Sunday, October 26, 2008

Laskar Pelangi, (Bukan) Film untuk Anak-Anak?

Minggu pagi, Faish, ponakan saya yang akhir November besok akan berusia lima tahun, merengek pada uminya minta nonton film Laskar Pelangi yang sedang heboh itu. Karena terus merengek, akhirnya umi dan abinya mengalah dan mengabulkan permintaan Faish. Saya yang kebetulan memang belum sempet nonton film itu juga ikutan ke 21 Detos, buat memuaskan rasa ingin tahu saya tentang film yang diangkat dari buku berjudul sama karya Andrea Hirata ini.

Tapi yang jadi bahan pembicaraan saya dengan uminya Faish, adalah keinginan Faish nonton film Laskar Pelangi. Entah, kenapa tiba-tiba Faish merengek minta nonton film itu. Tapi kesimpulan kami siang itu, mungkin Faish mendengar cerita dari teman atau sepupu-sepupu saya yang SD, yang sudah duluan nonton film itu. Jadilah dia ikut-ikutan pengen nonton juga, padahal saya yakin Faish sebenarnya juga enggak tahu tahu apa tentang Laskar Pelangi. Kesimpulan kami lainnya, Faish cuma cari-cari alasan supaya bisa jalan-jalan keluar, secara ponakan saya yang satu ini memang enggak betahan berlama-lama di dalam rumah apalagi hari libur Sabtu-Minggu, senengnya jalan-jalan kemana gituh ....

Pukul 12.15 film dimulai. Detik-detik pertama, Faish masih tenang, mungkin lagi adaptasi, karena ini adalah pengalaman pertamanya nonton di bioskop. Lima belas menit kemudian, ponakan saya yang memang aktif ini, mulai tidak konsentrasi. Ia mulai celingak-celinguk ke kanan-ke kiri atau ke belakang, karena mendengar banyak suara anak-anak bahkan ada anak-anak yang seusianya malah asik kejar-kejaran di bagian bawah layar. Selanjutnya, Faish betul-betul enggak bisa diam. Cuma sesekali saja ia memperhatikan layar, bahkan ketika kami tertawa saat adegan lucu. Faish malah nanya, "ada apaan sih mi?". Atau ketika melihat uminya meneteskan air mata, Faish juga cuma bertanya, "kenapa mi, nangis?". Sepanjang film, ntah sudah berapa kali uminya menyuruh Faish duduk tenang dan menyimak filmnya.

Tapi Faish cuma bisa bertahan paling beberapa detik saja. Setelah itu ia mulai enggak bisa diem lagi. Bahkan sempet nanya soal sorotan cahaya yang keluar dari tempat pemutaran film. Jadilah saya menjelaskan, itu cahaya apa dan berasal darimana.

Di akhir film, Faish ikut-ikutan nyanyi lagu soundtrack Laskar Pelangi yang dinyanyi'in Nidji. Keluar bioskop saya iseng nanya, "Faish ngerti gak cerita filmnya apa?". Seperti biasanya, Faish cuma ketawa-ketiwi dan tanpa rasa berdosa jawab,"Bude ... Faish tuh cuma pengen denger lagunya aja, bukan nonton filmnya ..."

Saya dan uminya cuma mesem. Faish,Faish,  ... kalo cuma mau denger lagunya, kenapa tadi ngotot minta nonton ... kan bisa beli kaset lagunya ajah ...

Laskar Pelangi memang bukan film untuk anak-anak, maksud saya anak-anak usia dini seperti Faish yang belum genap lima tahun. Karena di dalam bioskop pun saya perhatiin, banyak anak-anak yang seusia Faish enggak nonton, tapi malah main-main atau ngobrol.

Anyway, buat saya, film Laskar Pelangi lumayanlah .... setidaknya saya bisa menyaksikan keindahan pantai Belitong yang biru jernih meski cuma sedikit. Plus, menikmati dialek melayunya Cut Mini, yang memerankan Ibu Muslimah.

21 comments:

  1. jadi Faish yang ganggu tante inna nuntun yah?
    he..he..

