Sunday, July 27, 2008

Belajar dari "Gadis Cilik di Jendela"

Sebetulnya, sudah lama banget pengen baca buku "Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela", karena denger dari beberapa temen yang bilang buku ini bagus dan layak buat dibaca. Sayangnya, saya cari-cari di toko buku gak ketemu, baru sekitar sebulan yang lalu saya dapetin buku ini di sebuah toko buku di Depok dan yang tersedia cuma edisi hard-cover. Ya, tak apalah, daripada penasaran terus.

Buku yang ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi ini berkisah tentang pengalaman seorang anak perempuan Jepang usia kelas satu sekolah dasar bernama Totto-chan, yang memiliki pribadi yang unik, pribadi yang sebenarnya  banyak dimiliki oleh anak-anak seusia Totto-chan. Saking uniknya, dalam usia yang relatif masih kanak-kanak, Totto-chan sampai dikeluarkan dari sekolahnya, karena tindakannya dianggap kerap mengganggu kenyamanan dan kelancaran aktivitas belajar mengajar di kelasnya.

Beruntung, Totto-chan memiliki ibu yang bijak. Sang ibu tidak pernah memarahi puterinya dan tidak bilang pada Totto-chan kalau ia dikeluarkan dari sekolah karena dianggap sebagai "anak nakal" oleh para gurunya. Sang ibu menyimpan kisah itu sebagai rahasianya dan baru menceritakannya pada Totto-chan, ketika puterinya itu berusia 20 tahun !

Karena keunikan sifat Totto-chan, sang ibu nyaris putus asa mencari sekolah lain yang tepat buat puterinya setelah dikeluarkan dari sekolah. Sampai akhirnya sang ibu menemukan sekolah yang tak kalah uniknya bernama Tomo Gakuen. Pilihan sang ibu ternyata tak salah, sekolah yang menggunakan gerbong kereta sebagai ruang kelas siswanya itu ternyata cocok buat Totto-chan. Di sekolah inilah Totto-chan merasakan keindahan masa kanak-kanaknya, yang bebas tanpa beban ... tanpa ada aturan ketat yang mengikatnya, tanpa ada orang yang melarangnya melakukan ini itu, tapi ...  justru di sekolah "bebas" ini Totto-chan menemukan jati dirinya, belajar banyak tentang kehidupan, belajar untuk saling mencintai dan menghormati orang lain ... pelajaran yang ia rasakan kemudian hari menjadi bekal terpenting dalam menjalani kehidupannya sebagai manusia dewasa yang sesungguhnya, bukan sekedar manusia yang "pintar" otaknya.

Membaca lembar demi lembar pengalaman Totto-chan, saya seperti disadarkan kembali bahwa betapa kita orang-orang dewasa kerap cemas berlebihan terhadap sikap anak-anak yang kerap kita anggap "nakal", kita kerap berteriak "jangan ..." jika melihat tindakan anak-anak yang menurut kita, orang dewasa berbahaya dan tidak layak dilakukan, sehingga menutup kesempatan bagi si anak untuk belajar dari tindakannya sendiri dan menutup keinginan si anak untuk memuaskan rasa ingin tahunya ...

Misalnya saja, apa yang akan kita lakukan jika melihat seorang anak seusia kelas satu SD, menguras bak penampungan kotoran dari toilet hanya karena ingin mencari dompet kesayangannya yang tercebur ke WC. Atau, apa yang akan kita katakan, jika melihat baju anak kita selalu robek sepulang sekolah?

Sulit dibayangkan, ketika melihat Totto-chan menguras bak penampungan kotoran, si kepala sekolah cuma bilang,"Kau akan memasukkan kembali semua kalau kau sudah selesai bukan?" dan Totto-chan memang benar-benar melakukan apa yang dikatakan kepala sekolahnya, meski ia tidak pernah menemukan kembali dompet kesayangannya.

