Tuesday, August 25, 2009

Umat Islam, Mau Reaktif atau Pro Aktif?


Peristiwa serangan 11 September 2001 di AS masih menjadi misteri dan menyisakan tanda tanya besar benarkah soal siapa sebenarnya pelaku serangan yang dikutuk seluruh dunia itu. Tapi yang paling merasakan dampak dari peristiwa itu adalah kaum Muslimin di hampir seluruh belahan dunia bahkan yang ada di negeri-negeri Muslim sendiri. Mereka menjadi target kecurigaan, pelecehan, penyerangan dan stigmatisasi sebagai teroris. Sebuah beban psikologis yang tidak bisa dibilang ringan. Agama Islam dan simbol-simboln ikut menjadi sasaran kebencian. Kata Islamofobia pun menjadi begitu akrab di telinga kita.


Tapi bersamaan dengan makin meningkatnya kebencian masyarakat Barat terhadap Islam dan Muslim, muncul fenomena yang tak terduga. Semakin banyak orang yang membenci dan mencaci maki Islam, ternyata bertambah banyak pula orang yang mempelajari Islam dan akhirnya menjadi seorang Muslim. Uniknya, fenomena ini justeru terjadi AS sendiri dan negara-negara Eropa.

Di AS, diperkirakan 20.000 orang masuk Islam setiap tahunnya pasca peristiwa Black September. Pertumbuhan pesat pemeluk Islam di AS diakui oleh The Population Reference Bureau USA Today dan menlu AS sekarang, Hilarry Rodham Clinton yang mengatakan,"Islam adalah kelompok dengan pertumbuhan tercepat di dunia."

Munculnya fenomena menarik ini, tentu saja jangan disalahartikan bahwa Islam harus dicaci maki dulu, apalagi harus ada "teror" dulu, jika ingin lebih dikenal orang atau jika ingin lebih banyak orang yang memeluk Islam. Karena Allah Swt sudah memberikan jaminan bahwa agama Islam akan tetap terjaga sampai akhir zaman dan Dia pula yang memberikan hidayah pada siapa saja yang dikehendakinya.

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Qs. Al-Hijr: 9)

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Qs. Ali Imran: 19)

“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.” (Qs. Asy-Syura: 42)

Di balik berbagai tuduhan keji pada Islam dan Muslim setelah peristiwa  teror 11 September itu, Allah Swt telah menunjukkan kebesarannya, blessing in disguise, dengan makin banyaknya orang yang masuk Islam. Subhanallah ...

Sebagai manusia yang memiliki banyak keterbatasan, kita kadang tidak mampu meraba apa hikmah yang akan terjadi dibalik sebuah peristiwa. Adanya kita cenderung bersifat reaktif dalam menghadapi isu-isu sensitif terkait Islam dan terkadang reaksi itu tidak memberikan solusi  dan malah menjadi obyek dan santapan nikmat mereka yang memang tidak senang melihat umat Islam bersatu dan solid.

Dan belakangan ini, Muslim Indonesia kembali menghadapi "ujian" itu, ketika terbetik berita bahwa aparat kepolisian akan mengawasi dakwah Islam di masjid-masjid. Banyak diantara kita yang langsung melontarkan pernyataan sinis pada polisi-tanpa bermaksud membela polisi-dan mengungkapkan kekhawatiran bahwa tindakan itu adalah upaya untuk membungkam gerakan dakwah dan akan menjadi ancaman bagi keberlanjutan dakwah Islam.

Padahal ... sebagai umat yang meyakini kebenaran Islam dan tentu saja kebesaran Allah Swt, kekhawatiran-kekhawatiran dan pernyataan keras tidak perlu terlontar. Meski merasa dibatasi dan dimata-matai, bukankah ini kesempatan bagi para juru dakwah untuk menunjukkan dedikasinya pada umat dan bukankah ini kesempatan bagi mereka untuk lebih menjelaskan agama Islam yang sebenarnya pada aparat yang mengawasi dan memantau ceramah-ceramah mereka, sehingga mata hati mereka lebih terbuka bahwa Islam adalah agama yang damai dan sama sekali bukan agama "terorisme". Siapa nyana pula, mereka yang mengawasi jadi lebih meningkat ketaqwaannya dan bahkan tertarik masuk Islam, jika yang bertugas memantau di masjid seorang non-Muslim?

Pertumbuhan kaum Muslimin yang makin pesat membuktikan bahwa Islam berkembang dengan caranya sendiri dan tangan Allah Swt bermain di dalamnya. Tinggal kita, sebagai umat Islam bagaimana bersikap dalam menghadapi setiap tantangan dakwah itu. Mau reaktif atau pro-aktif. wallahualam.

Pojok kantor,
5 Ramadan 1430 H/26 Agustus 2009

2 comments:

  1. reaksi dari umat sendiri pun tampaknya telah menjadi sesuatu yg diantisipasi jauh2 hari oleh orang2 yang berkepentingan dalam tidak bersatunya masyarakat dunia..sehingga diciptakanlah berbagai jenis perangkat yang hakikatnya alat kontrol massa..sayangnya masih banyak saja yg tidak ngeh akan kehadiran perangkat2 ini... jadi tampaknya akan sulit untuk mengharapkan sebuah ke-proaktifa-an dari sebuah komunitas, selama tidak adanya usaha untuk keluar/melawan sistem global yg opresif ini dari internal komunitas itu sendiri...semoga Allah melindungi kita..

    ReplyDelete
  2. yah ... awareness umat untuk masalah-masalah kritis seperti ini memang masih lemah ... semoga Allah senantiasa melindungi kita ...

    ReplyDelete