Tuesday, September 1, 2009

Ketika Masjid-Masjid Mulai Sepi


Suatu saat saya berkesempatan berkunjung ke Masjid Salman di kompleks universitas Institut Teknologi Bandung. Kebetulan waktu itu pas waktu dzuhur. Karena sedang tidak salat, saya memilih duduk di luar masjid, menunggu adik yang akan menunaikan salat.


Beberapa saat setelah adzan berkumandang. Dari luar masjid saya mendengar suara-sepertinya imam yang akan memimpin salat siang itu-yang meminta agar makmum merapatkan shaf sebelum salat dimulai. Saya tidak tahu bagaiman
a situasi di dalam masjid. Tapi yang saya dengar, beberapa kali suara itu meminta agar makmum merapikan dan merapatkan shafnya dan itu berlangsung selama beberapa menit. Belakangan, dengan nada tinggi dari suara yang saya dengar, sang imam sepertinya meneliti shaf-shaf yang masih longgar dan menginstruksikan dengan nada tegas agar makmum mengisi shaf-shaf yang masih longgar.

Saya sempat tersentak mendengar nada tinggi suara sang imam dan spontan nyeletuk "waduh, galak bener nih imam". Karena rasanya, baru kali ini ada seorang imam salat yang begitu perhatian untuk mengatur shaf para makmumnya, sampai makan waktu hampir lima
menit ia mengatur barisan salat itu. Biasanya, imam hanya mengingatkan saja seperti menjalankan "prosedur" biasa, perkara shaf yang dibelakang masih berantakan, yang penting sudah mengingatkan.

Usai salat, saya berkomentar sekali lagi pada adik saya yang baru keluar masjid, "imamnya galak amat ya ...". Adik saya tersenyum, "iya, dia sampai memperhatikan shaf dibelakang udah rapat
apa belum. jarang-jarang tuh imam yang mau repot-repot ngatur shaf makmum sampe teliti kayak gitu," komentar adik saya.

Saya cuma berdehem membenarkan. Obrolan itu berakhir sampai di situ, tak ada pembahasan panjang seperti biasanya jika kami menemukan hal-hal yang antagonis dengan praktik-pratik keislaman. Dalam hati, saya salut dengan imam salat siang itu, begitulah seharusnya seorang imam, pemimpin, men
gatur barisan makmumnya.

Tapi ... di bulan Ramadan ini, tiba-tiba saya teringat kembali dengan peristiwa Masjid Salman itu. Terutama saat salat di masjid dekat rumah dan melihat shaf-shaf salat yang berantakan. Padahal Ramadan belum lagi melewati 10 hari pertama, tapi jamaah salat tarawih di masjid sudah menyusu
t drastis yang menyebabkan barisan shaf salat makin sedikit.

Yang memprihatinkan, sudah jamaahnya makin menyusut, sepertinya sebagian jamaah tidak sadar (atau enggak tahu yah) pentingnya merapikan dan merapatkan shaf saat salat. Yang saya lihat, mudah-mudahan tidak
terlalu berlebihan kalau saya bilang menyedihkan, shaf-shaf salatnya amburadul. Selain renggang, barisannya juga tidak teratur. Kadang ada shaf yang dibiarkan kosong di tengah, sementara di sisi kiri dan kanannya terisi.  Parahnya lagi, sulit sekali meminta mereka untuk mengisi shaf-shaf yang kosong itu, agar barisannya rapat, rapi dan lurus. Duh ... ada apa dengan umat ini?.

Shaf dalam salat bukan masalah sepele, karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan salat seperti sabda Rasulullah Muhamad Saw.


"Luruskan shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan salat." (HR Bukhari)

Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah mengingatkan;

"Luruskan shaf kalian, jadikan setentang di antara bahu-bahu dan tutuplah celah-celah yang kosong, lunaklah terhadap tangan saudara kalian dan
jangan kalian meninggalkan celah-celah bagi syaitan. Barang siapa menyambung shaf, maka Allah menyambungkannya dan barang siapa memutuskannya maka Allah memutuskannya." (HR Bukhari, Abu Dawud 666)


Itulah fenomena yang saya lihat ketika jamaah salat tarawih di masjid mulai menyusut. Sebuah fenomena yang memprihatikan sebenarnya karena kesadaran untuk merapatkan barisan shaf ketika salat berjamaah setidaknya mencerminkan sejauh mana ukhuwah islamiyah umat Islam. Menunjukkan kekuatan persatuan umat Islam. Jadi, kalau di dalam masjid saja sulit sekali diatur barisannya ... bagaimana kalau sudah di luar masjid? Tak heran kalau kita menyaksikan bahwa kita masih begitu lemah untuk melawan kekuatan syaitan yang ingin memecah belah umat.

Dalam masalah ukhuwah ini, seorang tokoh Yahudi pernah menyindir umat Islam ketika ditanya seorang wartawan apakah orang-orang Yahudi tidak percaya bahwa suatu saat mereka akan dikalahkan oleh umat Islam seperti yang ditasbihkan dalam kitab mereka.. Tokoh Yahudi  itu menjawab pertanyaan tersebut dengan tenang, "Masa itu masih sangat jauh kawan. Orang-orang Islam baru bisa mengalahkan kami kalau jamaah salat subuh mereka sama dengan jamaah salat jum'atnya".

Ironis bukan? so, mumpung masih momen Ramadan mari kita ramaikan masjid, rapatkan dan luruskan shaf  ...

7 comments:

  1. iya, saya kadang sebel liat orang kalo solat cuek soal shaft. biasanya kalo sepantaran atau lebih muda usianya, biasanya saya main tarik aja biar rapat ke saya (atau saya yang merapat). susahnya kalo dapat temen sebelah udah tuwir, pake sorban, dan sok ngerti. jadi enek.

    makanya, kesadaran jamaah sangat penting dalam soal barisan dalam solat ini.

    makasih ya, sudah mengingatkan

    ReplyDelete
  2. hiks, baru sekali solat tarawih di masjid pd ramadhan ini

    ReplyDelete
  3. sama-sama ... saya juga sering mengalami situasi seperti Anda ....

    ReplyDelete
  4. masih banyak kesempatan sampai akhir Ramadan ... ayo kejar ...

    ReplyDelete
  5. Dulu seriiiiing sekali sholat di Salman. Suasananya selalu menyenangkan & syahdu. Betah berlama2 disana. Jadi kangen...

    ReplyDelete
  6. kalo aku seneng banyak tukang jualannya, segala rupa makanan ada ...:)

    ReplyDelete