Lucu, tegang dan mengharukan, itu yang saya rasakan ketika membaca buku Totto-chan. Surprise ... ketika di akhir cerita saya mengetahui bahwa buku ini ternyata kisah nyata, pengalaman pribadi Tetsuko-penulisnya-sendiri. Tadinya saya pikir sosok Totto-chan dan kisah yang ditulis dalam buku ini cuma imajinasi belaka. Buku ini, saya pikir, patut dibaca para orang tua.

15 comments:

  1. salah satu buku favorite inna......

    ReplyDelete
  2. Wah.. jadi pengen baca juga... ^_^

    ReplyDelete
  3. dah lama baca ini, ada 10 taon yg lalu kali ya *dah tua bener dah gw*
    jadi pengen baca lagi...
    inget totto chan dan karcis kereta itu...

    ReplyDelete
  4. hehehe, yang bikin saya nyengir, salah satu cita-cita Totto-chan jadi mata-mata ... jarang ada anak yang pengen jadi mata-mata ....

    ReplyDelete
  5. saat makan dan berenang adalah saat yg berkesan banget!!!

    saya juga baca ini udah sekitar 10than yg lalu..masih berupa fotocopy sangking ngebet pengen baca dan gramed belum nerbitin lagi!

    ReplyDelete
  6. mustinya ini jd buku panduan mendidik anak atau buku panduan para guru dan pendiri sekolah betul ga....??!!! hehehe...totto chan ini unik dan asli anak-anak banget dengan tingkah dan perilaku yang polos, sekarang ini banyak ngeliat anak yang sudah terkontaminasi ama tivi, ama ambisi ortu ama yang lain deh...hihi sok tau deh:p

    ReplyDelete
  7. Tambah penasaran deh.. Udah lama banget dengar tentang buku ini. Tapi tiap kali pulang ke Indonesia nggak pernah nemu di toko buku.

    ReplyDelete
  8. keren nih buku.. :)
    pengin pinjem deh... :)

    ReplyDelete
  9. aku baca berkali kali.. keyen deh.. enak yah belajar di gerbong kereta..

    ReplyDelete
  10. sepertinya iya ... tapi yang asyik kayaknya metode belajar mengajarnya ....

    ReplyDelete
  11. But Mbak Len, menurut temen ku yang tinggal di (prof. doc. psikologi, orang timur tengah yang cukup famous sbg pemeran utama di talk show, seminar ilmiah, politik, etc..etc..), Toto Chan versi dewasanya bukanlah pribadi yang menyenangkan. Arrogant, high ego, tidak berempati. Katanya lagi, bukan hanya dia yang berpendapat begitu, banyak orang tidak simpati sama Toto Chan dewasa. Tapi yaaahh.. hari gini kalo ga arrogant, ga high ego, katanya ga keyen hehehhe...

    ReplyDelete
  12. wah ... informasi menarik mbak Ira, coba kalau ada tulisan lengkap tentang Totto Chan dewasa .... aku dikasih tahu, pengen baca .... soalnya kan enggak bisa lepas dari masalah budaya dan tradisi. Buat orang Jepang mungkin bukan ego, tapi buat orang lain mungkin sudah egois ... dan perlu dicerna apakah itu akibat didikan di Tomoe Gakuen?

    *hehehe, sotoy yah gue .... btw, gimanah cerita tentang dirimu, koq gak ada lanjutannya ... soale lebih seru dari cerita Totto chan kayaknya ... :)

    ReplyDelete
  13. Mungkin dia jadinya terlalu percaya diri kali ya.. (bisa jadi krn pengaruh Tomoe Gakuen juga..). Temenku itu sdh tinggal di Jepang sejak 20 tahun yl, jd sdikit banyak ngerti ttg culture nya Japon. Btw bus way anyway.. no comment lah..
    Cerita diriki mah lagi ilfil ngbahas nya euy.. tu bi kontinyu ajah yah..

    ReplyDelete
  14. bisa jadi yah ... over confident ... gak bagus juga jadinyah ...

    *sok atuhlah ... ditunggi 2 be kontinyu nyah ... :)

    ReplyDelete