diri pada Illahi.

Dukungan kita terhadap perjuangan rakyat Palestina tidak cukup hanya dengan aksi unjuk rasa atau boikot produk AS-Zionis saja, tapi harus disertai dengan keimanan dan ketaqwaan yang tinggi. Karena dengan keimanan dan ketaqwaan itulah, Allah akan mengabulkan doa-doa kita untuk rakyat Palestina.  

terima kasih Ummi, buat semua inspirasi dan pengalaman yang telah dibagi ... sehingga pagi ini, ibarat batere yang baru di-charge saya melangkahkan kaki dengan semangat lagi ...  

selengkapnya laporan perjalanan dengan Ummi Nadia saya tulis disini:
www.eramuslim.com     

Thursday, February 5, 2009

Jumah Mubarak, Quote of The Day


A friend cannot be considered a friend until he is tested in three occasions: in time of need, behind your back, and after your death.


-Ali ibn abi Talib (radiAllah anhu)-


best wishes
and
happy weekend
to all of you



From Turkey to Palestine

Turkish again show their solidarity to Palestine. Last week, Prime Minister Recep Tayyib Erdogan walked out of Davos Forum on heated debate with Shimon Peres-Israel's President-on Israel's onslaught in Gaza and Erdogan called Peres "killer" before walk out of the debate forum aired on television. Because of his decisive position on Israel, Erdogan given a hero's welcome when he returned home last Friday.

And now, after Erdogan, Ibrahim Dagasan, a midfielder of Sivasspor's football team show his support to Palestine by placing the Palestinian flag in the middle of a football stadium in Sivas, Central Turkey after his team beat Galatasaray in the quarter final of the Turkey Cup.


Some spectators chanted: "Damn Israel" to see Dagasan's action but he then raised a finger to his mouth, gesturing for them to be silent. One of Dagasan's team mates is the Israeli forward Pini Balili.

Source: Al-Arabiya

Tuesday, February 3, 2009

Hangatnya Kopi Belgia

I believe humans get a lot done, not because we're smart,
but because we have thumbs so we can make coffee.
Be a coffee-drinking individual - espresso yourself!


alhamdulillah, akhirnya kesampean juga merasakan kopi Belgia. sebetulnya udah lama banget pengen nyobain ngopi di Mikko Coffee, sejak kedai kopi itu dibuka di Sarinah Thamrin. Kalau dilihat dari brand tag nya sih,  kedai coffee ini menawarkan kopi khas Belgia.

kebetulan semalem habis nonton di kawasan Thamrin, janjian sama temen yang rumahnya searah pulang bareng. karena laper, sempet makan sate padang sama teh manis panas dulu di jalan sabang, turs meluncur ke Mikko Coffee.

kedainya kopinya sih enggak gede-gede amat, relatif kecil malah, tapi dua lantai. di lantai dua kayaknya smoking area. jadi kita milih duduk di bawah aja. karena sudah jam 10-an, kedai sudah agak sepi. jenis kopi yang ditawarkan di kedai ini sebetulnya standar, hampir sama dengan kedai-kedai kopi pada umumnya, ada espresso. capucino, dll. cuma, uniknya, di Mikko Coffee kita bisa milih yang berkafein (classic) atau yang tidak berkafein (decaffein). padahal apa enaknya yah coffee, tanpa kafein . tapi malam itu saya milih hot coffee yang non-kafein.

gak berapa lama, pesenan datang. srrrrrupppp ... hmmm, terasalah sensasi rasa kopi yang hangat, cocok buat menghangatkan tubuh karena cuaca malam itu yang agak mendung, dingin dan berangin. biarpun enggak berkafein, tapi menurut saya sih rasanya sama saja dengan kopi-kopi berkafein, tetap rasa kopi. lumayan, rasa kopinya enggak mengecewakan koq. so bisa jadi pilihan buat mereka yang takut cafein tapi seneng ngopi.

jadilah malam itu, kita ngobrol ngalor ngidul dari soal langganan internet sampe soal hamas dan hizbullah ditemani segelas kopi panas tanpa kafein ..... kapan-kapan balik lagi ah ...




Everybody should believe in something. 
I believe I'll have another coffee. 

