Saturday, March 16, 2013

Catatan yang Terselip dari Trip Bromo



Pertama, rasanya harus mengucapkan syukur alhamdulillah dulu karena keinginan untuk jalan-jalan ke Bromo lewat Malang akhirnya kesampaian, pada 9-13 Maret 2013 bersama teman-teman dari Muslimah Backpacker (MB), dengan bonus berlipat ganda. Jalan-jalannya murah meriah, dapat sharing ilmu penulisan traveling dari Dina Y. Sulaeman dan Lalu Abdul Fatah (hati? hehehe), bisa menikmati suasana malam kota Malang, dan tentu saja teman-teman baru dari MB yang datang dari berbagai kota, bahkan ada yang dari Medan dan Kalimantan. Para muslimah penikmat jalan-jalan yang energik, semangat, dan inspiratif dengan kesan dan pengalamannya masing-masing.  Sungguh, kalian meninggalkan kesan yang mendalam buat saya, yang belakangan ini agak apatis, "pundung" karena sikap segelintir sahabat yang notabene juga muslimah. Selalu ada pembelajaran dan hikmah dalam setiap perjalanan bersama ... itu yang selalu saya temukan. 

Perjalanan kemarin buat saya pribadi adalah perjalanan yang istimewa. Mulai dari rencana berangkat, galau antara mau naik kereta atau naik pesawat. Terus terang, saya sudah merasa tidak nyaman membayangkan selama 17 jam di dalam gerbong kereta api ekonomi. Suasana sumpek, pengap, kumuh dan wc yang jorok, belum lagi gerah dan badan sakit karena bangku yang tidak nyaman, sudah membayang di benak saya. Di sisi lain, ada sesuatu yang mendorong hati saya untuk ikut naik kereta ekonomi dan merasakan kembali 'ketidaknyamanan' itu, yang akan membawa saya kembali ke nostalgia masa-masa kecil saya dulu waktu masih sering diajak bapak menjenguk kakek yang tinggal di Semarang.





Dan akhirnya, Jumat (8/3) sore, saya berada di stasiun Senen berangkat bersama-sama rombongan dari Jakarta yang dikomandani Mbak Yayah Rochayah, menuju Malang. Sejak menuju ke gerbong, suasana seru sudah terasa. Semua peserta kelihatan exciting banget meski harus menempuh perjalanan jauh. Tapi, saya agak sedikit surprised begitu masuk ke dalam gerbong. Ternyata tidak semengerikan yang saya kira. Kondisi gerbong lumayan bersih, wc nya juga lumayan untuk kelas ekonomi, penumpang pas bangku, tidak berjubel meski saat itu ada hari kejepit nasional. Kereta api ekonomi sekarang, sungguh jauh berbeda dengan kereta api ekonomi yang saya rasakan belasan tahun lalu. Yang masih sama cuma, gerah dan badan pegel-pegel karena kursi kereta yang kaku. Juga pedagang yang lalu lalang, yang buat saya menjadi hiburan tersendiri.

Sepanjang perjalanan, kenangan masa kecil bersama bapak saat pulang ke Semarang, berkelebatan. Saya seperti sedang napak tilas ke masa lalu. Dan kenangan itu membuncah saat kereta tiba di stasiun Semarang Tawang pada pukul 01.00 dinihari. Waktu tiba kereta, masih sama persis dengan kereta yang saya tumpangi bersama bapak, belasan tahun silam. Darah saya berdesir melihat stasiun yang remang-remang oleh cahaya lampu yang agak redup. Pengen rasanya turun dulu, untuk sekedar mengenang orang-orang yang saya cintai dan mencintai saya dengan sangat, yang dulu jarang berjumpa karena jarak dan waktu. Orang-orang yang sudah menginspirasi saya untuk menjadi orang yang punya pendirian, meyakini kebenaran, jangan takut untuk berbeda, dan berani bicara jika memang harus 

bicara.





Derit roda kereta, seketika membuyarkan lamunan saya. Perlahan-lahan, kereta kembali bergerak, meninggalkan stasiun Semarang Tawang yang makin mengecil, lalu hilang ditelan kesenyapan gelap dinihari. Ada rasa yang sulit diungkapkan, cuma deretan doa yang bisa saya ucapkan untuk mengenang orang-orang yang sudah pergi. Saya mencoba memejamkan mata, berusaha mengundang kantuk yang sampai dinihari tak kunjung datang.  Sementara tubuh saya sudah menuntut istirahat.

Kereta terus melaju melewati stasiun-stasiun kecil. Gerbong semakin senyap, karena sebagian penumpang sudah terlelap ke alam mimpinya masing-masing. Deru dan goncangan kereta seolah tak mampu mengganggu mimpi yang mereka rajut dalam lelap. Seperti saya yang akan menuntaskan mimpi untuk menikmati keindahan alam Bromo. Dan terus berikhtiar menyelesaikan mimpi-mimpi lain untuk menjejakkan kaki ke bumi Allah yang begitu luas. Untuk semakin mengenali diri. Karena siapa yang makin mengenali dirinya, maka ia akan semakin mengenali Tuhannya []


#salam sayang buat semua teman MB dalam trip Bromo kemarin, terima kasih atas 

kebersamaan dan keceriaannya.




3 comments:

  1. MANTAAAAAP... MANA OLEH2 NYA MBA ... :)
    SUKSES YAAH

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih pak guru
      gak ada uang saku, gak ada oleh-oleh ... hehehe

      Delete