Thursday, July 15, 2010

"Dari Jendela Hauzah", Sebuah Novel Bergizi


"Hari-hari belajarku di Hauzah Ilmiah Hujjatiah, Qum, Iran kulalui sambil terus dihantui bayangan Alifia. Dia adalah separuh jiwaku yang kutinggalkan di Indonesia. Cinta kami hampir pasti kandas karena tidak adanya restu dari Papa Alifia. Tapi, Allah menghendaki sesuatu yang berbeda. Cinta yang hampir pasti kandas itu nyaris saja kembali bersemi. "Nyaris bersemi", karena Allah akhirnya punya kehendak yang lain."


Itulah potongan cerita dalam novel "Dari Jendela Hauzah" karya Otong Sulaeman. Sebuah novel berisi pengalaman perjalanan spiritual, romansa cinta dan petualangan seorang santri Indonesia yang belajar di madrasah Iran, begitu klaim yang tertulis di sampul depan novel ini.

Ya, "Dari Jendela Hauzah" memang bukan semata-mata novel berisi kisah cinta yang mengharu biru. Kisah cinta dalam novel ini, justru cuma menjadi "bumbu penyedap" yang menambah kenikmatan membaca jalinan cerita yang terangkai dalam novel yang ber-setting di Iran dan Indonesia ini.  Membaca novel ini, kita seperti diajak menyusuri lika-liku kehidupan sebagai mahasiswa di Qum, Iran, bahkan sampai ke ruang-ruang kelasnya dan menyimak para syaikh-nya memaparkan mata kuliah, mengenali tabiat dan tradisi orang-orang Iran yang bagi kebanyakan orang Indonesia mungkin masih sangat asing, sekaligus sedikitnya tahu gaya intelijen Iran dalam mengurai sebuah kasus spionase yang melibatkan seorang warga negara Indonesia dan keluarga Yahudi Iran yang menjadi bagian kisah "Dari Jendela Hauzah".

Seperti jendela, sebuah bingkai tempat kita bisa melepaskan pandangan yang luas ke luar ...  lewat novel ini kita seolah melihat sebuah pemandangan dengan wawasan yang luas tentang kehidupan masyarakat di sebuah negara bernama Iran, negara yang menjadi "momok" menakutkan bagi kalangan Barat yang islamofobia dan karena program nuklirnya itu. Tapi kekuatan novel ini bukan sekedar membuka cakrawala berpikir tapi mengajak kita kembali mamahami lebih dalam tentang ketuhanan. Mengikuti sebuah perjalanan ruhani untuk lebih mengenal lebih dalam Sang Pencipta sehingga makin kukuhlah keimanan dan kecintaan kita pada-Nya.

"Dari Jendela Hauzah" menurut saya bukan novel sederhana, lumayan berat malah. Membaca novel ini harus siap untuk menerima "pelajaran" yang awalnya terasa panjang dan membosankan, tapi pada akhirnya kita akan mengakui betapa berharganya "pelajaran" itu.

Buat mereka yang menggemari novel-novel yang bukan sekedar novel yang menyek-menyek, tapi novel yang sarat ilmu dan wawasan, "Dari Jendela Hauzah" bisa menjadi pilihan bacaan bergizi. 

2 comments:

  1. wah, novel 4 sehat 5 sempurna nih. :D

    ReplyDelete
  2. hahaha bisa aja mas tian ... jarang-jarang soalnya ada novel islami yang berkualitas ...

    ReplyDelete