Sunday, February 12, 2012

... Berasa Jadi Mahasiswi Lagi ....



Duduk diantara anak-anak muda usia kuliahan, sambil duduk manis (meski sekali-sekali menguap, karena baru tidur jam 2 pagi) mendengarkan penjelasan seorang profesor, berasa muda dan menjadi anak kuliahan lagi. 


Setidaknya, itulah yang saya rasakan saat mengikuti seminar (lebih tepatnya sih kayak kuliah umum) berdurasi dua jam lebih, bertema "Religion and Korean Literature" yang digelar oleh Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta, Sabtu (11/2).

Pembicaranya adalah Profesor Shin Young Duk, profesor bidang kesusastraan Korea yang sedang menjadi profesor tamu di jurusan Program Studi Korea, Universitas Indonesia.

Untungnya, Profesor Shin membawakan materinya dengan luwes, kadang-kadang diselingi sepatah dua patah kata Indonesia, dan pernyataan-pernyataan lucu yang membuat para peserta yang berjumlah sekira 30 orang tertawa, terutama yang paham bahasa Korea, karena saya cuma melihat sebagian peserta yang kebanyakan perempuan, tertawa saat si pofesor mengungkapkan sesuatu kalimat, sedangkan saya cuma tersenyum, tidak paham, karena interpreternya luput menerjemahkan pernyataan lucu sang profesor.

Kebanyakan peserta sepertinya berasal dari jurusan studi Korea, sementara materi seminar seluruhnya diberikan dalam bahasa Korea, dengan bantuan juru bahasa buat peserta yang tidak berbahasa Korea seperti saya. Sepanjang seminar, kata-kata sang profesor yang bisa saya pahami cuma Anyeonghaseyo, hallyu, dan Gamsahamnida ... hehehehe.

Ketika seminar sudah berjalan sekira satu jam, mungkin, karena melihat saya (yang kebetulan duduk di barisan ketiga dari depan) sering menguap, si profesor dengan gaya santainya ngomong ... "mungkin materi saya ini agak panjang dan membosankan, jadi kalau ada teman di sebelah kalian yang mengantuk, tolong ditepuk dan dibangunkan ...". Saya cuma nyengir mendengarnya, maaf prof, semalem baru tidur jam dua pagi, ditambah ruang seminar yang dingin banget, tambah bikin ngantuk,

Tapi secara keseluruhan, "kuliah"  Profesor Shin pagi sampai siang itu, menurut saya yang awam sejarah dan sastra Korea, sangat menarik. Ia menjelaskan tentang pengaruh agama pada kesusteraan Korea, termasuk pada era "gelombang Korea" (hallyu) yang sedang melanda dunia saat ini. Tapi, materi Pofesor Shin hanya dibatasi pada pengaruh agama tradisional Korea yaitu Budha (termasuk adanya pengaruh agama Taoisme dan Confusianisme) pada karya-karya sastra tradisional Korea.

Sedangkan perkembangan agama dan satra Korea selanjutnya akan diberikan pada seminar-seminar yang akan datang, seperti pengaruh agama Kristen (Protestan) dan Katolik pada kesusatraan modern Korea. (Mudah-mudahan mulai menyebarnya Islam di Korea juga akan disinggung yah ...)

Lumayan, mengikuti seminar ini, jadi paham sedikit-sedikit tentang sejarah tradisional Korea, yang sering menjadi latar belakang beberapa drama Korea ber-genre saeguk. Terus terang, drama korea, utamanya yang bertema saeguk, yang membuat saya terdorong untuk lebih banyak mengetahui sejarah dan budaya Korea, yang ternyata cukup menarik. Karena menurut saya, drama Korea itu unik dan berbeda cita rasa dengan film-film Jepang atau Cina. Lagian rugi yah, kalau ada kesempatan nambah ilmu gratis sesuai dengan minat kita, tapi dilewatkan begitu saja. Setidaknya, enggak cuma jadi konsumen drama Korea saja,  tanpa mengambil manfaat darinya,

Yang jelas, menurut Pofesor Shin, agama Budha yang dulu menjadi agama nasional Korea, sekarang semakin menyusut penganutnya. Data tahun 2003, penganut Budha di Korea hanya 25 persen, Kristen Protestan 17 persen, Katolik 5 persen, Confusianisme 0,4 persen, dan mayoritas masyarakat Korea sekarang, sekira 46 persen adalah atheis, tidak percaya Tuhan, tapi percaya reinkarnasi.

