Tuesday, March 16, 2010

Merokok itu Menabung

"Gara-gara adegan merokok Kapten Haddock, sebuah stasiun televisi kena denda puluhan ribu dollar."

Surat kabar Turki "Hurriyet" belum lama ini memberitakan bahwa Dewan Televisi dan Radio negara itu mengenakan denda sebesar 55.000 lira atau sekitar 33.000 dollar AS (berapa rupiah, hitung sendiri ya) pada stasiun televisi Turki "TV8" gara-gara menayangkan film kartun Tintin, dimana terdapat adegan Kapten Haddock-salah satu karakter dalam film itu-sedang merokok.


TV 8 dianggap bersalah dan melanggar undang-undang, telah menayangkan adegan merokok, apalagi film kartun itu ditonton oleh anak-anak. Sejak bulan Juli 2009, Turki memberlakukan dengan ketat undang-undang larangan merokok di tempat umum seperti  restoran, bar, kafe, klub olahraga, tempat-tempat pelayanan kesehatan, lokasi bisnis, sarana pendidikan dan di media. Siapa yang melanggar undang-undang itu diancam denda sebesar 45 dollar.

Padahal, Turki adalah salah satu negara konsumen rokok terbesar, menduduki peringkat ke-3 di Eropa dan peringkat ke-10 di seluruh dunia. Uniknya, seluruh elemen di Turki mendukung undang-undang itu. Kondisinya jauh berbeda dengan di Indonesia. Pemberlakukan larangan merokok di tempat umum tidak jelas implementasinya dan belakangan ini, fatwa haram merokok yang dikeluarkan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadyah menjadi kontroversi meski PP Muhammadyah menyatakan bahwa sebagai pandangan hukum Islam, fatwa itu tidak mengikat. Buat yang setuju boleh diamalkan, buat yang tidak setuju boleh diabaikan. Tapi ulasan di sejumlah media massa yang tidak lengkap dan membuat opini seolah-olah fatwa itu mengikat, membuat pandangan sebagian besar orang yang dimintai komentarnya soal fatwa itu, jjadi tendensius dan bias terhadap Islam.  Entah apa jadinya jika di Indonesia diberlakukan undang-undang larangan merokok seketat di Turki.

Tapi saya tidak mau membahas kontroversi itu. Saya pribadi memang tidak suka dengan rokok. Asapnya saja sudah membuat kepala saya pening dan sesak napas. Betapa menjengkelkannya jika melihat ada orang yang dengan seenaknya menghembuskan asap rokoknya di tengah banyak orang. Sampai detik inipun saya masih tidak mengerti apa sih nikmatnya merokok. Buat saya merokok sama dengan menabung. Menabung penyakit, maksudnya. Karena efek merokok baru terasa di kemudian hari. Baru terasa jika jantung dan paru-paru sudah rusak oleh nikotin.

Peringatan bahaya merokok yang dicantumkan di kemasan dan iklan rokok sepertinya tidak efektif. Para perokok tetap maju tak gentar. Para perokok biasanya baru menyesal setelah dokter memvonisnya dengan penyakit-penyakit akibat merokok dan biasanya baru dirasakan ketika usia mereka beranjak senja. Biaya perawatan penyakit akibat rokok biasanya sangat besar. Kalau si penderita orang "mampu" mungkin tidak bakal pusing dengan urusan biaya rumah sakit. Tapi buat yang finansialnya pas-pasan, uang pensiun hasil kerja bertahun-tahun bisa-bisa habis hanya untuk keluar masuk rumah sakit.

Nah, karena merokok itu menabung, menabung penyakit. Ada baiknya para perokok yang bandel, selain diingatkan bahaya akibat rokok, juga dihimbau untuk menabung uang untuk persiapan membiayai pengobatan penyakitnya kelak akibat banyak merokok, supaya enggak nyusahin anak cucunya nanti. Sadis yah? Biarin. Silahkan saja buat mereka yang mau merokok (asal jangan di depan saya ajah!), silahkan bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kemudian.

8 comments:

  1. ada cerita unik di turki ttg yg berhenti merokok. sy lihat cerita nyata ini di berita tv di salah satu stasiun tv swasta turki (lupa namanya). begini ceritaya: ayah dan anak yg gemar merokok akhirnya bisa berhenti merokok karena anaknya menikah. syarat dari calon istrinya klo ingin menikah dengan dia harus berhenti merokok. akhirnya si calon suami pun berhenti merokok dan ayahnya pun mengikuti jejak anaknya itu.

    uang utk beli rokok mereka tabung di celengan setiap hari. setelah banyak mereka pakai uang itu untuk jalan2 keliling turki.

    asyik yah :D

    ReplyDelete
  2. aku juga mau nulis tentang rokok lagi lupa melulu hehe udah lama gak nulis ttg roko ....

    good writing mba lena!

    ReplyDelete
  3. indonesia harusnya meniru kebiasaan negara yang baik-baiknya saja. *jangan kebalikannya. perokok di sini memang harus "diusik" dari zona nyamannya. :D

    ReplyDelete
  4. meniru yang baik memang kadang susah ...

    ReplyDelete
  5. thanks mbak arie ... let's say no to rokok ... :)

    ReplyDelete
  6. calon isteri yang baik ... mantap ....:)

    ReplyDelete
  7. mba, kalau jalan2 pernah liat screen iklan yg ada di atap pos polisi gak? isinya iklan rokok semua.... miris deh...hiks...
    perokok memang gak bisa dibiarkan terus, kalau gak bisa diperingatkan secara lisan, paling gak kita harus berani mengibas-ngibaskan tangan di depan si perokok, biar mereka tau kalau udah mengganggu...
    saya sering bilang kpd teman saya yg merokok supaya dia selalu membawa kantong plastik, jadi kalau dia mau merokok, merokoklah dalam kantong plastik alias kepala dia ditutup kantong itu, biar bisa menikmati asapnya sendiri, jangan bagi-bagi kita... :)

    ReplyDelete
  8. selain ngibasin tangan, langsung tutup idung ...:)

    ReplyDelete