Thursday, November 13, 2008

...Kuburan...

Hari ini baru jam setengah sebelas nyampe kantor. Karena paginya harus ke pemakaman umum buat mengurus perpanjangan makam bapak yang sudah habis jatuh temponya. Karena kalau enggak diperpanjang setelah habis masa berlaku surat pemakamannya, besok-besok jangan harap bisa melihat lagi makam orang tua kita  atau makam orang-orang yang kita cintai. Makam yang masa berlakunya tidak diperpanjang dianggap enggak ada ahli warisnya dan akan diisi oleh penghuni lain. Perpanjangan makam, dilakukan selama tiga tahun sekali.

Dari sisi kemanusiaan, sulit rasanya mentolerir kebijakan itu. Untuk "beristirahat" dengan tenang saja koq rasanya susah sekali ya di negara kita ini dan sepertinya tak ada penghormatan terhadap warga negaranya yang sudah meninggal. Tapi saya cukup maklum dengan alasan bahwa tanah untuk pemakaman di kota besar seperti Jakarta ini sangat terbatas. Sementara calon penghuni makam akan terus bertambah.

Jadi orang yang sudah meninggal pun, ibarat kata, tetep harus bayar "kontrakkan" makam. Saya tidak tahu apakah kebijakan semacam ini juga berlaku di negara lain. Bersyukur kalau ahli waris makam adalah orang-orang yang peduli dan mampu secara finansial, sehingga bisa terus membayar "kontrakkan". Masalahnya, bukan sekali dua kali saya mendengar cerita ada orang menangis tersedu-sedu ketika datang ke makam, ternyata makam ia cari sudah digantikan oleh makam orang lain, karena tidak memperpanjang "kontrakkan".

Ingat itu, saya jadi mikir, gimana jika izin hidup saya di dunia ini sudah habis dan harus tinggal di "rumah kontrakkan" itu. Apakah makam saya akan tetap ada, terawat dan selalu dikunjungi, seperti makamnya para pahlawan yang ada di makam pahwalan itu? Sampe kepikirian buat nabung dari sekarang, supaya ahli waris yang saya titipkan nanti, bisa terus membayar perpanjangan "rumah kontrakkan" saya. Atau nasib saya juga akan sama seperti makam-makam yang terbengkalai dan tak diurus dan harus merelakannya untuk diisi orang lain. Entahlah ....

"cukup tanah merah dan kendi berisi air, itulah rumahku, peristirahatan abadi."

 (Herri Hendrayana Haris,Balada Si Roy)

9 comments:

  1. Duh, tega amat ya :(

    Kira-kira mayat yang diusir dari pemakamannya itu dikemanakan ya mbak?

    dikubur di tempat lain?

    ReplyDelete
  2. hiks sedih ya..tapi makasih mba dah diingatkan

    ReplyDelete
  3. inna juga sering miris liat kuburan di karet tiap kesana mbak
    ada yang ga keurus...kata yang jaga keluarganya ga datang2.
    duhh..

    ReplyDelete
  4. seandainyapun memang sudah sedemikian padat penghuni bawah tanah itu, yang pasti doa dari anak sholehahnya tetep nyampe kan yaa te' Lena? ;)

    ReplyDelete
  5. betul dek kembar .... termasuk doa dari sahabat-sahabat yang baik ....:)

    ReplyDelete
  6. saya juga gak tahu, apakah jenazah yang baru di tumpuk ke kerangka yang lama terus nisannya diganti, atau gimana yah ...:(

    ReplyDelete
  7. Sepertinya Pola di Mesir bisa diterapkan lho mbak..
    Satu lubang kuburan bisa untuk banyak mayat..
    Hanya di letakkan di tempat yang memang tinggal tulangnya, lalu disingkirkan, diganti dengan yang baru, ditulis siapa saja yang menempati rumah masa depan itu..

    Bumi dimana pun juga adalah bumi Allah SWT, ternyata manajemen Kuburan juga harus ada ya mbak...Semoga Bapak selalu tenang di alam sana..Ya Robb

    ReplyDelete
  8. iya, seorang teman yang pernah tinggal di Mesir juga pernah cerita seperti itu pola pemakaman di Mesir. Masalahnya, budaya masyarakat kita kayaknya bakal sulit menerima pola pemakaman seperti di Mesir.

    *aamiin, terima kasih buat doanya ...

    ReplyDelete