Wednesday, January 28, 2009

Menyalakan Api Imajinasi dalam Otak Kita


sebuah artikel menarik buat mereka yang kerap menemukan kesulitan untuk memulai menulis. ini tips-tipsnya ...


Menyalakan Api Imajinasi dalam Otak Kita

oleh: Farid Gaban

Beberapa penulis tahu benar apa yang mau mereka katakan atau mau mereka tulis. Mereka hanya mulai mengetik dan tulisan mengalir dari tangannya. Namun, sebagian besar penulis, memerlukan jalan yang lebih sulit. Kadang mereka menemukan ide bagus, namun seringkali mereka hanya duduk dan menatap layar komputer tanpa ada kata-kata yang bisa keluar.

Jika Anda masuk kategori kedua, marilah mulai menanam benih gagasan.

Kreativitas = gagasan + ketrampilan/kerajinan teknis

Anggapan Keliru:
* Kreativitas hanya untuk seniman
* Kreativitas identik dengan tindakan eksentrik, liar, tidak ilmiah
* Kreativitas merupakan bakat sejak lahir

PENTINGNYA KREATIVITAS

Ilmuwan memerlukannya. Meski sering diasosiasikan dengan kehidupan seorang seniman, kreativitas sebenarnya adalah hak kita semua, bahkan seorang ilmuwan. Tengoklah sejarah Albert Einstein, Archimides, Newton, dan Thomas Alva Edison.

Begitu pula manajer. Setelah lepas dari kungkungan positivisme/modernisme sekian abad, banyak ahli kini menengok pentingnya kreativitas dan imajinasi sebagai solusi untuk banyak bidang. Tidak hanya seni, tapi juga rekayasa, sains, bisnis dan manajemen.

Bahkan seorang pembantu rumah tangga memerlukan kreativitas dan imajinasi ketika harus meramu bahan belanjaan menjadi menu sedap di atas meja.

Kreativitas = "Problem Solver". Dalam keseharian, orang yang bisa memecahkan masalah disebut kreatif, selalu menemukan ide untuk menyelesaikan masalah.

Jika Indonesia sekarang ini sulit keluar dari krisis, sebagian karena kita secara kolektif kita tidak kreatif dan tidak imajinatif dalam memecahkan masalah.

KREATIVITAS BISA DIPELAJARI

Bakat dan jenius? Kita selalu melihat raksasa-raksasa adi-karya seni dan ilmu sebagai jenius. Beethoven, Picasso, Edison, dan Iwan Fals adalah jenius. Seperti bakat dan kejeniusan, kreativitas sebenarnya buah dari proses belajar. Proses "trial and error" dan kerja keras. Edison memerlukan dua tahun penuh hanya untuk bisa menemukan filamen lampu yang tepat, mengirim orang ke hutan Amazon dan Kepuluan Jepang untuk mencari bahan itu.

MEMUPUK KREATIVITAS

"Kita semua adalah mahluk kreatif, dan kreativitas adalah seperti otot yang akan menguat jika kita terus melatihnya." (Cal Moyer, Direktur the American Creativity Association).


* Berteman dengan kegagalan. Suka bereksperimen. Mau menanggung risiko membuat kesalahan.

* Mengeksplorasi berbagai metode berpikir. Pentingnya berpikir "out of the box". Menggunakan teknologi dan alat bantu untuk memicu kreativitas. Software komputer untuk brainstorming dan mind-mapping.

* Mengkawin-silangkan gagasan. Membuka diri terhadap gagasan baru, menabrakkan gagasan kita dan mengujinya dengan gagasan lain, serta mencari sintesa baru. Banyak membaca, melihat dan mengalami.

* Mengambil jarak dari kerutinan. Art Frey, eksekutif perusahaan 3M, menemukan gagasan tentang notes tempel "Post-It” ketika sedang menyanyi paduan suara gereja. Banyak terobosan muncul tidak di ruang kerja atau di depan komputer, tapi ketika kita sedang melakukan sesuatu yang menyenangkan.

* Menyediakan "ruang kreatif" di rumah atau kantor. Ruang fisik dangan tatanan yang bisa mencetuskan imajinasi.

* Menapis kreativitas bawah-sadar. Seseorang bisa meminta pikiran bawah sadar untuk bekerja sepanjang malam dan menangkap gagasan sangat kreatif tadi di esok harinya. Berpikir jelas tentang apa masalah yang akan dipecahkan sebelum tidur. Menulis dalam bank ide atau jurnal kreativitas. Ketika bangun, bukannya terus beranjak dari tempat tidur, tapi memfokuskan diri untuk memanen gagasan halus yang muncul sepanjang malam.

MENANAM BENIH GAGASAN

Beberapa penulis tahu benar apa yang mau mereka katakan atau mau mereka tulis. Mereka hanya mulai mengetik dan tulisan mengalir dari tangannya. Namun, sebagian besar penulis, memerlukan jalan yang lebih sulit. Kadang mereka menemukan ide bagus, namun seringkali mereka hanya duduk dan menatap layar komputer tanpa ada kata-kata yang bisa keluar.

Apa yang kita lakukan jika kita masuk kategori kedua? Salah satu yang bisa kita lakukan adalah dengan menanam benih gagasan, sehingga gagasan itu tinggal menunggu dipetik ketika kita membutuhkannya. Caranya: membuat catatan harian, atau yang lebih mudah, log harian. Ini bisa dilakukan dengan notes sederhana, atau bahkan kartu kertas buram, atau berkas komputer, atau database internet. Catatan ini menangkap apa saja yang lewat di kepala dan hati kita sebelum menguap; juga kliping, gambar, coretan lain.


