Wednesday, August 8, 2012

[ Journey to Hajj] Suatu Malam di Masjid Nabawi



 
Waktu itu, saya sengaja datang lebih awal ke Masjid Nabawi menunggu sholat Isya. Suasana masjid masih agak sepi dan banyak tempat yang masih kosong. Baru saja, saya duduk, tiba-tiba seorang perempuan berwajah Arab, cantik banget pastinya, duduk di sebelah saya. Dia tersenyum ramah dan saya membalas senyumannya. Dia membuat gerakan tangan menunjuk ke sisi sebelah saya, kemudian membuat gerakan lambaian tangan. Saya mengira, perempuan Arab yang relatif masih muda itu menanyakan, apakah tempat di sebelah saya kosong. Saya membalasnya pula dengan bahasa isyarat, membuat gerakan tangan menyilahkan dia untuk mengisi tempat itu. Dia tersenyum lagi, saya tersenyum juga.

Perempuan berbusana khas Arab Abaya warna hitam, dengan hiasan manik-manik kecil itu segera menggelar sejadahnya dan duduk dengan manis. Lewat ujung mata saya, saya memperhatikan gerak-gerik perempuan Arab tadi. Tiba-tiba ia menyapa saya, "speak english?", saya menjawab "bisa sedikit-sedikit" (pake bahasa Inggris juga tentunya).

Singkat cerita, saya dengan perempuan Arab itu (namanya lupa...) terlibat perbincangan yang akrab. Dia nanya bagaimana kabar di Indonesia, dengan siapa saya pergi haji, berapa biaya haji di negara saya, dan hal-hal ringan lainnya. Saya juga menanyakan hal yang hampir sama pada perempuan Arab, berkulit putih, berhidung mancung, bermata bulat dan berbibir merah tipis itu. Kadang perbincangan kami disela dengan tawa, karena ternyata perempuan Arab itu ternyata senang becanda juga dan menceritakan hal-hal yang lucu. 

Perempuan Arab yang kemudian saya tahu asal Kuwait itu sangat ramah dan bahasa Inggrisnya cukup bagus. Dugaanku, perempuan Arab itu sering bepergian ke luar negeri dan bergaul dengan orang-orang yang berbahasa Inggris.

Perempuan Arab itu cerita, kalau ia berhaji dengan suaminya. "Oh ya? saya pikir Anda belum menikah, Anda kelihatannya masih sangat muda," kataku.

Perempuan Arab tersenyum. "Anda betul, usia saya masih 22 tahun," katanya.

"Sudah punya anak?" tanyaku. Aku pikir mungkin anaknya baru satu atau dua. Tapi ternyata dugaannku meleset.

"Yah, anak saya sudah tiga. Mereka di rumah bersama neneknya," katanya masih dengan senyum.  Wakks! 22 tahun anaknya sudah tiga, nikahnya umur berapa ya? kataku dalam hati.

"Really?! u already have 3 children??" kataku dengan mimik takjub

"Yah...why? you look very surprised ...." dia tersenyum lagi. Saya cuma geleng kepala dan angkat bahu.

"Kamu sudah menikah?" sekarang giliran dia yang tanya.

Aku gelagapan dengan pertanyaan tak terduga itu."Belum," jawabku pendek sambil menahan senyum.

"Umur kamu berapa?" tanyanya lagi

"Hmmm I am 30 years old," jawab saya dengan PD-nya.

"Really?!!!" pekiknya seolah tak percaya. Saya sempet terlonjak mendengar pekikannya. (Nah lo, sekarang kayaknya giliran dia yang takjub...hehehehe)

"At your age? You do not get merried yet??" (kayaknya dia masih terheran-heran. Kalau dia orang Indonesia mungkin saya udah ngomong, 'duh plis deh biasa aja dong.')

Saya tertawa. "Yup. I am serious."

"Oh, ok. but why?" dia masih nanya penasaran. Saya pun menjelaskan sekenanya. Dia cuma manggut-manggut. Tiba-tiba terdengar suara adzan Isya. Kami pun menghentikan obrolan kami dan siap-siap untuk sholat.

Sebelum takbir perempuan Arab itu masih dengan keramahannya menyentuh bahu saya, "Don't worry sis. You will find your soulmate someday. Don't stop trying and praying. And i will pray for u too, Insya Allah."

"Thanks a lot, sis," jawabku pendek. Kami pun mendirikan sholat Isya, berdoa dengan khusyuk dan memanjatkan rasa syukur telah diberi kesempatan untuk menjadi tamuNya di masjid yang menjadi saksi perjuangan seorang Rasul Allah, Muhammad Saw.

Usai sholat, perempuan Arab itu meminta saya untuk foto bersama di luar masjid. Setelah foto-foto sebentar, kami pun bersalaman dan berpisah. "Sampai ketemu lagi sis," kataku sambil melambaikan tangan. Dari jauh, perempuan Arab itu menoleh dan tersenyum lagi.

Aku merapatkan jaketku, angin gurun yang dingin sangat menusuk. Di Madinah saat itu memang sedang musim dingin. Tapi suasana di sekeliling masjid, makin malam justru makin ramai, banyak orang yang menggelar dagangannya. Perut ku keroncongan. Saya melangkah ke sebuah kedai kecil di sudut bangunan pasar, kebab daging disitu enak, aku pernah nyoba kemarin, minumnya pake fruit punch. wuih ...enak, saya pun makin mempercepat langkah, lapeerr
. 
 
*catatan haji di mp, 9 Juli 2007

No comments:

Post a Comment