Wednesday, August 11, 2010

[Catatan Ramadan] Feeling Guilty

Ini adalah tahun pertama Faishal, keponakan saya, belajar puasa di bulan Ramadan. Alhamdulillah, di hari pertama, Faish mampu menuntaskan puasanya sampai azan magrib, padahal saya dan uminya bilang supaya Faish jangan memaksakan diri kalau merasa tak kuat, boleh puasa setengah hari. Tapi Faish bilang "enggak apa-apa koq, aku enggak laper" ketika jam dua siang tadi aku tanya apakah perutnya sakit atau merasa pusing.

Maklumlah, usia Faish belum genap tujuh tahun, meski sudah harus belajar berpuasa Ramadan, belum ada kewajiban baginya untuk berpuasa sampai azan magrib. Tapi dasar anak-anak (jadi inget pengalaman waktu kecil dulu) kadang tercetus pula kata "lapar" atau "aku jadi pengen" saat mencium bau makanan dari dapur atau melihat iklan makanan di televisi.

Tapi sebenarnya saya merasa "feeling guilty" sama Faish. Saya merasa kurang bijak menjelaskan kewajiban puasa Ramadan pada anak sekecil Faishal. Sehari sebelum puasa, saya bertanya apakah Faish besok mau puasa. Dengan tegas Faish menjawab bahwa ia akan puasa dan dengan kepolosannya ia bilang begini, "Kata tante Rika (adik saya) aku boleh minta apa aja kalau puasaku pol."

Saya tersenyum mendengar perkataannya. Tanpa pikir panjang, saya bilang ke Faish, kalau puasa itu harus niat karena Allah, bukan karena pengen dapet hadiah. Kalau kita puasa, menahan lapar dan haus karena kita mengharapkan pahala dari Allah, bukan mengharapkan hadiah. Entah bagaimana kata-kata itu meluncur begitu saja. Kata-kataku itu sepertinya mengena di hati Faish karena kulihat Faish "bengong" menatapku dan seperti memikirkan kata-kataku tadi.

Deg ! tiba-tiba saja dadaku tersentak melihat perubahan air muka Faish. Saya merasa telah mematahkan semangatnya untuk berpuasa. Saya jadi begitu merasa bersalah. "Bodohnya saya," saya mengutuk diri sendiri sambil buru-buru mencoba mengalihkan lagi perhatian Faishal. Saya langsung memeluknya dan bilang kalau Faish boleh berpuasa setengah hari karena Faish masih belajar puasa, untuk menutupi rasa bersalah saya. Seketika wajah Faish memang sedikit berubah senang, "enggak ah, aku pengen puasa sampe magrib", ujarnya antusias. Duh, Tuhan, saya jadi makin merasa bersalah. Dalam hati, semoga kata-kata saya sebelumnya tidak membekas di hati Faish.

Dan di hari pertama puasa, Faish membuktikan ucapannya, puasa sampai azan magrib berkumandang dan dengan semangat ikut tarawih di masjid.

"Ya, Allah maafkan hamba. Tumbuhkanlah semangat dalam jiwa Faish untuk senantiasa berkhidmat melaksanakan perintah-perintah-Mu, menjadi anak yang bertakwa dan bisa mengangkat derajat orang tuanya di akhirat kelak, amiin."

9 comments:

  1. Kalau sama anak kecil bahasanya memang beda^^

    ReplyDelete
  2. Masya Allah...Faish hebat ya. Menurutku sih cara Lena menjelaskannya sdh benar kok. Jangan merasa bersalah Len dan jangan ragukan kekuatan dan keteguhan anak2 dlm melaksanakan shaum.
    Jadi kangen Faish, ajak Faish datang dong Len, di acara buka shaum bersama AMMA-KAZI tgl 22 Agustus ini di mushollah AnNur.

    ReplyDelete
  3. Insya Allah Lia, aku datang ... dah kangen juga deh sama AMMA-KAZI ...

    ReplyDelete