APA YANG KITA SUKAI, APA YANG KITA BENCI?

Tempat yang bagus untuk mulai mencari ide adalah meilhat apa yang kita sukai dan kita benci. Apa yang membuat kita bahagia dan apa yang membuat kita sedih atau marah. Ini merupakan "provokator" dalam otak kita untuk menulis dengan sepenuh jiwa. Cakupannya bisa sangat luas: politik, hiburan, atau bahkan benda-benda di sekitar kita. Apa saja minat kita yang cukup bisa memicu rasa marah atau senang dalam diri kita.

APA YANG KITA KETAHUI?

Orang di sekitar kita bisa menjadi salah satu sumber gagasan yang bernas. Mereka punya pekerjaan, hobi, minat dan masalah yang membuat mereka ahli dalam urusan tertentu. Teman kita yang arsitek bisa diwawancara untuk merancang rumah secara bagus. Dengan sedikit fiksionalisasi, teman kerja kita yang nyinyir mungkin bisa menjadi tokoh karikatural dalam sebuah cerpen. Lihatlah orang-orang sekitar kita. Jajaki kemungkinan mereka menjadi sumber dari artikel, topik wawancara atau gagasan cerita fiksi.

SIAPA YANG INGIN KITA KENAL?

Orang seringkali melukiskan proses menulis sebagai sebuah tugas solo, sendirian, tapi salah satu keuntungan dari menjadi penulis adalah kita bisa menggunakan keahlian itu untuk bertemu orang. Pikirkan tentang orang terhormat atau terkenal yang ingin kita temui: penulis yang kita kagumi, ahli dalam bidang yang kita minati, aktor atau politisi. Banyak dari mereka sulit ditemui, tapi beberapa sangat mudah, lebih mudah dari yang kita bayangkan.

KEMANA KITA PERNAH PERGI?

Perjalanan adalah cara bagus untuk memicu munculnya ide. Ingat kembali tempat yang pernah kita kunjungi dan hal-hal yang kita lakukan di situ. Pikirkan juga perjalanan yang ingin kita lakukan. Untuk menulis artikel panduan wisata hingga latar cerita, perjalanan kita bisa menjadi sumber gagasan yang subur. Kapan saja kita bepergian, ingatlah untuk membuat jurnal dan menulis apa yang berkesan.

APA YANG PERNAH KITA LAKUKAN?

Tengoklah bidang apa saja yang kita kuasai dengan baik. Apa pekerjaan yang pernah kita punyai? Apa hobi yang kita tekuni? Apa yang kita pelajari, di sekolah, di universitas? Itu semua adalah wilayah pengetahuan kita. Kita mungkin mungkin bukan pakar, tapi dalam dunia tulis-menulis, umumnya cukup untuk sekadar menjadi amatir yang cerdas sepanjang kita mau melakukan riset untuk cerita/artikel kita. Sama seperti teman bisa menjadi sumber bagus informasi, kita sendiri adalah sumber penulisan yang bagus. Tak hanya kita tahu tentang hal-hal tertentu, tapi kita sendiri juga lebih bisa dijangkau dan tersedia, ketimbang orang lain. Setiap pekerjaan, dari bekerja di sebuah gudang hingga menjadi penerima telpon di kantor kecil, memiliki tuntutan dan wilayah minat. Pikirkan ini menjadi artikel atau cerita.

APA YANG PERNAH KITA BACA?

Jika kita seorang penulis, maka kemungkinan besar kita juga pembaca yang tekun, dan sangat berguna jika kita mencatat apa yang kita baca. Suratkabar, majalah, internet, dan buku yang kita baca adalah sumber subur gagasan. Majalah apa saja, bahkan buku komik anak-anak, dan tak hanya teks, tapi juga gambar dan iklan.

APA YANG TERJADI PADA KITA?

Di luar pekerjaan dan hobi yang kita punya, ada banyak hal lain yang menjadi kekayaan kita. Ada ratusan titik pasang dan titik surut dalam kehidupan setiap orang; pertemuan dan perpisahan, cinta, kecelakaan, plot, rencana, pilihan dan kesalahan. Setiap kepingan kenangan layak menjadi sebuah cerita atau artikel. Hidup kita sendiri adalah sumber luas dari bahan cerita jika kita memiliki ketrampilan untuk membuatnya menarik bagi orang lain.

Gagasan ada di mana-mana. Di sekitar kita. Jika kita menyimak apa yang ada di atas, kita akan memiliki segudang atau bahkan selautan gagasan untuk dikerjakan, hanya jika kita mau membuka mata lebar-lebar dan menyiapkan panca-indera kita untuk mendukugnya. Gagasan akan datang jika kita siap dan memberinya perhatian. Kita hanya perlu memiliki sistem untuk melacaknya kembali, bahkan jika itu hanya notes lusuh tempat kita membuat coretan.

Gagasan adalah bahan bakar penulisan dan cara-cara kita menyelesaikan masalah. Jagalah selalu bahan bakar itu tersedia.

Bahan Bacaan:

* The Idea Farm (John Hewitt, the Writer's Resource Center, 2002)
* Using Creativity Techniques in Your Writing Career (Carolyn Campbell, the Writer's Resource Center, 2001)
* Quantum Learning (Bobbi de Potter, Mizan, 1993)


***Profile Farid Gaban bisa diakses di www.facebook.com


8 comments: