Tuesday, March 19, 2013

Malam di Malang dan Misteri Wisma Hijau


Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke sebuah kota, dan tidak menikmati suasana malamnya.  Seperti tipikal kota-kota di daerah, kawasan alun-alun menjadi pusat keramaian di waktu malam.

Usai mengikuti sesi travel writing bersama Dina Y. Sulaeman dan Lalu Abdul Fatah selepas Magrib, rombongan Trip Bromo Muslimah Backpacker memutuskan untuk sekedar menikmati suasana Malang di waktu malam. Kami semua menuju kawasan stasiun Malang dengan beberapa angkot (gak di Malang, gak di Jakarta, tetep ya angkoter, hehehe) untuk menikmati makan malam.

Suasanan sekitar stasiun malam minggu itu ternyata rame banget karena ada panggung hiburan  sebuah produk motor.  Waktu makan malam di sebuah warung tenda pinggir jalan, salut sama mbak Imazahra yang langsung turun tangan membantu ibu warung yang jumpalitan membuat pesanan dadakan untuk lebih dari 40 orang :)  



Usai makan malam, saya dan beberapa teman jalan kaki menuju Tugu Alun-Alun Bundar, persis di depan gedung balaikota Malang. Dari sebuah papan informasi di dalam taman alun-alun, ternyata Tugu ini punya sejarah di masa perang kemerdekaan (baca di fotonya aja yah).

Meski sudah malam, saya lihat alun-alun masih ramai dengan pengunjung, terutama anak-anak muda yang sebagian besar asyik motret. Saya kira mereka juga pelancong seperti kami, atau dari komunitas fotografi. Saya juga tidak mau kehilangan kesempatan, jarang-jarang motret suasana malam soalnya. Hasil fotonya? masih biasa-biasa saja, perlu banyak berlatih. 







 Batu Night Spectacular




Suasana malam juga saya nikmati di tempat wisata Batu Night Spectacular )BNS) di kawasan Batu. Suasananya saya kira lebih mirip pasar malam, tapi sudah dilengkapi dengan aneka tempat permainan seperti di Dufan, Ancol. Di sini juga ada tempat ice skating, toko-toko, dan food court.

Yang agak istimewa di BNS mungkin area Taman Lampion. Tiket masuk ke area ini Rp. 12.000/ orang, dan di sini kami menikmati berbagai lampion yang lucu-lucu seperti snow white and seven dwarfs, dan beberapa karakter Disney lainnya, balon terbang, istana, taman air dan  menara Eifel. Cahaya dari lampion yang temaram, membuat suasana di taman ini jadi serasa romantis, meski kita berkeliaran cuma seorang diri ^__^




Puas mengitari Taman Lampion, saya menyempatkan melihat beberapa permainan, dan nyobain kentang rebus diawuri keju dan mayonaise ala BNS untuk sekedar meredakan perut yang sudah meronta-ronta minta diisi.
 

Sekira pukul 08.30, saya dan beberapa teman duduk-duduk di food court, yang bentuk bangunannya mirip hanggar pesawat.

Di tempat ini, kami sempat menyaksikan pertunjukkan air mancur menari yang diiringi musik, dan pertunjukkan seperti film yang ditampilkan di langit-langit bangunan food court. Filmnya sederhana, cuma gambar pesawat ruang angkasa seperti yang kita lihat di film-film macam Startrek gitu deh, ceritanya melayang-layang di langit malam, meski gerakannya cuma dari kiri ke kanan saja. Ah, lumayanlah, hiburan pelepas lelah setelah seharian menjelajahi Bromo.

 


Misteri Kamar Nomor 8

 
Nah ini dia, pengalaman aneh saya di Wisma Hijau "Bhaswara", wisma milik tentara tempat menginap yang terletak di kawasan jalan Mayjem M. Wiyono.  Entah, karena saya yang terlalu lelah malam itu, yang jelas saya merasa sesuatu yang aneh saja.

Jadi ceritanya, setelah seharian ke Bromo dan BNS, tiba di wisma hampir jam setengah sebelas malam. Sepanjang perjalanan menuju wisma, saya memang tertidur, dan baru bangun setelah sampai di wisma. Tapi saya meyakini, saat itu sudah dalam kondisi sadar total begitu turun dan memasuki wisma. Dan saya meyakini, sejak hari pertama menginap di wisma, kamar saya adalah kamar nomor 5. Jadi, begitu turun, langsung lah saya menuju kamar nomor 5 . Begitu masuk, bingunglah saya, karena isinya bukan teman-teman sekamar saya, tapi teman lain sekamar dengan Mbak Yayah Rochayah.