Mungkin dua hal terakhir itu yang menjadi faktor mengapa banyak artis-artis Korea gampang bunuh diri karena tekanan hidup. Selain keyakinan akan Tuhan lemah (bahkan tidak ada sama sekali), reinkaranasi adalah sebuah keyakinan bahwa setelah mati, meninggalkan penderitaan di dunia, seseorang bisa hidup kembali untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. ada-ada saja ya ...

Apa yang terlintas di benak saya usai mengikuti seminar ini, hmmm... saya membayangkan kalau acara-acara edukasi seperti ini digelar oleh kedutaan-kedutaan besar negara Islam yang ada di Indonesia. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia Muslim, dan banyak yang belum memahami sejarah dan budaya Islam.

Setahu saya, di Indonesia ini, hanya pusat kebudayaan Iran yang aktif menggelar acara-acara seperti pusat budaya Korea, termasuk membuka kursus bahasa (Arab dan Parsi) dengan biaya yang murah. Kenapa ya, kedubes-kedubes negara Islam di Jakarta, tidak membuka pusat kebudayaan juga dan mengenalkan keilmuan, sejarah dan tradisi Islam di negaranya pada masyarakat muslim Indonesia ...

13 comments:

  1. Waaahhhh... asyikkkk.... Mauuuuu ikutt... aku ngga tau kapan ya... Kalo tau pasti aku ikut... Infonya dapet dari manaa... Wahh kita juga bisa kopdaran...

    ReplyDelete
  2. senangnya dikuliahi materi yang sangat disukai: all about korea. :D

    ReplyDelete
  3. iya mbak, sabtu kemarin, aku tahu infonya dari newsletter yang dikirm KCC, di fb nya juga dinfokan ...

    ReplyDelete
  4. hehehehe, iya mas tian, ternya sejarah Korea menarik juga yah ... :)

    ReplyDelete
  5. sayangnya bangsanya menjadi terbagi dua, gara2 perbedaan ideologi. :D

    ReplyDelete
  6. iya .... korea utara jadi negara yang tertutup, padahal mungkin bisa jadi negara yang berkembang seperti saudaranya ...

    ReplyDelete
  7. Kajian2 ahlul sunnah wal jamaah sejabodetabek bahkan se Indonesia rutin membahas sejarah islam, Rasulullah, khulafaur Rasydin, para sahabat Rasulullah yg menakjubkan, para imam yg empat, para tabi'in dan para tabiu'ut tabi'in. Juga mengajarkan bahasa Arab dgn cara yg mudah dipahami dan biaya murah. Mengajarkan baca Al Qur'an dan mengkaji ayat2 Al Qur'an sesuai sunnah.

    ReplyDelete
  8. maaf ... saya tidak sedang membahas soal kajian itu, tapi kenapa kedubes-kedubes negara muslim di Indonesia tidak seagresif negara non-muslim. btw, hebat kalo ada kajian seperti di atas di jabodetabek ini ... mudah-mudahan orang-orang yang suka ikut kajian itu jadi benar-benar lebih islami, bisa menjadi teladan bagi yang lain, dan dipraktekkan dalam khidupan sehari-hari, gak cuma pinter teori saja dan cuma rajin mengkaji ... tapi prakteknya nol besar, ibarat hidup di menara gading, semoga ...:)
    lagipula, akan jadi nlai plus, kalo umat islam juga punya pengetahuan lain gak cuma pinter ilmu agama ajah .... :)


    ReplyDelete
  9. Maaf. ....jg Len, kirain Lena mau tambah2 ilmu tentang sejarah islam. Maksudku kalo kita mau cari ilmu gak mesti di kedubes2 negara islam aja toh ?!
    Oh...rupanya mau ngeritik saudara seiman :D

    ReplyDelete
  10. bener juga rasanya kita jauh dari nilai-nilai islami walaupun lingkungan kita mayoritas muslim.. apalgi negara2 islam sgt jrg kedengaran gaungnya menyebarkan islam scr universal..

    ReplyDelete
  11. Lia .... baca lagi baik-baik tulisan di atas yah .... dengan hati dan pikiran yang jernih ....

    kenapa memangnya kalo saya mengkritik? yang penting gak mengkritik .... meski saudara seiman, memangnya selalu benar sendiri? dan apakah kritikan saya sepenuhnya tidak benar?

    ReplyDelete
  12. thank sista .... senang ada yang memahami tulisan ini dengan baik dan bijak ....

    ReplyDelete