Monday, February 8, 2010

Tamu

Islam mengajarkan umatnya untuk memuliakan tamu, dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya pada si tamu. Tapi bukan berarti sebagai tuan rumah yang memuliakan tamunya, si tuan rumah mengikuti saja apa kemauan si tamu, apalagi kalau si tamu sudah seenaknya membuat aturan sendiri dan mendikte tuan rumah untuk mengikuti kemauannya.

Kalau kita menerima tamu semacam itu, kira-kira apa yang kita lakukan? Pasti ada rasa jengkel, marah, menganggap si tamu tidak tahu adat kesopanan atau bahkan langsung mengusirnya. Bukankah ada kata pepatah "Dimana kaki dipijak, di situ langit di junjung."

Soal adab menerima tamu dan bertamu juga berlaku dalam hubungan antar negara yang dibangun atas prinsip saling menghargai dan menghormati. Rasanya, jarang bahkan tidak ada negara yang mau diatur seenaknya oleh negara lain, termasuk dalam masalah protokoler menyambut kedatangan tamu negara.

Tapi kita menyaksikan pemandangan lain ketika negara ini menerima kunjungan dari pemimpin negara bernama Amerika Serikat. Kita tentu masih ingat betapa naifnya kita sampai membuat landasan helikopter khusus di Kebun Raya Bogor saat (mantan) Presiden AS George W. Bush akan berkunjung ke Indonesia serta penjagaan keamanan yang berlebihan sesuai permintaan pihak Gedung Putih. Seolah-olah kita tidak punya posisi tawar dan harga diri sebagai bangsa yang begitu gampangnya memenuhi keinginan sebuah negara yang sebenarnya cuma ketakutan akibat perbuatannya sendiri di kancah pergaulan internasional.

Dan sepertinya, hal semacam ini bakal terulang lagi menyusul kabar rencana kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia bulan Maret mendatang. Jauh-jauh hari, sebuah tim dari pemerintahan AS sudah melakukan "inspeksi". Dan saya cuma tersenyum pahit, ketika rombongan yang membawa serta wartawan asing itu mendatangi sekolah di Menteng tempat dulu Obama pernah sekolah, memeriksa setiap sudut sekolah dan menurut berita yang saya saksikan di tv, melarang wartawan lokal yang mau meliput kunjungan itu.

Pihak sekolah yang dimintai komentarnya, cuma meminta pengertian dengan alasan karena itu sudah menjadi bagian protokoler pihak kepresidenan AS. Duh, koq mau sih diatur-atur seenaknya sama calon tamu, bukannya tuan rumah tuh yang seharusnya ngatur-ngatur tamunya. Memuliakan tamu bukan berarti tidak bisa tegas pada tamu. Dengan mengikuti permintaan yang berlebihan dengan alasan keamanan, bukankah itu berarti kita mengakui bahwa negara kita memang tidak aman dan tidak mampu melindungi tamunya?

gambar pinjem dari sini


5 comments:

  1. aku geli banget loh waktu dengar beritanya..katanya mau nostalgia ya..ada ada saja ya..
    tapi yg aneh sih tuan rumahnya..kok mau2nya ya dibikin repot..kok kayak majikan sama hamba ya..*jangan-jangan iya...hmmm..

    ReplyDelete
  2. ya ini negara udah gak punya harga diri keknya.. kasian... :(

    ReplyDelete
  3. kalau harga diri sudah tak punya, apalagi yang bisa dibanggakan ...:(

    ReplyDelete
  4. yah gitulah mbak kondisi negara ini sekarang, kadang kita malu hati ngeliatnya ...

    ReplyDelete