Thursday, September 2, 2010

.... Serem ....

Yang bikin saya serem sebenarnya bukan isi ceritanya, tapi dampaknya pada anak yang mendengar cerita itu.  Jadi gini ceritanya,  sore itu saya sedang duduk sendiri di kursi panjang di depan swalayan sebuah mall di kawasan buncit. Menikmati sekerat roti dan teh kotak, menu buka puasa saya hari itu.

Sedang khusyuknya makan. Datanglah serombongan keluarga, seorang ibu dengan tiga anaknya dan seorang mbak-mbak yang kemudian saya tahu adalah pembantu rumah tangga keluarga itu. Sejenak terjadi kehebohan saat si ibu ngatur anak-anaknya yang masih kecil (sepertinya yang paling besar--dari psotur badannya--masih kelas dua atau tiga SD). Saya tersenyum melihat kerepotan si ibu mengatur dan membujuk anak-anaknya supaya tertib.

Kehebohan itu berakhir, ketika akhirnya si ibu berhasil membujuk anaknya yang paling besar, perempuan, untuk makan (mungkin berbuka)  dan mengajak dua anaknya yang lebih kecil masuk ke swalayan.  Si "mbak" tadi duduk di samping saya, sedangkan si anak perempuan duduk di depannya di kursi berbeda. Kelihatannya, si anak tipe yang susah makan, karena si "mbak" yang sudah siap nyuapin berusaha keras membujuk si anak supaya mau makan. Dan akhirnya, terdengarlah cerita itu dari mulut si "mbak" agar anak asuhannya mau makan.

"Kemarin, ada perempuan yang jatuh, terjun dari loteng rumahnya. Dia bunuh diri. Kasihan deh, perempuan itu mati. Padahal perempuan itu cakep deh. serem kan ..."

tuing ! antena radar saya langsung bereaksi mendengar cerita itu. Cerita yang menurut saya tidak pas untuk anak sekecil itu. sejenak saya melirik ke mereka, dan melihat si anak mau membuka mulutnya menerima suapan nasi si "mbak".  Saya tidak tahu, apakah si anak mau makan karena memang tertarik dengan cerita si "mbak"nya.

Lalu cerita berlanjut ... yang membuat saya makin "terhenyak" mendengarnya ...

"Eh, enggak tahunya perempuan itu mati bukan bunuh diri. Dia mati karena didorong pacarnya, dibunuh.  Pacarnya sebel, karena perempuan itu tahu dia selingkuh. Perempuan itu marah. Pacarnya juga marah. Akhirnya perempuan itu didorong deh sampe jatuh dan mati ..... Pacarnya jahat ... "

Sampai disitu,  saya merasakan tenggorokan saya kering dan hampir tersedak. Astagfirullah .... cerita macam apa ini? kenapa cerita seperti ini yang disampaikan pada si anak? apakah si ibu tahu kalau si "mbak" nya ngarang cerita "horor" ini untuk membujuk anak-anaknya yang rewel? Bagaimana kalau cerita kayak gini juga diceritakan pada adik-adiknya yang masih kecil? Akankah cerita ini akan terekam di otak mereka? kata pacar, bunuh diri, selingkuh, dibunuh ... kosakata yang rasanya terlalu dini buat anak-anak seusia mereka.

Saya tak tahu,  kalimat-kalimat apa lagi yang diucapkan si "mbak" itu. Otak saya sibuk  mencerna  apa yang saya dengar dan saya saksikan dan saya juga harus segera pergi karena teirngat belum salat magrib. Dengan perasaan kasihan, saya memandang sekilas wajah si anak yang mendengarkan cerita si "mbak"nya sambil mengunyah makanan.

Duh, para ibu, berhati-hatilah dengan pembantu yang menjaga anak ibu. Sebaiknya mereka diberi pengarahan cerita macam apa yang boleh disampaikan pada anak-anak. Mungkin, sediakan buku-buku cerita anak, yang bisa dibaca sama si "mbak" saat membujuk anak ibu yang "berulah".sementara ibu tak ada di dekat anak-anaknya.



7 comments:

  1. duuhh...bener-bener serem deh itu pembantu... mba Lena, kenapa gak ditegur aja si mba-nya? klo aku udah gatel aja mau ngomong...hehe

    ReplyDelete
  2. laah...itu mbak kebanyakan baca koran lampu merah apa yaa...

    ReplyDelete
  3. Haduh...

    Susah sih emang kalo kita tergantung sama pembantu. Mungkin untuk urusan kerjaan rumah sih ngga masalah dikerjain mereka yg notabene emang bukan orang2 berpendidikan. Tapi kalo udah megang anak, disitu itu yang ngga bisa jamin bener ngganya...

    ReplyDelete
  4. cerita horor perselingkuhan diceritain sama anak2 ya

    ReplyDelete
  5. Ya amppuuuun.......

    ibunya gag denger apaaa????....

    ReplyDelete
  6. ampun deh!
    *gemes* itu di pejaten village ya mba?

    ReplyDelete
  7. Si mbak perlu di-training lebih lanjut tuh .. moga ada yg mau bikin training utk para Baby Sitter ya ..

    ReplyDelete