Monday, August 20, 2012

Setiap Habis Ramadan



*ngingetin diri sendiri (catatan khutbah salat idul fitri)



Tak terasa, sudah beberapa hari kita lewati bulan suci Ramadan, berganti dengan bulan Syawal, dimana kaum Muslimin sedunia bergembira merayakan hari Idul Fitri, hari lebaran, bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.

Ditengah kegembiraan itu, adakah yang tersisa dari bulan Ramadan yang baru saja kita lewati? Jika sebagian kita bergembira dengan berakhirnya Ramadan, sahabat-sahabat Rasulullah justeru merasa sedih dan cemas menjelang berakhirnya bulan Ramadan. Para sahabat Rasulullah sedih karena mereka harus menunggu setahun lagi untuk bertemu kembali dengan Ramadan, bulan yang penuh keistimewaan karena Ramadan menjadi satu-satunya bulan dalam penanggalan Islam yang disebut dalam Al-Quran (Al-Baqarah;185), bulan yang penuh berkah dan ampunan dimana pahala untuk setiap perbuatan baik dilipatgandakan.

Itulah sebabnya, para sahabat Rasulullah cemas dan gundah gulana menjelang berakhirnya bulan Ramadan karena mengkhawatirkan kualitas ibadah puasa mereka selama satu bulan penuh. Mereka takut ibadah puasa yang mereka jalani hanya mendapatkan “haus dan lapar”, tidak bernilai apalagi diterima di sisi Allah Swt.

Kita mungkin tidak pernah bersedih seperti para sahabat Rasulullah menjelang berakhirnya Ramadan. Tak pernah merasa cemas dengan kualitas puasa kita dan bertanya-tanya apakah Allah Swt menerima ibadah puasa kita selama Ramadan. Kita justeru cenderung gembira jika Ramadan usai, karena setelah Ramadan kita tidak perlu menahan lapar dan haus lagi setiap hari, tidak perlu salat tarawih di malam hari, tidak perlu bangun di pagi buta untuk sahur. Tak pelak, ibadah puasa Ramadan jadi seperti rutinitas tahunan yang dijalankan semata-mata karena beban kewajiban, tanpa makna, tanpa membawa perubahan dari sisi mental maupun spiritual.

Begitu Ramadan berlalu, berakhir pula kebiasaan-kebiasaan baik yang kita lakukan secara rutin selama bulan Ramadan yang jarang bahkan tidak pernah kita lakukan di bulan-bulan selain Ramadan, seperti kebiasaan salat malam, tadarus Al-Quran, memperbanyak sedekah, salah berjamaah di masjid dan kegiatan amaliyah lainnya. Padahal idealnya, seusai Ramadan, setiap manusia mencapai kesempurnaan diri yang tercermin dari makin meningkatnya ketaqwaaan, dan itu terlihat dari kebiasaan baik di bulan Ramadan yang tetap terpelihara seusai Ramadan, bahkan lebih baik kualitasnya. Karena inti dari perintah berpuasa di bulan Ramadan yang dititahkan Allah Swt, adalah “supaya kamu bertaqwa” (Al-Baqarah;183).

Jika seusai Ramadan kebiasaan baik itu juga ditinggalkan, kita mungkin perlu merenungkan kembali apakah puasa Ramadan kita memberikan pengaruh dan menambah nilai positif bagi keimanan kita. Apakah Allah Swt menganugerahkan ampunan dan jaminan terbebas dari api nerja seperti yang dijanjikanNya untuk mereka yang puasanya diterima.

Tak ada hal yang paling berharga dari seisi dunia selain kita mendapatkan ampunan atas dosa-dosa kita dan ampunan itu dijanjikan Allah Swt di bulan Ramadan. Alangkah ruginya jika ibadah puasa Ramadan kita hanya mendapatkan “lapar dan dahaga” karena belum tentu kita akan berjumpa kembali di Ramadan berikutnya.

Semoga Allah Swt menerima amal ibadah puasa kita dan memberi kekuatan bagi saya, Anda dan kita semua untuk tetap menjaga dan menciptakan suasana Ramadan di bulan-bulan selanjutnya. Taqabbal-llahu minnaa waminkum. Semoga Allah Swt menerima (amaliyah Ramadan) diriku dan dirimu.
Setiap habis Ramadhan
Hamba rindu lagi Ramadhan
Saat - saat padat beribadah
Tak terhingga nilai mahalnya

Setiap habis Ramadhan
Hamba cemas kalau tak sampai
Umur hamba di tahun depan
Berilah hamba kesempatan

Setiap habis Ramadhan
Rindu hamba tak pernah menghilang
Mohon tambah umur setahun lagi
Berilah hamba kesempatan

Alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan
Sekeluarga, sekampung, senegara
Kaum muslimin dan muslimat se-dunia
Seluruhnya kumpul di persatukan
Dalam memohon ridho-Nya

(Setiap Habis Ramadan, Bimbo)

No comments:

Post a Comment