Tuesday, August 14, 2012

[Journey to Hajj] Makkah: Razia Kaki Lima dan Salat Jumat



Adzan Subuh adalah adzan pertama yang saya dengar dari Masjid Haram. Rasanya baru kali ini saya mendengar lantunan adzan yang dikumandangkan dengan irama dan lafaz yang begitu indah dan menggetarkan hati. Suara panggilan salat itu menggema dan memberi kehangatan di tengah suasana subuh yang dingin. Masjid sudah penuh dengan para jamaah yang akan menunaikan salat.


Bacaan imam salat juga tak kalah indahnya, tidak terlalu pelan, tidak terlalu cepat dan dilafazkan dengan jelas  membuat kita bisa menyimak ayat-ayat suci al-Quran dan membuat salat bertambah khusyuk. Beda banget sama di tanah air, kadang saya temukan imam salat yang bacaannya sangat cepat tanpa titik koma. Salat jadi kayak orang diuber-uber tukang tagih utang. Boro-boro mau menyimak bacaan al-Qurannya ...

Usai salat, banyak jamaah yang tidak langsung kembali ke penginapan, tapi tetap tinggal di masjid. Ada yang tawaf, ada yang membaca al-Quran. Setiap ke masjid, biasanya saya membawa tempat air minum kosong, untuk diisi air zam zam yang ditempatkan dalam tempat air minum seperti dispenser dan tersedia hampir di setiap sudut masjid, plus gelas-gelas plastik yang tersusun rapi.

Pemeriksaan di pintu-pintu masjid cukup ketat. Kamera tidak diperbolehkan dibawa masuk ke Masjid Haram. Jadi jangan harap bisa bebas motret-motret disini, kecuali bisa meloloskan kamera saat pemeriksaan di pintu masjid. Alas kaki, seperti sendal atau sepatu, boleh dibawa masuk asal dibungkus rapih dan tidak kotor. Tapi herannya, ada aja orang yang kehilangan sepatu atau sendal.

Keluar masuk Masjid Haram juga harus dihapalin masuknya dari arah mana, ke posisi tempat salat supaya enggak kesasar waktu keluar. Pasalnya Masjid Haram itu luas banget, jarak dari satu pintu ke pintu lain cukup jauh. Jadi, kalo kita lupa pintu saat kita masuk, dan keluar pintu sembarangan, selisih satu pintu aja ... bisa-bisa kelilingan cari hotel tempat kita menginap.

Banyak hal-hal menarik yang saya lihat di Makkah. Setiap orang jika berpapasan, selalu mengucapkan salam. Biasanya kalo keluar masuk lift, dan di dalamnya sudah ada orang atau kita keluar duluan. Suasana relijiusnya sangat kental. Hal lain yang menarik yang saya lihat di Makkah adalah razia pedagang kaki lima. Di sekitar Masjid Haram, terutama yang dekat Pasar Seng, kalo pagi hari banyak banget orang yang menggelar dagangannya. Kebanyakan perempuan-perempuan kulit hitam dari Afrika. Tak heran kalo pagi hari saya sering melihat petugas trantib kejar-kejaran sama pedagang kaki lima. Pertama kali ngeliat sih kaget, kirain ada kerusuhan apa gitu, enggak tahunya razia pedagang kaki lima.

Makin mendekati puncak ibadah haji, Masjid Haram makin penuh sesak. Jangan harap dapat tempat di dalam masjid kalau datang pas adzan berkumandang. Jamaah pasti sudah meluap keluar masjid. Di masjid Haram tidak ada pemisahan tempat untuk jamaah laki-laki dan perempuan, seperti di Masjid Nabawi, Madinah.

Kalau kebetulan salat di lantai atas, saya sering menjumpai orang-orang tua bertawaf dengan bantuan kursi roda. Kalau tidak ada kerabat yang membantu mendorongkan kursi roda, biasanya pihak keluarga menyewa jasa orang lain untuk mendorongkan. Cuma kadang saya suka kasihan sama orang-orang tua itu, soalnya ada yang suka mendorong kursi roda mereka dengan kecepatan tinggi. Biar cepat selesai katanya, karena kalau tawaf di lantas atas masjid otomatis diameter lingkarannya makin jauh. Mereka yang menyewa jasa orang lain untuk mendorongkan kursi roda, sebisanya ikut mengawasi hitungan putarannya, karena kalau enggak suka ada yang nakal, belum muter tujuh kali dibilang udah muter tujuh kali.

Sebuah paradoks sebenarnya. Sementara kita selalu diwant-wanti supaya menjaga tingkah laku kita selama di tanah suci. Karena katanya, perilaku yang buruk akan diperlihatkan langsung dengan balasan yang buruk. Tapi kenyataannya,  ada saja orang yang memanfaatkan situasi. Tapi alhamdulillah, selama di tanah suci saya tidak mengalami hal yang 'serem-serem', kecuali khawatir si 'bulan' datang pas puncak ibadah haji. Ternyata Allah memberikan bantuan, si 'bulan' datang persis ketika saya menyelesaikan semua tahapan-tahapan ibadah haji. Kata Alhamdulillah berkali-kali rasanya tak cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya pada Yang Maha Pengasih.

Pengalaman baru selama menjalankan ibadah haji adalah ikut Salat Jumat. Karena di tanah air, Salat Jumat kan hanya lazim dilakukan oleh kaum lelaki. Salat Jumat di Masjid Haram nikmat rasanya. Meski khutbahnya dalam bahasa Arab, enggak pernah merasa ngantuk atau bosen. Pernah enggak kebagian tempat salah Jumat, dan dapet tempat nyempil di lantai dua pas udara sedang panas-panasnya. 


Kenapa yah kaum perempuan, khususnya di tanah air juga tidak dibiasakan untuk ikut Salat Jumat?

No comments:

Post a Comment