Saya coba mengingat-ingat nomor kamar saya sebenarnya. Tapi saya yakin, sejak awal masuk, saya lihat nomor di atas pintu kamar saya adalah nomor 5.  Lalu saya ingat, sehari sebelumnya, saya pernah ke kamar Mbak Yayah, dan saya lihat di atas pintu, nomornya 8. Saya pun ngecek ke kamar no.8 lewat pintu belakang, ternyata masih terkunci. Saya ketuk-ketuk, tak ada jawaban. Saya pun kembali ke kamar nomor 5, buat memastikan lagi, siapa tahu tadi mata saya kesiwer. Tapi tetap, kamar nomor 5 adalah kamar Mbak Yayah dan teman-teman lain, bukan teman sekamar saya. Saya mulai bingung. Lalu saya mencoba kembali ke kamar nomor 8, masih lewat pintu belakang yang sepi, tidak ada orang. Alhamdulillah, pintu belakangnya yang tadi terkunci sudah bisa saya buka. Tapi ... upss kemana para penghuninya? Kosong. Saya mencoba membuka pintu bagian depan kamar. Hah???!!! terkunci ! Tiba-Tiba saya merasa merinding, mulai ketakutan (secara pada dasarnya saya orangnya penakut). 




Saya kembali berlari ke pintu belakang, sambil mencoba menenangkan hati dan membaca doa-doa yang saya bisa. Saat mau balik lagi ke kamar nomor 5, saya berpapasan dengan salah seorang peserta (saya gak ingat namanya), dan dengan bodohnya bertanya, "kamar saya dimana ya?". Jelas orang yang saya tanya juga bingung. Saya meneruskan langkah ke kamar nomor 5, tetap saja, saya tidak menemukan teman sekamar saya. Tuhan ... ada apa ini? saya mulai panik sendiri.

Akhirnya saya memilih lewat pintu depan kamar nomor 5. Kembali lagi ke kamar nomor 8. Kali ini, Thank God, isinya teman-teman sekamar saya semua. Dengan perasaan masih tidak karuan, saya menuju pintu belakang, mengecek pintu, dan ternyata ... masih dalam kondisi terkunci ! Padahal saya tadi bisa masuk lewat pintu belakang. Oh my God ! Saya cuma bisa istighfar setelahnya. Berkali-kali saya melihat nomor di atas pintu kamar, nomor 8. Jadi kamar saya sebenarnya nomor 8, bukan nomor 5 seperti yang saya lihat beberapa hari sebelumnya. Entahlah ... sampai hari ini pun kalau ingat peristiwa malam itu, akal sehat saya sulit menerimanya. Tapi biarlah, itu jadi pengalaman tak terlupakan. Karena selama saya ikut trip, belum pernah rasanya mengalami kejadian aneh ini.  Semoga tak kan terulang lagi.  Serem ah ...

*Cerita ini sekaligus menutup rangkaian catatan perjalanan saya ke Bromo bersama  Muslimah Backpacker.  Semoga saya bisa berpartisipasi dalam perjalanan-perjalanan lainnya. Tetap semangat temans, keep traveling and enjoy every journey.  ( meski di wisma hijau, tidurnya bisa kebangun berkali-kali karena gatal-gatal digigit dan mangibasi  kutu kasur ... hehehe)




2 comments:

  1. wadu serem banget cerita soal kamar... trus akhir ceritanya gmn Lena? Lena nungguin teman2 datang dan akhirnya beres, atau gimana? Temen sekamar Lena sendiri tadinya kemana, kok pada ga ada di kamar 8? *penasaran

    Dina

    ReplyDelete
  2. wowww......dua keanehan yg aku alami di wisma itu adalah, selalu ada kucing di dalam kamar No. 7 meskipun kami (aku, mira n katie), merasa pintunya udah ditutup. so....kucingnya lewat mana coba? dah gitu hr pertama mandi di wisma itu (jejeran kamar mandi tengan, no. 3 dr kiri), serem liat jamur di tembok kamar mandinya warna pink kemerahan seperti ceceran/cipratan darah. Hmmm....... [DIANILA]

    ReplyDelete