    ReplyDelete
  2. mungkin film Laskar Pelangi lebih tepat disebut film tentang anak-anak, bukan film anak-anak ya mbak, he he he

    ReplyDelete
  3. apalagi "film dewasa". hehehe.
    anak usia dini, biasanya tertarik film-film yang secara visual lucu, seperti film kartun animasi.

    ReplyDelete
  4. saya mengantuk nonton film ini....
    ke inget jaman kecil dulu.. kalok nonton ACI or other film lainnya..

    ReplyDelete
  5. Sepakat. Ini memang film tentang anak, bukan film untuk anak, terutama anak-anak dibawah 8 tahun. Cerita yang berbingkai serta simbol-simbol yang bertebaran di sana-sini membuat film ini menjadi tidak sederhana.
    Salam

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah masih ada film tentang anak2.. yang isinya baik untuk anak2.. Soalnya sekarang banyak sinetron yang pemainnya masih anak2 tapi isinya jauh dari kebaikan.. terutama untuk anak2. Mudah2an film ini menginspirasi film2 maker lain untuk membuat tontonan serupa atau yg lebih baik di media manapun..

    ReplyDelete
  7. Visual keindahan alam belitung nya banyak ga yg di ekspos Len?
    secara blm sempat nonton nih...
    heheheeee..

    ReplyDelete
  8. hm....jadi inget ptama kali ajak ponakan nonton bioskop.....waktu itu malah ku bdua sepupu ajak ponakan nonton harry potter dan ponakanku baru 3 tahun waktu itu, dan untuk 10 menit ptama kita sibuk menjawab pertanyaan kenapa lampunya dimatiin, kenapa layarnya gede banget, kenapa suaranya gede, banyak kenapanya deh sampe akhirnya dia cape and ketiduran deh.. dan kita sukses menonton tanpa gangguan kenapa or rengekan minta pulang :D

    ReplyDelete
  9. iyah, terutama keindahan pantainya yang kata temen saya sebenarnya baguuss banget ...

    ReplyDelete
  10. Anak 5 tahun mah nontonnya film Doraemon. Hehehe
    Sesuai dengan novelnya, film Laskar Pelangi memang bukan film untuk anak-anak usia 5 tahun karena ceritanya sulit dicerna oleh anak-anak di usia itu. Anak saya yg berusia 9 tahun cukup memahami ceritanya.

    ReplyDelete
  11. wadoohhh... jadinya gangguin aja dong ya Faish? ;)

    ReplyDelete
  12. hehehe..Faish..Faish.. untung aja nggak merengek minta keluar bioskop sblm film selesai:)
    waktu saya nonton, di sebelah ada anak usia 5 thn-an, ribut banget nanya2, "Pa, dia jatuh cinta ya?" .."Wah..jatuh cinta lagi deh.." "Itu Tora Sudiro jatuh cinta ya..?"
    gubrax deh

    ReplyDelete
  13. Denger cerita yang pada nonton jadi penasaran..hu..hu..hu.

    ReplyDelete
  14. Tenang aja Faiz, bude sebetulnya seneng tuh, kan gara-gara faiz jadi nonton Laskar Pelangi hehehe ya kan Bude Lena....

    ReplyDelete
  15. gedean dikit nontonnya bareng kembar yuukkss... ;)

    ReplyDelete
  16. hehehe, lima tahun sudah kenal sosok Tora Sudiro dan kosa kata jatuh cinta ...? wah, anak-anak sekarang kadang mengejutkan perkembangannya yah ...

    ReplyDelete
  17. hayuukk, mudah-mudahan ada film bagus lagi yah ...:)

    ReplyDelete
  18. hehehe, iya juga sih, Adam tahuuuu ajah ....:)

    ReplyDelete
  19. Aku juga dah nonton Mbak...seru dan terharu...memang klo anak2 usia 5 ke bawah mungkin belum ngerti kali yak ...filmnya kupikir lebih realitis dibanding memoarnya...apalagi akting para bintangnya yang begitu natural...mau lagi nonton euy :-)

    ReplyDelete