~Author Unknown

CBS 60 Minutes, Exposing Israeli Apartheid

Percayakah Anda ada orang yang dipenjara dalam rumahnya sendiri? Kunci rumah disita, sehingga untuk keluar masuk dari rumah mereka sendiri pun harus minta ijin,  tidak bisa leluasa bergerak di dalam rumah sendiri, diawai bahkan dilarang bicara pada orang asing.

Itu semua bukan kejadian dalam sebuah film, tapi benar-benar terjadi dalam dunia nyata, di Palestina. Progam 60 Minutes yang ditayangkan jaringan televisi CBS di bawah ini, membuktikan adanya kebijakan apartheid dan diskriminasi yang diterapkan rezim zionis Israel terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan di Tepi Barat.

Selain membangun tembok pemisah, Israel kerap mengerahkan tentara-tentaranya untuk merampas kebun-kebun, tanah dan rumah-rumah milik warga Palestina. Para tentara itu bahkan dengan seenaknya bisa masuk dan menduduki rumah keluarga Palestina. Mereka merampas kunci rumah, tinggal di dalamnya, tidur dan menggunakan telepon seenaknya.

Tayangan ini disiarkan CBS pada hari Minggu, 25 Januari kemarin, hasil laporan korespondennya Bob Simon, seorang Yahudi yang tinggal di luar kota Tel Aviv dan diproduksi oleh Robert G. Anderson.

Rekaman tayangan ini disebarluaskan kembali oleh Gaza Justice sebuah gerakan kampanye untuk mengkonter pemberitaan media massa yang tidak imbang atas apa yang dialami rakyat Palestina dibawah penjajahan Israel dan untuk mendorong para jurnalis agar mengekspos kejahatan dan kebijakan apartheid yang diterapkan Israel terhadap rakyat Palestina.

Nah, ingin tahu seperti apa diskriminasi dan kebijakan apartheid yang dilakukan rezim zionis Israel terhadap rakyat Palestina, khususnya di Tepi Barat, simak saja dalam tayangan 60 Minutes dibawah ini.



Watch CBS Videos Online: http://action.gazajustice.org


Gaza New Alphabet , A for Apache, B for Blood


Many Gaza children, are developing a new vocabulary based on the atrocities they witnessed during the 22-day Israeli onslaught.


Shaimaa, for example, a 10-year-old elementary
student in Gaza has a complete vocabulary of the alphabet collection written in her notebook. Shaimaa wrote "A" not for Apple but for Apache, "B" not for Ball but for Blood, "C" for Coffin and "D" for Destruction or Death, etc.




A kindergarten teacher in Gaza, Amal Yunis admitted that many children in her class are also using the sa
me words with Shaimaa used in her alphabet vocabularies.

One day, when she taught her class, Yunis put the colourful pictures of apple, flower and rabbits to cheer the kids. And then she asked, "Kids, who knows a word that start with 'F'?" One of the kids named Amgad immediately ans
wered,"I know Miss. F, it's for F-16."

Amgad's answer make Yunis very surprised. She tried to explain that the right answer is "Flower" but she failed. Instead of taking her explanation, the kids gave her anoth
er various answers for the words starting with "F" such as Fear, Flee and Fire.




Fadl Abu Hayen, director of the Center for Social Rehabilitation and Crisis Management said that children's new vocabulary reflect their horrible experiences during the-22 days of Israel's brutal agression. "They forgot all about joy, fun and peace. They only talk about war, blood and death," he said.

Now, almost all chilren in Gaza seem to speak a new languange of war, bombardment and death. A 6-year-old Alaa Al-Shawwa does not believe anymore the bedtime stories her parents told her. She will say, "No, mom. The girl in the red dress was not eaten by the wolf. She was killed by the Israelis."

excerpted from Islamonline


Sunday, February 1, 2009

Let it Rain, Let It Rain, Let it Rain


when world full of heartbreaking

let it rain ...

when life full of complaining
let it rain ...

when people so hard smiling
let it rain ...

when children heavy on smiling
let it rain ...

when dreams so much fading
let it rain ...

when sleeps so often disproportionating
let it rain ...

when stars at night not blinking
let it rain ...

when the moon are not glowing
let it rain ...

when the dark clouds overshadowing
let in rain ...

when the wind go spinning
let it rain ...

when two heart become one
let it rain ...

when one heart become two
just let it rain ...





“I love walking in the rain,
cause then no-one knows I'm crying.”