Sunday, September 2, 2012

[Cerpen] Matinya Seorang Mega Bintang


*cerpen yang terinspirasi dari berita meninggalnya Michael Jackson, ditulis di multiply pada 9 Juli 2009




Lelaki itu terus mengikuti pemberitaan di televisi sejak media massa memberitakan kematian The King of Pop, Michael Jackson akibat serangan jantung. Ia menyaksikan bagaimana media massa kembali marak membeberkan perjalanan hidup sang raja musik pop yang penuh warna. Kehidupan seorang superstar yang gemerlap dan bergelimang kemewahan, tanpa ada yang mampu merasakan derita batin yang sesungguhnya dirasakan si mega bintang.

Ketika bibirnya tersenyum menyambut histeria para pengagumnya, hatinya justeru sedang terluka dan menangis. Nama besar, publikasi media, kekayaan, menuntutnya untuk menjadi bintang yang sempurna tanpa ia pernah tahu untuk apa dan siapa sebenarnya ia melakukan semua itu. Jebakan kesuksesan duniawi tanpa sadar menyeretnya ke kehidupan yang serba paradoks, semu. Karena sesungguhnya sang raja musik dunia itu tak pernah merasakan kebahagiaan sejati, kebahagiaan yang hakiki hingga ia memilih bereksperimen dengan raganya sendiri, berusaha mengubah jati diri, dengan tampilan jasad yang berbeda. Tapi itu semua tak menjawab segala keresahan jiwanya ... jiwa yang sejak lama tak lagi miliknya seutuhnya, karena harus dibagi dengan banyak orang dan kepentingan.

Lelaki itu tak kuat menahan tetes airmatanya melihat jutaan penggemar Michael Jackson berkabung, menangis, berjejalan hanya untuk menyaksikan peti jenazah itu dibawa kesana kemari. Sementara di luar sana, media massa saling berlomba menyebar berita spekulasi seputar kematiannya yang mendadak, seputar penampakan arwahnya sebagai penyedap rasa berita misteri dibalik kematiannya dan yang paling konyol, berita bahwa otaknya tidak ikut dimakamkan untuk keperluan investigasi.

Lelaki itu makin sedih. Tapi apa yang bisa diperbuatnya. Konon untuk mendapatkan kebahagiaan harus berani melakukan pengorbanan. Dan lelaki itu telah melakukan pengorbanan untuk mengubur selamanya sosok superstar, megabintang dan raja musik pop itu. Hidup adalah pilihan. Pilihan paling pahit harus lelaki itu lakukan demi kebahagian yang sudah lama diimpi-impikannya.

Penyiar televisi mengakhiri laporan pandangan matanya sebagai penutup siaran langsung proses pemakaman bintang pop dunia itu. Lelaki itu memencet tombol "off" remote control televisi di tangannya dan kembali merasakan kesenyapan di sekitarnya.

Ia beringsut ke depan cermin yang tergantung di dinding kamarnya. Ditatapnya pantulan wajahnya di cermin itu. Sejenak ia terpana, hampir saja ia tak mengenali dirinya sendiri, karena wajahnya sudah berubah total. Lama ia bercermin dan akhirnya tersenyum puas. Ada pancaran kebahagiaan dalam senyum dan sinar matanya.

"Ah, aku mungkin akan kesepian. tapi aku bahagia dengan kehidupan baru ini. tak akan ada orang yang mengenaliku lagi. tak akan ada  wartawan atau penggemar yang akan mengejarku lagi. karena yang mereka tahu aku sudah mati. kini aku bisa hidup tenang di tengah keluarga dan anak-anak yang mencintaiku," desis lelaki itu.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan halus dari pintu kamarnya. Dilihatnya tiga anak-anaknya berdiri di ambang pintu, tersenyum pada lelaki yang selama ini mereka panggil "daddy". Lelaki itu mengembangkan kedua tangannya, menyambut ketiga anaknya yang menghambur ke pelukannya.

"Are you still Michael Jackson? The King of Pop?" tanya anak perempuannya yang masih berusia 12 tahun.

"No, sweety. Not anymore. but i am still your daddy ... your daddy .... and nothing is gonna change that," bisik lelaki itu sambil memeluk erat ketiga anaknya. *tamat*


Catatan: cerita ini fiktif cuma lintasan pemikiran iseng saja. kesamaan nama, lokasi dan kejadian, cuma sebuah kebetulan. boleh percaya boleh tidak. hehehehe ....

No comments:

Post a Comment