Tuesday, July 6, 2010

Pelecehan Seksual di Angkutan Umum, Salah Siapa?

Perempuan paling rentan jadi korban pelecehan seksual di tempat-tempat umum. Utamanya di dalam alat transportasi massal. Meski sudah banyak kaum perempuan yang mengeluhkan persoalan ini, belum ada perbaikan yang sifatnya menyeluruh untuk melindungi para penumpang perempuan.

Masih soal layanan TransJakarta. Lagi-lagi setelah nonton berita di tv kemarin , seorang laki-laki berusia sekitar 50 tahun dibawa ke kantor polisi oleh petugas keamanan bis TransJakarta gara-gara tangannya "iseng "  menyentuh "dada" seorang penumpang perempuan (baca: melakukan pelecehan seksual). Padahal kondisi bis malam itu, menurut berita tersebut, relatif kosong. Peristiwanya terjadi di dalam bis, ketika si penumpang perempuan akan turun.


Buat warga Jakarta yang setiap hari menggunakan layanan TransJakarta, pasti sudah tahu bahwa sejak sebulan (atau dua bulan ya) TransJakarta menerapkan kebijakan pemisahan tempat antrian bagi penumpang lelaki dan perempuan, setelah adanya laporan kasus pelecehan seksual yang dialami penumpang perempuan. Kebijakan ini patut dihargai, meski menurut saya setengah hati. Kenapa setengah hati? Pasalnya, para penumpang perempuan cuma "aman" dari "sentuhan" tangan para lelaki jahil cuma di antrian. Begitu masuk dalam bis,  "keselamatan" penumpang perempuan kembali terancam karena di dalam bis semua penumpang kembali bercampur baur. 

Kasus yang saya tulis diatas, bahwa masih terjadi pelecehan seksual di atas bis TransJakarta, membuktikan bahwa kebijakan pemisahan penumpang lelaki dan perempuan tidak efektif, karena hanya diberlakukan saat mengantri bis. Mengapa tidak sekalian saja dibuat kebijakan pemisahan bis khusus untuk penumpang laki-laki dan untuk khusus untuk penumpang perempuan sebagai bentuk peningkatan pelayanan, terutama bagi sarana angkutan yang sifatnya massal termasuk layanan transportasi kereta Jabodetabek yang setiap jam kerja penuh sesak penumpang dan berpotensi lebih besar terjadinya tindak pelecehan seksual.

Kasus-kasus pelecehan seksual di atas angkutan umum sebenarnya bukan cerita baru. Tanya saja pada mereka, khususnya perempuan, yang setiap hari pulang-pergi kerja menggunakan jasa kereta Jabodetabek, cerita soal kelakuan lelaki iseng di atas kereta rakyat itu sangat beragam. Tapi masalah ini tidak pernah menjadi perhatian serius pemerintah, untuk memperbaiki layanan transportasi supaya lebih aman dan nyaman. Rakyat kecil, dalam hal ini perempuan, dibiarkan (atau pembiaran?) menjadi korban, padahal kita sudah punya Kementerian Pemberdayaan Perempuan yang seharusnya ikut memperhatikan nasib para perempuan yang menggunakan jasa angkutan umum.

Saya rasa, tidak terlalu sulit bagi Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, memberlakukan pemisahan untuk penumpang perempuan dan lelaki dalam sarana angkutan umum seperti yang dilakukan di sejumlah negara Muslim. Dubai misalnya, sudah menyediakan bis dan taxi khusus untuk penumpang perempuan. Bahkan Jepang, sudah menyediakan kompartemen khusus untuk penumpang perempuan dalam layanan jasa keretanya. Yang penting ada niat dan semangat untuk memperbaiki pelayanan dan menghormati hak-hak rakyat kecil, khususnya kaum perempuan, untuk mendapatkan kenyamanan dan keamanan saat menggunakan jasa angkutan umum.  Merepotkan? Kalau sudah terbiasa, saya yakin tidak ada yang merepotkan.

Untuk sementara, perempuan pengguna jasa angkutan trasnportasi massal memang mesti punya nyali tinggi untuk berani memaki-maki di tempat saat ada lelaki jahil yang melakukan tindakan pelecehan seksual. Biar si pelakunya malu sekalian dimaki-maki di depan umum. Di TransJakarta mungkin lebih beruntung bisa sekalian mengadukannya pada petugas, dan langsung dilaporkan ke polisi. Tapi bagaimana kalau kejadiannya di kereta Jabodetabek, bis metromini atau angkot, paling para korban cuma bisa marah dan menyimpan rasa geram. Jadi, kalau memang ingin membuat kebijakan untuk kepentingan orang banyak, jangan setengah hatilah.

***gambar pinjem di sini  

12 comments:

  1. kalau di TJ saja bisa begitu, apalagi di KRL --yang padetnya luar biasa. patut ditiru india (negara yang "tak jauh2" dari indonesia), katanya, bis di sana, bagian depan untuk perempuan, bagian belakang, untuk laki-laki. begitu pula dengan gerbong kereta, ada pemisahan. *yang repot, kalau suami-istri yang bawa anak-anaknya.

    ReplyDelete
  2. Assalamu 'alaykum...
    setuju bngt, seharusnya diadakan sj pemisahan bus antara laki2 dan perempuan untk menghindari hal tersebut. Itulah sebabnya knp wanita di wajibkan untk menutup aurat dan memakai pakaian muslimah agr mereka terhindar dr tangan2 org yg jahil..

    ReplyDelete
  3. setuju sekali pemisahan bis dan kereta antara laki2 dan perempuan.. jangankan udah ditoel, diliatin aja udah risih :(

    ReplyDelete
  4. setuju sekali pemisahan bis dan kereta antara laki2 dan perempuan.. jangankan udah ditoel, diliatin aja udah risih :(

    ReplyDelete
  5. Betul banget Len, sdh seharusnya pemerintah kita membuat kebijakan memisahkan penumpang laki2 dan wanita, di bis umum dan KA. Malaysia dan India sdh punya gerbong KA khusus wanita. Atau seperti di bis umum Pakistan, Wanita ditempatkan di bagian depan atau di belakang, pokoknya gak campur baur ama laki2, uyel2an kayak kita di Indonesia. Tp para wanita jg harus bisa jaga diri dgn tidak memakai pakaian yg provokatif di kendaraan umum. Maha benar Allah yg memerintahkan wanita untuk menutup Aurat dgn sebaik2nya.

    ReplyDelete
  6. kalo anak-anak campur laki perempuan gpp ...

    ReplyDelete
  7. saya pernah baca majalah bahwa di daerah Bengkulu sudah dipisah bus khusus wanita... di tempat lain kapan?

    ReplyDelete
  8. Dulu KRL pernah ada gerbong khusus perempuan, tp laki2 jg pada ikutan. Mgkn krn sosialisasinya kurang, dan gak ada yg jagain pintu.
    Kalo kita sesama muslimah pada setuju sm angkutan perempuan, apa bisa kita buat suara kita didengar dan permintaan kita diwujudkan?

    ReplyDelete
  9. Dulu KRL pernah ada gerbong khusus perempuan, tp laki2 jg pada ikutan. Mgkn krn sosialisasinya kurang, dan gak ada yg jagain pintu.
    Kalo kita sesama muslimah pada setuju sm angkutan perempuan, apa bisa kita buat suara kita didengar dan permintaan kita diwujudkan?

    ReplyDelete
  10. Kasusnya memang banyak ya, aku udah denger kasus-kasus serupa sejak masa-masa kuliah dulu saat naik KRL Bogor-Depok :)

    ReplyDelete
  11. setuju dgn tulisan mb lena, mdh2an lambat laun perush transportasi di İndonesia mulai `serius`membenahi kebijakan dlm meminimalisasi kasus pelecehan seksual di transportasi umum ya...
    seperti di Turki sini, buat transportasi umum bis khususnya antar kota, jika bukan suami istri tdk diperbolehkan duduk berdampingan....

    ReplyDelete