Monday, November 16, 2009

[Bukan Cuma] Emak Ingin Naik Haji


Terprovokasi dengan acungan jempol teman-teman di fb buat film Emak Ingin Naik Haji (EINH), akhir pekan kemarin saya menyempatkan diri nonton film ini. Meski sebenarnya Sabtu itu kepengennya nonton 2012, tapi apa daya semua jam dan hampir semua bioskop penuh semua.


Kembali ke film EINH, tidak banyak catatan yang ingin saya tulis tentang film ini. Satu-satunya yang membuat film ini istimewa cuma ide ceritanya, yang diangkat dari cerpen penulis kondang  Asma Nadia. Selebihnya, dari sisi sinematografi, biasa-biasa saja, hampir samalah kalau saya nonton film macam FTV di televisi.

Saya belum pernah membaca cerpennya, tapi visualisasinya yang ditampilkan di layar lebar cukup membuat siapa pun yang menyaksikan film ini tersentuh melihat semangat seorang
ibu penjual kue, yang penghasilannya tak seberapa, untuk bisa menunaikan rukun Islam yang kelima itu.

EINH adalah sindiran halus buat kita. Kita yang mungkin karena memiliki kelebihan uang, bisa berangkat haji berkali-kali, bahkan setiap tahun. Entah itu untuk haji besar atau haji ke
cil (umroh). Termasuk kita, yang mungkin sebenarnya sudah mampu dari sisi finansial, tapi belum juga berniat menunaikan ibadah haji dan lebih memilih menghabiskan kelebihan uang itu untuk sekedar berwisata ke luar negeri, tapi bukan untuk beribadah ke tanah suci. Sementara, banyak orang-orang seperti emak dalam EINH, yang begitu rindu dengan tanah suci tapi belum bisa berangkat karena keterbatasan biaya.

Menyaksikan film ini, membuat saya bersyukur karena Allah Swt telah memberikan kesempatan, bahkan kemudahan bagi untuk menunaikan ibadah haji meski dengan status Abidin a
lias "atas biaya dinas". Mengalami sendiri bagaimana menjalankan haji di tanah suci dengan segala suka dukanya, sulit dipungkiri ada rasa rindu untuk selalu kembali ke sana dan saya memaklumi jika mereka yang mampu sampai berkali-kali ke tanah suci untuk melepas kerinduan itu. Kerinduan emak (EINH) adalah kerinduan saya juga dan banyak orang-orang seperti emak. Tapi saya tidak tahu, jika saya pada posisi emak, apakah saya bisa seperti emak, yang rela memberikan tabungan hajinya yang ia kumpulkan dengan susah payah untuk pengobatan cucunya yang sedang sakit.

EINH menyampaikan pesan penting tentang mak
na ibadah haji yang sesungguhnya, yaitu ketaqwaan, kesabaran dan jiwa sosial. Makna yang kadang luput dari perhatian kita, yang sudah menunaikan ibadah haji atau kita yang begitu rindu tanah suci tapi belum terwujud karena keterbatasan dana.



Dalam sebuah artikel tentang haji yang ditulis oleh H. Tutty Alawiyah AS, ustadzah kondang itu mengutip kisah seorang haji bernama Abdullah Al-Jauhary yang tahun itu sedang menunaikan ibadah haji. Saat wukuf di Arafah, Abdullah tertidur dan bermimpi melihat dua orang malaikat yang turun dari langit.

Salah satu malaikat bertanya, "Berapa banyak orang yang wukuf di Arafah tahun ini?". Malaikat yang satunya menjawab,"Hampir 600.000 ribu orang, tapi wukuf mereka tidak diterima semua kecuali enam orang saja dan setiap orang telah membebaskan hak setiap 100.000 orang."

Abdullah terbangun dan merenungkan mimpinya itu. Ia bertanya-tanya siapa enam orang yang diterima wukufnya dan menjadi haji mambrur itu. Seorang jamaah di Masjidil Haram mengatakan padanya, bahwa salah satu dari enam orang yang ia cari itu bernama Ibnu Muaffaq dan tinggal di Yaman.

Ibnu Muaffaq ternyata orang kaya yang hampir setiap tahun pergi haji tapi tidak pernah puas. Tahun itu, ketika akan berangkat ke tanah suci, mendadak istrinya yang hamil jatuh sakit dan meminta sekerat daging yang sulit dicari pada malam itu.

Di saat kebingungan, Ibnu Muaffaq mencium bau harum rebusan daging. Ia mendatangi arah bau harum itu dan mendapati seorang tua dan beberapa anak yatim sedang menunggui rebusan daging tersebut. Ibnu Muaffaq menceritakan keinginan istrinya pada orang tua itu, tapi orang tua mengatakan bahwa haram bagi istrinya makan daging yang menjadi hak anak-anak yatim itu. Ibnu Muaffaq pun dipersilakan pulang. Tapi ketika sampai di rumah, ia mendapati istrinya sudah sembuh.

Melihat kesembuhan istrinya, Ibnu Muaffaq tergugah hatinya dan memutuskan untuk menyerahkan seluruh perbekalan hajinya pada orang tua dan anak-anak yatim yang semalam ditemuinya. Allah Swt meridhai apa yang dilakukan Ibnu Muaffaq dan meski ia tidak jadi berhaji, Allah mencatat niatnya dan menjadikannya haji yang mambrur.

Betapa indahnya, jika apa yang dilakukan Ibnu Muaffaq ini dicontoh oleh mereka yang mampu dan sudah berkali-kali pergi haji dan biaya hajinya digunakan untuk menghajikan mereka yang tidak mampu. Karena tidak banyak orang miskin yang seberuntung emak dalam EINH, yang akhirnya mendapatkan hadiah berangkat haji karena nazar tetangganya yang kaya, yang selamat saat melahirkan.

“Labbaik Allahumma Labbaik. Labbaika La syarika laka labbaik. Innal hamda wa nikmata laka wal-mulka laa syarii kalak.”

(Aku datang ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku datang, dan Kau tidak memiliki tandingan, dan aku penuhi panggilan-Mu. Segala pujii dan segala nikmat adalah milik-Mu dan juga segala kekuasaan adalah milik-Mu. Kau tidak memiliki tandingan).


note: buat "pak haji" makasih yah udah ditemenin (dibayarin lagi) nonton ...

5 comments:

  1. Jadi pengen ke tanah suci lagi nih....

    ReplyDelete
  2. Pelajaran yang bagus semoga menggugah para penonton utk tidak perlu naik haji berulang2 kasihan yg lain sampai nggak kebagian tempat dan nggak ada salahnya menggunakan harta buat memberangkatkan haji orang lain.
    Selain itu nggak ada salahnya juga yg punya uang menikmati sedikit buat rekreasi dirinya dan keluarga selama tidak melupakan saudara dan lingkungan sekitar..istilah saya dunia dan akhirat lebih indah kalau seimbang.

    ReplyDelete
  3. Ehm...jd pengin nonton dan baca bukunya

    ReplyDelete
  4. iya di, ajak emak babe nonton yah ... pasti di Tamini deh ...:)

    ReplyDelete